Oleh:
Nur Anshari
Undangan pernikahan habis lebaran kayak gini lagi bejibun. Kebanyakan
lagi pada-pada gelar acara nikahan. Enaknya yang udah nikah. Aku kapan ya? Gak
tetangga, teman sekolah, rekan kerja, kakak leting sampai adik letting. Tertulis
dengan rapi nama mempelai pria dan mempelai wanita. Ucapan dan doa
“barakallah”, “semoga samara”, “selamat menempuh hidup baru.” Pun mengiringi.
Bahagianya bagi yang sudah memiliki pasangan. Sembari menunaikan sunnah
Rasulullah saw.
Mau dibilang kasihan, ingin peduli, atau mau sekedar bercanda saja,
saat ada acara besar kayak walimah atau pesta pernikahan kerap tak lepas dari
pertanyaan, “kapan nikah?” untuk teman atau kenalannya yang belum menikah.
Mungkin bagi sebagian dari kita merasa seram, kesal, males, menjawab pertanyaan
yang menjurus ke pernikahan untuk yang masih single.
Aku sih, enjoy aja. Biasa aja. Gak pun kesel, males jawabnya, atau
bahkan diem aja. Aku mah gak gitu orangnya. Aku sempat berpikir dengan pertanyaan
“kapan nikah?” yang sudah sering aku dengar. Jadi, itu sebenarnya pertanyaan
yang biasa. Bagi si penanya, ia bertanya ke kita mungkin dengan banyak sebab,
bisa saja karena dia peduli sama kita. Mungkin juga mau carikan jodoh buat
temannya yang masih single, makanya bertanya. Nah, itu sebuah kebaikan bukan?
Berbaik sangka saja, tersenyum saja, atau bisa saja jawab dengan
begini, “kalau sudah pasti tanggalnya nanti bakal dianter kok undangannya.
Tunggu aja ya.” Sembari berdoa dalam
hati, “Ya Allah berikanlah yang terbaik untukku, jodoh di waktu dan saat yang
tepat. Aamiin.”
Coba deh dipikir-pikir, kenapa nikah menjadi sebuah pertanyaan yang
kebanyakan orang penasaran? Karena nikah itu perkara untuk berbahagia. Bahagia
bagi mereka yang akan menikah, bahagia bagi kedua orang tua yang akan
menikahkan anaknya, dan lagi lagi menikah itu perkara yang bahagia bagi semua
orang.
Sedangkan coba kita bandingkan dengan mati. Mati itu perkara yang
menyedihkan bahkan ada yang meletakkan kematian itu sebagai proses kehidupan
yang menyeramkan. Mustahil kita jumpa manusia yang berbicara tentang mati. Apa
ada pertanyaan “kapan mati?”. Tidak ada. Kalau ada pun perlu dipertanyakan
apakah si penanya sedang sakit?
Kapan menikah, dengan siapa menikah, perkara ini hanya Allah swt
yang tahu. Hanya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang satu-satunya yang tepat
memberikan waktu dan pasangan yang cocok untuk kita. Pernikahan adalah perkara
yang misterius, kita tidak tahu dengan siapa dan kapan akan menikah. Tidak
berbeda dengan mati. Mati pun adalah perkara yang misterius pula. Tidak tahu
waktu kematian kapan akan terjadi.
Persiapkan diri untuk menikah, kapanpun itu. Dengan pertanyaan yang
berulang-ulang dilontarkan kepada kita yang masih single, “kapan nikah?”
senyumin aja, balas pertanyaan dengan jawaban yang baik tanpa menyimpan
perasaan sedih dan kesal, tidak perlu. Yang ada kita yang capek. Yakinlah, Jodoh
kita memang sudah ada. yang tidak diketahui hanyalah kapan waktu bertemu
dengannya yang telah dipersiapkan dengan apik oleh Yang Maha Mengetahui, Allah swt.
So, keep fight. Persiapkan diri benar-benar untuk menyambut pernikahan atau
kematian. Mana duluan. Yang pasti tetap lakukan kebaikan kepada siapapun yang
mungkin tak sengaja melukai perasaan kita. Maafkan saja ya. Semoga yang belum berjodoh
segera diberikan jodoh yang terbaik, semoga yang sudah ada jodohnya bisa terus
bersama hingga dunia akhirat. Yang penting semua kita dapat berbahagia karena
Allah swt. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar