Oleh: Nur Anshari
Ya Allah, Hamba hanya makhluk yang lemah, tanpa daya, tanpa upaya,
namun hamba ingin selalu bisa berikhtiyar, berilah hamba kekuatan untuk
berusaha, mencari dan menjadi bidadari yang diimpikan oleh pemuda shaleh,
Ya Allah, hamba hanya makhluk yang naïf, yang banyak keinginan ini
dan itu, tapi kabulkanlah keinginan yang benar-benar membawa hamba semakin
dekat dengan-Mu, pilihkan dan jodohkanlah hamba dengan lelaki shaleh yang juga
mendamba untuk dekat dengan-Mu.
Ya Allah, jika masa bahagia itu sudah dekat atau masih lama, hamba
akan selalu sabar dengan segala ketetapanmu, dan perteballah kekuatan, usaha,
dan segala apa yang hamba lakukan untuk mendapatkan ridha-Mu
Ya Allah, anugerahkanlah kepada hamba, rahmat-Mu, ridha-Mu, dan
Qudrah-Mu, saat hamba lemah, kuatkanlah hamba, saat hamba rapuh kembalikan lagi
semangat hamba, dan saat hamba bertemu dan dipersatukan dengan jodoh hamba
jadikanlah kami pasangan dunia dan akhirat, serta karuniakan anak-anak yang
shaleh dan shalehah, aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Petikan doa akhir sujud Murni
Sebut saja namanya Murni. Gadis berjilbab yang paling demen makan
eskrim, eh maksudnya minum eskrim. Murni sedang mempersiapkan skripsi
sarjananya. Sebentar lagi juga akan kelar. Kata teman-temannya, Murni ini anaknya
baik, suka berteman sama siapa aja, dan alim. Itu kata temannya lagi, Murni ini
gak mau pacaran. Padahal, Murni ini cantik, pinter, jadi mahasiswi idaman
kampus deh pokoknya.
Murni punya sahabat, namanya Reni. Murni dan Reni memiliki
kepribadian yang hamper sama. Sama-sama suka eskrim. Kalau ke kantin selalu
tentengin eskrim. Kalau lagi senggang gak ada dosen, Reni lebih memilih membaca
novel bestseller karya Oki Setiana Dewi. Beda lagi sama si Murni, Reni ini bisa
dibilang anaknya heboh. Hebohnya, dia suka banget usilin Murni.
“Murni, loe gak gerah apa pake jilbab lebar? Gue aja yang jilbab
tipis panasnya minta ampun. Kalau udah pulang n sampe ke kamar, udah gue lempar
jilbab Karena sangking panasnya.”
“InsyaAllah, kalau udah cinta, gak akan kenal tuh yang namanya
panas. Gue kan udah cinta sama pencipta tubuh ini, yakni Allah. Dan Allah itu
cinta sama hambanya yang Taat. Gue gak mau donk sia-siain. Gue Tanya nih, Ren,
cinta gak sama Allah?”
“ya Cinta donk.”
“kalau cinta, buktiin donk.!”
Reni hanya bisa nyengir,.. hehe
Esoknya,
“eh temen-temen, lo semua udah pada denger gossip belum?” seru si
Meri.
“lo, Mer, pagi-pagi udah bikin telinga gue pekak. Apaan sih
pagi-pagi pake teriak.”
“Sori, Shel.. gue panic. So, loe tau kan kalau gue panic gimana? itu
tuh… si Jordan udah jadian sama si Rissa.”
“serius lo?”
“ia lah. Sumpah!”
“temen-temen pada rebut n gosipin siapa sih?” Tanya si Murni.
“hehehe…. Enggak kok, Murni. Kami ini lagi bahas pelajaran pak
Norman. Ya Kan Shel?”
“hehehe… ia Murni…” lagak-lagak sambil nyengir si Meri.
“kayak loe gak tau aja Murni, si Meri, Shelly, n Yuna ini biangnya gossip.
Yang belum digosipin ya Cuma elu Murni. Abis lu perfect banget.”
“Ya Allah, gak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Yang ada
kita harusnya mendekati salah dan salah mulu. Tapi, Allah itu Maha Adil dan
Pengampun. Kita kalau udah buat salah harus segera minta ampun dan taubat.”
“hehehe… ia ustazah Murni,” sambung Reni dan teman-teman lainnya.
“huss… dari pada bengong, mending kita dengar kultumnya Ust. Nasir
yuk, adem jadinya hati kita.
“hehehe… duluan aja Murni, gue n Shelly mau jumpai pak Narto buat
neken pengesahan.”
“yaudah, gue n Murni ke Mushalla duluan ya.”
Setibanya Reni dan Murni di Mushalla dan mendengarkan ceramah ustad
Nasir, di barisan shaff perempuan, ada seorang dosen yang juga sedang mendengar
ceramah. Dosen itu termasuk dosen baru, Karena tak pernah dilihat oleh Murni
dan Reni selama kuliah di kampus biru itu.
