CINTA TERPENDAM, PEMUDA INI NEKAT HAFAL AL-QURAN


Oleh: Nur Anshari

“Tau yang namanya Dimas gak?”

“aku gak pernah denger tuh yang namanya Dimas di kota terkeren ini.”

“ah, yang bener?”

“sueer deh! Risma, kamu lagi nyari siapa sih? Gak ada yang namanya Dimas di kancah pertemanan kita.”

“tapi, Gea. Kenapa aku selalu mimpi bertemu sama yang namanya Dimas ya?”

“hayooo…. Jodoh lu kali!”

“what??? Sama yang gak pernah aku kenal?”

“lu, pade pada ngomongin gue ya? Kagum sama ketampanan gue? Ha.. ha.. ha…”

“amit-amit, pede banget sih. Borno, kami lagi ngomongin cowok yang namanya Dimas, di itu…” belum habis Gea jelasin, mulutnya uda disumpel risol sama Risma. Hus. Diem aja.”

“apa? Siapa tadi, dia tandingan gue? Huh gue gak takut. Buktinya Risma masih sayang banget sama aku. Ya kan Ris…

Gea dan Risma, kabuuurrr….

Risma terkenal di kampusnya. Dia mahasiswi tercerdas yang pernah dimiliki oleh Kampus Pelita Bangsa. Seperti kata Prof. Melani, kamu ini mahasiswi berbakat, saya berharap setelah selesai sarjana, kamu melanjutkan lagi studi ke Australia. Mendengar hal itu, Risma begitu bersemangat kuliah. Tak terhiraukan oleh Risma, cowo-cowo ganteng yang tebar pesona hendak merebut hatinya. Risma tak gubris. Bagi Risma, pendidikan tetap nomor satu. Tak ada kata cinta untuk saat ini. Itu prinsip hidupnya. Kalau pun nanti pada akhirnya dia akan menikah dengan seorang pria. Risma tetap akan melakukannya, walaupun dengan jalan perjodohan. Perjodohan, why not?

Prof Merlin sering mengikuti seminar-seminar, tak lupa ia selalu mengikutsertakan Risma sebagai asistennya. Risma dengan senang hati melakukan semua tugas-tugasnya. Di saat senggang Risma hanya memiliki seorang sahabat. Gea. Walaupun temannya banyak, tapi, sahabat yang paling bisa diandalkan adalah Gea. Untuk berkeluh kesah dengan se-abrek kegiatan yang menguras waktu dan perasaannya. Tapi, Gea sosok sahabat yang setia dan ceria. Walaupun Gea tak sepintar Risma, tapi saran dan petuah Gea selalu ampuh melumpuhkan setiap permasalahan Gea. Termasuk masalah cinta.

Sesampai di tempat lain yang jauh dari Borno. Sebenarnya Borno adalah salah satu sahabat Risma juga. Mereka kenal dari kecil. Borno telah lama memendam rasa pada Risma. Namun, Risma merasa itu hanya sifat kenakan-kanakan Borno yang tak pernah lepas darinya. Selalu bersama, SD, SMP, SMA, dan bahkan Sarjana. Padahal, ada benih-benih lain yang Risma rasakan juga. Tapi Risma tak mungkin bisa menerima Borno. Ada satu penghalang mereka berdua. Siapa? Dimas.

“Ge, tolong bantu aku. Cari yang namanya Dimas. Aku capai selalu mimpi ketemu dan nyebut-nyebut nama Dimas. Mama aku sampai kawatir. Dikira aku menyembunyikan seseorang dalam hatiku.”

“oke, Ris. Kamu jangan takut. Aku sahabatmu. Aku tau apa maumu. Kamu mau teh botol sosro kan?”

“Gea!”

“heheh, aku canda kok! Ia, aku bantu. Ingat upahnya, bantu aku ngerjain nih integral. Akar-akarnya bikin gue laper!”

“Geaaaa!!!” Risma menimpuk kepala gea dengan buku.

