Oleh: Nur Anshari
23 Mei 2004
Dear diary
Hari ini pertama kali aku
masuk sekolah. perginya naik sepeda, melewati jalan sawah yang membentang luas.
Sejuk deh. Waktu pergi
sekolah pagi-pagi bareng kakakku. Aku
kelas satu kakakku kelas tiga. Tau gak, sekarang aku sudah masuk SMA. SMA
paling kampung di kotaku, he he he. Biarpun kampung tapi aku gak kampungan ya? Aku mau lihat nanti siapa yang akan jadi
temanku? Soalnya aku susah banget bergaul dengan orang lain. susah ngomongnya.
Kayak waktu SMP dulu, aku pendiam banget orangnya. Asli cupu. Udah dulu ya
diary. Aku mau shalat tahajjud dulu, minta petunjuk sama Allah dan
pertolongan-Nya.
Meymey, gadis belia 16 tahun, menamatkan sekolah menengah pertamanya di
salah satu kota di pojok pulau Kalimantan. Ia adalah sosok gadis yang baik,
penurut, suka menolong, dan ngomongnya juga irit. Mey, panggilannya, memiliki
seorang kakak yang cantik jelita. Sarah namanya. Kakaknya beda banget pribadi
dan karaktrernya dengan si Mey. Kakaknya berprilaku ramah, disenangi semua
orang, baik, dan cantik lagi. Ya, walaupun tidak secantik kakaknya, tapi Mey
berusaha untuk berpenampilan rapi dan terurus.
Mey mempunyai satu hobi yang sangat tekun dilakoni. Semenjak SD, Mey selalu
menulis diary. Setiap malam sebelum tidur, atau bahkan ketika bangun tidur
malam untuk shalat tahajjud. Sarah, siswi yang cerdas. Meraih juara umum setiap
tahunnya. Dan mendapat medali penghargaan di cabang olimpiade Fisika. Berbeda dengan kakaknya, Mey lebih banyak
bergulat di bidang agama. Mengaji dan menghafal al-Quran adalah kesibukan
lainnya selain belajar. Walaupun begitu, Mey tetap mendapat juara tiga besar.
Dengan shalat tahajjud di malam hari, membuat Mey lebih hidup. Life
is never flat. Walau sifat pendiamnya tak bisa hilang. Bicara sekenanya saja.
Jika ada perlu. Tapi, di saat shalat tahajjud, Mey menceritakan segala keluh
kesahnya kepada Tuhannya, Allahu Rabbi. Ia mencurahkan segala
perasaannya. Mulai dari apa yang dialami, diinginkan, dan apa yang membuatnya
sedih diceritakan semua kepada Allah swt. Membuat Mey semakin kuat dengan
agamanya.
Pagi dating menjelang. Disambut kicauan burung yang merdu. Mey yang sudah
bersiap-siap berangkat sekolah bersama Sarah menyelesaikan semua perlengkapan
sekolahnya.
”Kak Sarah, yuk berangkat.” seraya menyalami bunda dan ayah.
”ia Mey, kak udah siap juga ni. Bunda dan ayah, kami pergi ya.
Assalamu’alaikum.” sambil menyalami.
”ia nak, hati-hati ya.” jawab bunda dan ayah
”sip bunda.” jawab Sarah
”hari ini Mey yang bawa ya. Kak duduk di belakang. He he”
“boleh, naik terus. kak pegang
badan Mey yang erat ya, Mey mau ngebut nih.”
“isshhh,,, gaya kali si Mey, emangnya sepeda ini punya
mesin apa? Pake ngebut segala.”
“punya lah kak, mesin kaki yang
Allah ciptakan. He he”
“he he he ia juga ya. Apapun boleh lah, cepat nanti kita bisa
terlambat.”
Begitulah keseharian pergi bareng kakak sarah bagi kehidupan Mey. Kak Sarah
adalah segala-galanya bagi Mey setelah bunda dan ayahnya. Mey sudah mempunyai
teman. Namanya Halimah. Teman Mey ini orangnya asyik. Ini cuplikan kisah
bagaimana Mey bisa berteman dengan Halimah.
He he.. tertawa gelak antara Sarah dan Mey saat tiba di parkir sepeda.
”gimana kak, pembalap no.satu di Kalimantan ini cocok gak dapat medali
perak?”
”huu... jangankan Perak, Perunggu aja belum cocok Mey.”
”kenapa kak?”
”ia, karena Mey cocoknya jadi Hafizah, bukan pembalap.”