Saat selesai ceramah, ibu itu memberikan apresiasi yang bagus
kepada ustad penceramah dan memberikan pertanyaan,
“Ustad, bagus sekali isi ceramah ustad, apalagi judulnya tepat
dengan kondisi keluarga saya. Jadi saat membangun keluarga kita harus membangun
dengan dasar dan tiang yang baik. Pilihlah pasangan yang baik agamanya,
kemudian bagu tahta, keturunan, dan kecantikan. saya jadi teringat sama anak saya
yang masih lajang, ia sudah mapan dari segi ekonomi. Tapi sampai saat ini Ia
belum menemukan teman sejatinya untuk dibawa berkelana menyusuri kehidupan.”
“saya mengerti maksud ibu. Semoga Allah memudahkan segala urusan
ibu dan anak ibu, iringi usaha dengan doa, ibadah yang utama, shalat jangan
tinggal, kemudian tahajjud dan sedekah.”
“ia ustad, akan saya ingatkan seluruh keluarga saya, terutama anak
saya,”
“kalau begitu, ustad saya permisi dulu,”
Tanpa mikir panjang, ibu dosen itu langsung bertanya kepada petugas
mesjid. Bertanya sebentar, memberikan kepada petugas itu, kayaknya sedekah.
“Murni, ibu dosen itu langsung sedekah lho.”
“Alhamdulillah, ilmu yang didapat langsung diterapkan itu bagus
Reni.”
“gue kalau udah kaya, gue mau juga lah sedekah.”
“Reni, sedekah itu bukan tunggu pas kaya, kaya miskin kita
sebaiknya sedekah. InsyaAllah semoga berkah sedekahnya.”
“aamiin, ia Murni, ustazah and temen gue yang paling sholehah.”
“aamiin… moga Allah membukakan hati semua orang ya.”
Reni sangat senang berteman dengan Murni, selain Murni itu alim,
Murni itu juga cantik, wajahnya, tuturnya, juga hatinya. Ibu dosen itu ternyata
memperhatikan juga dari jauh ke arah Murni dan Reni.
Jadilah wanita baik-baik insyaAllah pasangannya juga laki-laki yang
baik-baik.
Ibu dosen itu, tak hanya berhenti di situ. Ia kemudian mencari
jejak record perjalanan hidup, latar belakang, dan nama gadis bejilbab lebar
yang terakhir ia tahu namanya adalah Murni. Ibu dosen itu tertarik pada Murni. Ibu
dosen itu menceritakan tentang Murni pada anak laki-lakinya.
“ma, asalkan gadis pilihan mama bisa mendekatkan Dika pada Allah,
InsyaAllah Dika akan menerima dan berusaha mencintainya karena Allah.”
Esoknya lagi,
Pagi yang cerah, saatnya Murni berjalan di teras kampus. Menghirup udara
pagi yang sejuk. Kampus biru itu menyimpan segudang kenyamanan. Selain banyak
pohon juga banyak tempat untuk duduk-duduk bersantai. Murni berencana menjumpai
dosennya yang cantik, bu Devi. Murni tidak tahu, kalau bu Devi ini adalah adik
dari ibu dosen kemarin.
“Murni,. Mari masuk.”
“ia bu, ini Murni mau minta bimbingan skripsi bab IV.”
“ia, biar ibu baca dulu,”
“setelah dibaca, memberikan coret-coretan.”
“Murni, setelah sidang dan wisuda nanti, rencananya kamu mau segera
menikah ya?”
“menikah? Ibu kok tahu saya ingin segera menikah.”
“hehe… ibu sedikit tau karaktermu dari tulisan skripsimu. Ibu kan
pinter baca isyarat hati dari tulisan.”
“hehe ibu bisa aja… gimana bu skripsi saya? Sudah bisa naik sidang
kan bu?”
“setelah kamu perbaiki, besok jumpai saya lagi. Langsung ibu ACC
sidang.”
“terima kasih bu, saya…”
“tunggu sebentar Murni, ibu mau bicara empat mata denganmu, ini
penting.”
“ada apa ibu? Silahkan saja bu, kayaknya penting sekali.”
“jika kamu ibu jodohkan dengan keponakan ibu, kamu mau? Dia laki-laki
yang biasa saja. Tidak terlalu kaya, tidak ganteng, tapi satu yang ibu harus
bilang, dia bagus agamanya.”
“dia mau bu sama saya? Ibu kan tau, saya ini dari keluarga
biasa-biasa saja, orang tua saya biasa-biasa saja, saya punya wajah biasa-biasa
saja, apa sebanding dengan keponakan dari seorang dosen?”
“kalau kamu siap dan mau, insyaAllah dia juga siap dan mau.”
“saya minta waktu tiga hari, jawabannya akan saya berikan ketika
saya menjumpai ibu untuk tanda tangan ACC sidang.”
“baik, ibu akan menunggu dan menerima segala keputusanmu, pikirkan
baik-baik Murni, istikharahlah.”
“InsyaAllah bu,”
Tiga hari tiga malam Murni berduaan dengan Allah. Menangis,
mengadu, dan berterimakasih, serta meminta petunjuk atas keputusan terbaik. Tiga
malam berturut turut Murni mantap dengan keputusannya. Dan akhirnya, esok hari
dimana Murni memberikan skripsi untuk diACC.
Pas masuk ke ruangan ibu Devi, sudah ada seorang ibu dosen kemarin
yang melihat ceramah Ust. Nasir yang barengan dengan Murni dan Reni. Tetapi ketika
Murni masuk, ibu dosen itu duduk di meja sebelah sana. Agak jauh dari ibu Devi.
“Assalamu’alaikum, bu Devi,”
“Wa’alaikumsalam, ya masuk Murni, ibu sudah tunggu kamu dari tadi.”
“jadi, bagaimana keputusanmu?”
“bismillahhirrahmaanirrahim, tolong ibu periksa dulu skripsi saya,”
“ia, ia Murni. Sekarang ibu langsung ACCkan. Udah kamu perbaiki
kan?”
“sudah bu,”
“dengan mengharap rahmat Allah, setelah saya mencari jawabannya
tiga hari ini, Allah membukakan pintu hati saya untuk menerima apa yang akan
ibu minta.”
“yakin kamu? Sudah istikharah?”
“iya bu, tiga hari tiga malam jawabannya sama.”
“Alhamdulillah, kak sini, ini si Murni sudah menerima anak kakak.”
Murni tertegun, ibu dosen kemarin datang menghampiri panggilan ibu
Devi. Apakah mungkin?
“Alhamdulillah, Murni, kenalkan ini kakak ipar ibu, ibu Nilam, anaknya
yang bukan lain adalah keponakan ibu, akan ibu jodohkan dengan kamu.”
Murni berdiri dan member hormat dan salam pada ibu Nilam.
“Murni, hari ini juga, ibu, suami ibu, dan anak ibu akan datang ke
rumahmu, adik ibu, bu Devi yang akan mengantarmu pulang ke rumah, ibu dan
keluarga akan ikut di belakang.”
Murni memang tidak membawa kendaraan ke kampus. Biasanya ia naik
angkot atau dijemput sama Reni. Kebetulan karena hari ini Reni sedang lembur
kerjain skripsi, jadi Ia tidak kekampus. Dan berita ini pun belum sampai
terdengar di telinga Reni.
Jodoh dunia akhirat, namamu rahasia, tapi kau ada dimasa depanku,
Proses pengenalan, sama-sama orang tua, dan lain sebagainya sebelum
keputusan menikah pun berjalan. Semestinya. Seperti air mengalir. Mulus. Sampai
seminggu kemudian, keluarga ibu Nilam terutama anaknya Dika bertekad bulat
melamar Murni. Murni dan keluarganya menerima lamaran itu. Acara tunangan
digelar sesederhana mungkin.
Reni, sahabat Murni sempat terkejut. Sahabatnya, Murni yang
terkenal tidak pernah pacaran akhirnya menikah, kapan jumpanya? Kapan kenalnya?
Kapan pede katenya? Dan kapan jatuhcintanya? Reni berfikir dan terus berfikir,
akan firman Allah yang menjelaskan bahwa
“wanita baik-baik untuk laki-laki baik, begitu juga sebaliknya.”
Saat pernikahan digelar, tepat setelah sebulan Murni menjalani
proses wisuda, teman-teman Murni datang, Shelli dan Meri juga tak kalah. Mereka
dandan dengan cantik dan anggun. Namun tetap sopan. Karena pengaruh kealiman
Murni udah menyelami diri mereka juga. Pasangan Murni dan Dika resmi menjadi
pasangan suami istri. Murni dan keluarganya amat senang karena ternyata dibalik
itu, Dika adalah seorang hafiz, yang bisa mendidik dan mengajar Murni untuk
turut menjadi Hafizah pula. Dika dan keluarganya pun bahagia menerima Murni
yang ternyata adalah muslimah yang shalehah , baik, dan sederhana.
Ya Allah, jika hamba sudah tahu dari dulu siapa jodoh hamba, tentu
hamba tidak akan sebahagia seperti sekarang ini, inilah nikmat menyimpan
sesuatu yang berharga dan memberikannya disaat yang tepat,
Ya Allah, jika hamba sudah tahu dari dulu kapan hamba akan menikah,
tentu hamba tidak akan merasakan nikmatnya bagaimana sejuknya dan ademnya
tahajjud, tapi, dengan begitu hamba bisa lebih dekat dengan-Mu, di malam yang
kelam dan gelap.
Ya Allah, terima kasih atas setiap nikmat yang Kau Berikan, Hanya
Kepada-Mu lah hamba mohon ampun, dan hanya kepada-Mu lah hamba mohon
pertolongan.
Aamiin,
petikan doa diakhir sujud Dika yang bermakmuman Murni. Pasangan suami
isteri yang shaleh dan shalehah.
Komentar
Posting Komentar