“duh. Kalau mukul kira-kira donk. Ini kepala bukan empang.!”

“maaf-maaf.”

Begitulah persahabatan dua gadis ini. Begitu indah begitu manis. Tapi kehidupan manis Risma berubah sehari sesudahnya.

Di pagi hari…

“halo? Risma.”

“ia. Bu Rini. Ada apa bu?”

“kamu kerumah sekarang ya. “

“ada apa bu.”

“Gea mengajakmu ke rumah Borno, tapi Gea tak berani ngomong langsung. Kamu aja yang ngomong ya dan membujuknya ya?”

“emangnya kenapa bu?”

“gak tau, ibu juga heran dengan sikap Gea. Kamu sekarang ke rumah ya. Gak ada jam kuliah kan?”

“ia bu.”

Sepuluh menit kemudian. Risma sampai di rumah Gea. Ibu Gea membukakan pintu.

“eh, nak Risma, mari masuk. Gea sudah menunggumu di kamarnya.”

“ia bu.”

Sesampai di kamar.

“Risma… Risma… sebenarnya .. Dimas itu..”

“ia, kenapa Gea. Dimas yang ada dalam mimpi aku.”

“Dimas itu, Borno.”

“apa Ge? Aku gak ngerti.”

“ia, Dimas itu nama Borno waktu masih bayi.”

“trus?”

“sekarang Borno, udah pergi ke Malaysia.”

“apa? Kenapa mendadak begitu?”

“dia ninggalin surat ini di atas mejanya..”

Surat ini untuk kamu Ris..

Assalamu’alaikum.
Jodohku di masa kecil, masa sekarang, dan masa depan, apa kabarmu?
Aku di sini Alhamdulillah sehat.
Jodohku, taukah kamu, aku di sini sedang berjuang melawan sakit?
Apa kamu pernah ingat waktu kita SD dulu, aku pernah menggambarkan kamu dan aku di dalam satu ayunan. Kita tertawa bersama, menyanyi bersama, bermain bersama. Sejak itu, aku selalu menganggapmu sahabatku, saat itu aku tak tau apa itu jodoh. Bagi ku teman sepertimu begitu indah.
Tau kah kamu, duhai jodohku, saat aku melihat daftar namaku ada dalam daftar nama yang sama dengan di bangku SMP. Aku berteriak! Hore! Sekolah yang sama dan bangku yang sama dengan Risma. Sejak itu aku menganggapmu sebagai pacarku. Sakitku tetap ada. Tahukah kamu sejak itu aku mulai menghafal Al-Quran? Aku memiliki mimpi bertemu dengannmu dan anak-anak kita saat mengajarkan mereka Al-Quran?
Taukah kamu, duhai jodohku? Hafalanku terus meningkat saat aku masuk ke SMA. Saat aku tau kamu begitu dekat dengan ku. Setiap hari. Kita bersama. Belajar. Bermain. Tapi, kamu tak pernah tau. Aku terus saja menghafal Al-Quran sampai akhirnya juz 28.
Taukah kamu, saat kamu berbicara dengan Gea tentang Dimas. Aku sangat senang. Dan senang sekali. Akhirnya doaku untuk bertemu denganmu dalam mimpi dikabulkan Allah. Aku bisa mengajakmu berbicara dengan lepasnya. Seperti imam bagimu. Dan saat itu aku khatam 30 juz. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Penyakit yang ku derita tak menggubrisku untuk terus mencintaimu dalam diam. Dalam bait-bait ayat Al-Quran yang terus ku hafalkan. Aku berdoa, semoga jodohku itu kamu. Risma Kemala. Future My Wife in Jannah.
                                  Dimas Borno Kusumaatja

 “Gea! Temani aku ke rumah Borno, sekarang!”

“ia. Aku ambil kunci mobil dulu, kamu tenang ya sekarang.”

“cepat!”

Dengan secepat kilat. Risma dan Gea berlari menyusuri jalan kota Jakarta. Di sisi lain.