”he he he.. ia ya kak. Ingat-ingat Hafizah harus menjaga
dirinya dengan baik ya kak.”
”yups.. benar.”
”maaf.. tadi saya dengar ada yang menjadi Hafizah di antara kalian, boleh
saya tau berapa juz?”
”eh... ia. Ini adik saya Mey namanya, dia sudah menghafal lima juz.
Alhamdulillah.”
”wah, luar biasa. Saya baru saja masuk sekolah ini, dan baru mendengar
kabar kalau ada yang hafizah di
sini. Dan di depan mata saya. Kagum. Kenalkan,
nama saya Halimah. Kelas 1-5.”
”wah,. Kalian sekelas Halimah. Adik saya juga kelas 1-5. sementara saya
kelas 3-1”
”benarkah? Wah sungguh kebetulan sekali. Mey, saya ingin berteman denganmu.
Boleh kah?
”tentu boleh donk, Mey ayo dijawab kok bengong?”
”ehh.. ia ia. Boleh.” Mey gugup menjawabnya.
”Yuk kita masuk kelas Mey,” ajak Halimah.
”ia Mey, masuk kelas terus ya, kak Sarah juga mau ke kelas, piket kak hari
ini.”
Nah, percakapan di tempat parkir sepeda membuat Mey mendapat teman baru. Halimah.
Anaknya baik, dia kagum sama anak yang menghafal al-Quran seperti Mey.
Hari-hari dilalui Mey dan Halimah dengan baik. Mey mendapat kesempatan yang
baik, teman sebangkunya Juwita meminta menukar bangkunya dengan Halimah, sebab
Juwita ingin duduk dengan Meri sebelah Halimah. Tentu dengan senang hati
Halimah mau menukarnya, sebab bersama dengan Mey adalah hal yang menyenangkan.
Bisa banyak manfaat yang dipetik.
24 Mei 2004
Ya, Allah. Gadis tadi pagi
yang tak sengaja aku melihatnya. Parasnya begitu ayu, pandangannya menunduk. Ia
tak banyak bicara seperti dua temannya. Tapi, apa yang hamba dengar barusan, ia
seorang hafizah? Sudah lima juz. Sedangkan hamba, baru tiga juz, hamba harus
bisa meningkatkan hafalan hamba lagi. Semoga kelak hamba bisa menjemput
bidadari hamba yang hafizah pula. Ataukah ia bidadari itu? Hanya Engkau Yang
Maha Tahu Ya Allah, berikanlah yang terbaik untuk hamba. Aamiin.
Dimas mengakhirkan shalat tahajjudnya dengan shalawat. Ia hampir saja
membayangkan wajah gadis yang ia lihat tadi pagi di parkiran sepeda. Jauh di pojok parkir ia memperhatikan
gadis itu lamat-lamat. Ada
desiran lembut di hatinya. Apakah itu? Segera ia tepis desiran itu dengan
kalimat istighfar, agar hafalannya tidak hilang.
Di SMA yang terletak di pojok pulau Kalimantan, tempat Mey bersekolah, ada
seorang Dimas yang bersekolah juga di sana. Dimas adalah ketua Rohis di sekolah
itu. Berpenampilan biasa saja, ramah, dan pandai berceramah, tak kurang ia
seorang Hafiz juga. Tiga juz. Dimas sudah kelas 2, ia banyak menghabiskan
waktunya selain belajar dan organisasi yaitu dengan menghafalkan Quran.
9 Desember 2005
Kediaman Mey
Dear Diary
Aku mendapat kabar, kalau aku terpilih menjadi
salah satu mentor untuk adik-adik Rohis yang baru. sekarang aku sudah kelas
dua. Aku bertemu dengan banyak teman, termasuk Halimah yang paling aku sayangi.
Dan.. ada satu ikhwan yang menggelitik relung jiwaku. Ada apa ini? ia adalah ketua Rohis. Aku
tak berani memikirkannya, walaupun telah kutulis di sini. Aku takkan pernah
mendekatinya, aku takkan pernah berbicara dengannya cukup dengan Halimah saja
ia sampaikan misi-misi dan rencana kerjanya dnegan Rohis. Aku takkan berani berbicara dengannya. Jantungku takkan mampu ku jaga. Aku akan
menumpahkan segala rasa ini hanya pada Allah, cintaku, hidup matiku.aku mau
shalat tahajjud dulu ya...
