INGAT… KEBAIKAN ITU JANGAN DITUNDA



Penulis dengan segenap kekurangan di sini dan di situ mengetik kembali karya seorang ulama yang pintar dan cerdas Sayyid Quthb. Semoga menambah amal jariyah bagi penulis sendiri dan untuk kawan-kawan semua. Wallahu a’lam.

(KUTIPAN TERJEMAHAN TAFSIR FI-ZHILALIL QURAN Di Bawah Naungan Al-Qur’an, dilengkapi dengan Takhrij Hadits dan Indeks Tematik Krg. SAYYID QUTHB)

Penerbit: Robbani Press
Penerjemah: M. Misbah, Ainur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc.
Kota Terbit : Jakarta

“Al-Quran itu penuh hikmah. Ia membina dengan hikmah, sesuai dengan manhaj pikiran dan jiwa yang lurus. Yaitu manhaj yang membebaskan  seluruh potensi manusia, namun seraya mengarahkannya ke arah yang benar dan lurus.”
Allah berfirman dalam surat As-Syura ayat 37

Kesucian hati dan kebersihan prilaku dari dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji merupakan salah satu dampak iman yang benar, dan menjadi salah satu keharusan dalam kepemimpinan yang lurus. Hati tidak lagi merasakan bersihnya dan beningnya iman saat ia melakukan dosa-dosa besar dan berbagai maksiat. Hati tidak pantas memandu saat ia tidak ada lagi di dalamnya kejernihan iman, terselaputi maksiat, dan cahayanya hilang akibat maksiat.
Tafsir surat Ash-Shaffat ayat 41-49
Ini adalah nikmat yang berlipat ganda dan menghimpun setiap bentuk kenikmatan. Nikmat yang menyenangkan jiwa dan memuaskan fisik. Di dalamnya setiap orang memperoleh berbagai warna kenikmatan yang disukainya. Jadi, mereka itu- yang pertama- adalah hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari dosa. Isyarat ini mengandung tingkat penghormatan yang paling tinggi. Dan mereka itu—yang kedua--- adalah orang-orang yang dimuliakan  di al- Mala’ul A’la. Betapa besar penghormatan ini! Kemudian, mereka memperoleh “buah-buahan” dan mereka dilayani sehingga di negeri yang penuh kenyamanan, ridha, dan kenikmatan itu mereka tidak terbebani untuk bekerja keras. “diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamer dari sungai yang mengalir. (warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamer itu alcohol dan mereka tidak mabuk karenanya.” (45-46)

Itulah sifat minuman yang terbaik, yang bisa memberi rasa nikmat meminumnya dan menghilangkan dampak buruknya. Jadi, minuman itu bukan khamer yang memeningkan kepala, serta tidak kadaluarsa sehingga menghilangkan nikmatnya minuman! “disisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya..” bidadari-bidadari yang pemalu, tidak pernah melayangkan ke selain pasangannya karena malu dan menjaga kehormatan diri, meskipun mereka itu adalah wanita-wanita yang lebar dan indah matanya. Begitu juga, mereka terjaga dengan penuh kelembutan: “seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (49) tidak pernah terjamah oleh tangan dan mata!

Kemudian babak ini melanjutkan dengan penuturan yang menggambarkan. Ternyata, hamba-hamba Allah yang dibersikan dari dosa itu – sesudah dimudahkan bagi mereka untuk memeroleh setiap kesenangan—menikmati sebuah perbincangan yang penuh ketenangan. Di dalam perbincangan itu mereka mengingat-ingat masa lalu dan masa sekarang – dan itu berlawanan dengan permusuhan dan adu mulut antara orang-orang yang berbuat dosa di awal adegan. Salah seorang dari mereka mengenang masa lalunya dan menceritakan kepada saudara-saudaranya satu sisi yang terjadi padanya:

Ash-Shaffat ayat 51-53
berkatalah salah seorang di antara mereka, “sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang aku berkata, “apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang yang membenarkan (hari berbangkit)? Apakah bila kita benar-benar akan dibangkitkan?” (51-53)

Temannya itu mendustakan Hari Akhir dan bertanya kepadanya dengan heran, “apakah dia termasuk orang-orang yang percaya bahwa mereka akan dibangkitkan lalu dihisab sesudah mereka menjadi tanah dan tulang belulang?”

Saat ia menuturkan kisahnya dalam perbincangannya  dengan saudara-saudaranya itu, maka terdetik dalam hatinya untuk mengetahui tempat kembalinya. Sudah barang tentu ia tahu bahwa temannya itu terperosok ke dalam neraka jahim. Maka, ia meninjau dan mengajak saudara-saudaranya itu meninjau bersamanya:

berkata pulalah ia, ‘maukah kamu meninjau (temanku itu)?” maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. (54-55)”

Pada saat itu, ia berhadapan dengan temannya yang didapatinya berada di tengah neraka yang menyala-nyala. Ia menghadap ke tempatnya itu untuk berkata: hai fulan, kamu nyaris menjerumuskanku ke lembah kehinaan karena bisikan jahatmu, seandainya Allah tidak memberiku nikmat dan melindungiku dari mendengar ucapanmu:
ia berkata (pula) “demi Allah sesungguhnya kamu benar-benar hamper mencelakakanku, jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka).” (56-57)

Maksudnya, aku pasti termasuk orang-orang yang digiring ke tempat itu secara paksa.

Melihat temannya yang berada di tengah neraka yang menyala-nyala itu ia menyadari betapa besarnya nikmat yang diperolehnya bersama saudara-saudaranya sesama hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari dosa. Karena itu, ia ingin menegaskannya dan merasa tenteram dengan kelanggenan nikmat tersebut, supaya bisa merasakannya dan menambah kesenangannya. Karena itu ia berkata:

maka apakah kita akan mati? Melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di akhirat ini)?sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar.” (58-60)

 Di sini disebutkan ulasan yang dapat menggugah hati dan mengarahkannya untuk beramal dan berlomba-lomba menggapai kesudahan seperti ini:

untuk kemenangan serupa ini…” (61) untuk nikmat yang tidak pernah habis, tidak dikhawatiran habis, tidak kenal mati, dan tidak terancam siksa semacam inilah hendaknya mereka beramal… inilah yang patut dirayakan. Sedangkan hal lain yang untuknya manusia menghabiskan usia mereka di muka bumi itu sangat tidak berharga bila dibandingkan dengan keabadian ini.

Agar terlihat jelas perbedaan besar antara kenikmatan yang abadi dan memuaskan ini dengan kesudahan lainnya yang menanti golongan lain, maka konteks surat selanjutnya menyebutkan apa yang menanti golongan ini setelah mereka dikumpulan dan dihisab.

Semangat, menebar kebaikan. Berdakwah lewat pena. Moga kita termasuk hamba-hamba Allah yang terus berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Semangat!



Komentar