“kamu yakin Borno, gak mau hubungi Risma dulu?”

“yakin ma, Borno sudah mendapat tanda-tanda itu. Risma pasti ke sini.”

“kemana?”

“ke rumah kita.”

“trus, kita sudah ada di bandara.”

“ya ma, gak apa-apa. Allah akan pertemukan kami kembali di saat yang tepat.”

Sesampai di rumah Borno.

“Assalamu’alaikum.”

“wa’alaikumsalam. Eh non Risma dan Gea. Ada apa non?”

“Bornonya ada bu?”

“ Den Borno uda berangkat sekeluarga ke Malaysia non.”

“kapan Bi?”

“tadi Shubuh jam 4. Kayaknya ini sudah sampai. Bentar ya Bibi telpon dulu.”

“gak usah bi. Makasih Bi ya.”

“eh tunggu non. Den Borno juga nitip pos… pos.. “

“pos it bi…” sambung Gea.

“eh. Ia. Itu maksud bibi.”

“ini .

Dear, Risma, calon istriku di dunia dan di akhirat.

Doakan aku sembuh ya. Aku akan berobat selama sebulan di Malaysia. Moga Allah melancarkan semuanya. Aamiin.

Salam Sayang               

Dimas Borno Kusumaatja

Sebulan berlalu. Semenjak kepergian Borno. Borno belum mengabari apa-apa. Risma telah pasrah. Apapun yang terjadi pada Borno, Risma akan menerimanya dengan lapang dada. Sebulan berlalu itu, merupakan hari-hari yang berat bagi Risma. Setiap malam Risma bermimpi bertemu Borno. Dan Risma seperti menjadi orang lain yang hanya bisa melihat Borno dari kejauhan. Mimpi itu begitu menyiksa Risma.

Sebulah berlalu. Kabar dari keluarga Borno pun tiba. Borno pulang. Borno benar-benar pulang seperti janjinya. Allah Maha Penyembuh. Dan Yakinlah Hanya Pada Allah. Borno sembuh dari penyakit kronisnya. Kekuatan cinta membuatnya terus semangat berjuang melawan penyakitnya. Akhirnya, sehari sesudah kepulangan Borno ke Jakarta.

Di Kediaman Risma

“Assalamu’alaikum.”

“wa’alaikumsalam.“

“Bapak, ibu. Maksud kedatangan kami kemari…”

Risma masuk ke ruang tamu, menyajikan teh dan beberapa kue-kue lezat. Borno menatap Risma pelan-pelan. Risma pun membalas tatapan Borno dengan senyum.

“ingin melamar anak ibu ini dengan anak kami Borno.”

“he he he, saya toh sebagai bapaknya harus nanya dulu ke anak saya. Yang punya badan. Gimana Risma.”

Risma tak bisa berkata-kata. Ia mengangguk dan senyum saja.

“pepatah bilang, kalau perempuan diam itu tandanya setuju, Betul Risma.”

“inggih pak.”

“Alhamdulillah, Borno ini telah lama mengajak saya dan ibunya ke rumah Risma, tapi kadang jadi, kadang gak jadi. Borno ini pemalu sekali.”

“he he he”

Tanggal pernikahan pun ditetapkan. Ijab Kabul serasa sakral dirasakan. Resmi sudah Risma menjadi istri sahabatnya sendiri, yang tak disangkanya adalah penghafal Quran. Dimas Borno.

“bang, jadi Dimas itu nama abang?”

“ia dek, abang waktu kecil sering sakit-sakit, jadi nama abang ditinggalkan Dimasnya cukup Borno Kusumatja.”

“oh gitu, abang genit ya pake masuk-masuk dalam mimpi adek dengan nama Dimas.”

“he he he itu rahasia.”

Barakallah …

cinta itu sederhana. ia akan menghampiri saat hati telah siap dan tepat. so, jangan bersedih. innallaha ma’ana








Komentar