Kediaman Dimas
Ya Allah, akhlaknya begitu
luar biasa. Tak berani pun ia memandang laki-laki. Ia sangat menjaga
dirinya, hafalannya, dan ... hamba tak tahu termasuk rasa apa ini? hamba akan
simpan baik-baik ya Allah. Dan pergaulan hamba dengan teman-teman perempuan lainnya
benar-benar hamba jaga. Berinteraksi seperlunya, agar hamba bisa terus mendapat
naungan-Mu. Karena hanya Engkaulah tempat hamba mengadu. Pelihara rasa ini agar
tercurah pada tempatnya, hanya untuk isteri hamba kelak. Aamiin.
2 Juni 2006
Waktu berjalan dan terus berjalan. Hingga sampailah Mey di kelas tiga.
Hari-hari disibukkan dengan belajar, Rohis, dan hafalan Quran. Saat ini
hafalannya sudha meningkat menjadi 15 juz. pada hari ini, siswa-siswi SMA pergi
ke sekolah dengan tertib. Ujian Akhir sekolah bagi yang kelas tiga. Sebentar
lagi, Mey dan teman-temannya akan pergi dari sekolah itu, dalam artian akan
menamatkannya. kak Sarah mendapat beasiswa ke Malaysia. Sudah semester 4.
Halimah juga sudah meningkatkan hafalannya menjadi 5 juz. Dan.. Dimas sudah
berangkat ke Mesir, melanjutkan studinya di Fakultas Ushuluddin, Universitas
Al-Azhar. Dan sudah semester 2.
Mey takkan pernah lupa dengan sekolah yang membesarkan namanya. Mey menjadi
hafizah perwakilan sekolah untuk lomba tingkat kabupaten, Provinsi, dan sebulan
lalu tingkat nasional. Juara demi juara diraihnya. Bunda dan ayah sangat bangga
padanya. Mey akan disekolahkan ke Madinah. Subhanallah.
13 Januari 2015
Di dunia ini tak ada yang bisa ditebak. Yang ditunggu-tunggu dan paling
mendebarkan adalah perkara jodoh. Sudah sembilan tahun Mey tinggal dan belajar
di Madinah. Mey sangat
kerasan di sana. Ia sangat mencintai bumi tempat Nabi Muhammad saw lahir.
Sebenarnya, kuliah S1 Mey sudah tamat empat tahun lalu. Namun, Mey melanjutkan
lagi hingga S2 dan S3. hingga lengkap sudah gelar untuk putri kedua bunda dan
ayah.
Kak Sarah sudah menikah empat tahun lalu dengan seorang pemuda baik yang
datang melamar ke rumah. Dari
pernikahannya, lahirlah dua bidadari cantik, Najwa dan Mina. Sedangkan Mey
masih satu bulan lagi baru balik ke tanah air. Mey berhasil menamatkan hafalan
Qurannya 30 juz, gelar Doktor, dan sekarang ia ditawarkan untuk menjadi ketua
jurusan di Universitas Madinah. Mey menolak dengan halus, ia harus pulang ke
tanah air.
Ia sudah sangat merindukan keluarganya, bunda dan ayahnya, kak Sarah dan
keponakannya, Halimah, dan...
15 Februari 2015
Mey pulang dengan segenap cinta dan prestasi. Bunda dan ayah sangat
merindukannya. Seorang putri yang paling berbakti, baik budinya, dan tidak
pernah membuat orang tuanya sedih. Mendengar dari balik telepon genggamnya
tentang kepulangan Mey ke tanah air, Halimah yang tengah mengajar mata kuliah
Tafsir di Universitas Kalimantan sangat senang. Sepulang dari mengajar, Halimah
langsung keluar kelas dan pergi ke parkiran mobil. Menghidupkan mobilnya, dan
beranjak pergi ke rumah Mey.
”Assalamu’alaikum.”
”wa’alaikum salam, Halimah. Masuk.”
”ia kak, Mey belum sampai ya kak?”
”Mey lagi dijemput di bandara sama bunda dan ayah. Kak Sarah lagi nyiapin makanan untuk sambut Mey.”
”jadi gak sabar lihat Mey. Sudah 9 tahun tidak
pulang karena fokus dengan kuliahnya. Itulah si Mey. Kalau
belajar konsen
bener.”
”he he he... jadi ingat ya kita bertiga pulang pergi sekolah naik sepeda
dulu...”
”ia kak, gak kan terlupakan itu.”
”oya Halimah, minum dulu ya, dan cicipi aja makanan yang ada di atas meja.”
”ia kak.”
Di Bandara
Sebenarnya kepulangan Mey kali ini benar-benar fokus mencari jodoh. Ia
sudah berumur, sudah saatnya berumah tangga, itulah pikir bunda dan ayahnya.
Pinangan demi pinangan dengan berat hati harus ditolak ayahnya, sebab Mey
memang mau fokus studi terlebih dahulu. Ayah dan bunda mengalah. Nah, saat ini
benar-benar tidak boleh ditolak lagi. Siapa yang datang dengan baik, akhlaknya
baik, dan agamanya juga baik. Takkan ditolak lagi. Tinggal siapa yang datang
duluan.
Mey keluar dari salah satu ruangan bandara. Ia memperhatikan sekitar, bunda
dan ayahnya melambaikan tangan. Dari jauh Mey memandang nafas panjang
perjuangannya, ialah bunda dan ayahnya. Mey sedikit berlari menghampiri
ayahnya. Gaun gamis biru, dipadu jilbab biru. Dengan setumpuk koper dalam roda
yang tengah didorong.
”bunda.. ayah... Mey pulang.” sambil memeluk haru dengan bundanya. Ayahnya
menepuk-nepuk bahu Mey.
”ia anakku, Mey sudah besar dan cantik ya sekarang. Bunda sangat rindu,
ayah juga.”
”Mey menyeka air mata bundanya, jangan nangis bunda, Mey gak akan pergi
jauh lagi. Bunda dan ayahlah
yang akan menjadi teman Mey kini.”
”ia Mey, memang benar-benar anak ayah bunda.” Seru Ayah
Setiba di rumah, Mey disambut kak Sarah dan Halimah. Pelukan rindu tak
terbendung.
”Assalamu’alaikum. .
”wa’alaikum salam, Mey, kak Sarah rinduu...” pelukan rindu membahana
tercurah antara dua saudara itu,
Kemudian
”Halimah, .. kapan sampai?” belum selesai bertanya, Halimah sudah
memeluknya.
”ini nih, sahabat yang gak pernah lupa bertanya gimana kabarku di sini?
Sudah S2 belum? Sudah mengajar belum? Sudah menamatkan hafalan belum? Pokoknya
rinduuu...
”he he he”... ia Halimah... rinduuu juga.
Suasana rumah kian menjadi haru. Kerinduan menyeruak tak terbendung.
Apalagi anak yang baik budi pulang dari perantauannya bertahun-tahun.
2 Juni 2015
Kediaman Dimas
Ya Allah, sudah saatnya Hamba
menikah. Anugerahkanlah hamba jodoh yang terbaik. Seorang isteri yang shalehah,
kuat agamanya, baik perangainya. Hanya itu saja ya Allah, apapun ketentuan-Mu
hamba terima dengan ikhlas. Karena Engkaulah Yang Maha Menentukan. Aamiin...
Pagi menyambut, Dimas merapikan pakaiannya. Ia harus menghadiri perjamuan
dan penyambutan dosen-dosen baru berprestasi di Fakultas Agama Islam. Sementara
Dimas mengajar di fakultas Ushuluddin. Dimas menamatkan S2nya di Mesir dan
ditarik menjadi dosen di Universitas Kalimantan. Sambil mengajar Dimas melanjutkan S3nya di
Semarang. Dan saat ini Dimas telah menjadi ketua jurusan setelah menamatkan
S3nya.
Kediaman Mey
Dear Diary
Hari ini, aku mendapat kesempatan menjadi salah
satu dosen berprestasi. Penghargaannya akan diberikan oleh rektor. Aku
deg-degan. Gimana
nanti ya? Diary, aku mau shalat tahajjud dulu ya.
Sudah empat bulan, Mey mengajar di Kampus tempat Halimah mengajar juga. Mey
seorang dosen yang aktif menulis. Tulisannya telah banyak dimuat di jurnal
nasional dan internasional. Hari ini, Mey menjadi salah satu kandidat dosen
berprestasi.
Aula Pertemuan Fakultas Agama Islam
Acara hari itu begitu khidmat. Bunda dan ayah datang sebagai tamu
terhormat. Mey dipanggil dengan nama lengkap beserta bunda dan ayahnya. Air
mata haru tak terbendung dari pipi ayah dan bunda. Mey mengendalikan dirinya. Saat menerima piagam
itu, Mey mengucap syukur berkali-kali. Ratuan mata dari penonton yang
melihatnya dengan rasa kagum. Termasuk Dimas, tapi Mey tidak melihat ada Dimas
di sana.
Dalam hati Dimas, ya Allah, itukah Mey? Gadis yang menahan pandangannya,
tak berbicara sedikitpun dengan lawan jenis, yang mewakilkan keperluan
berbicaranya cukup dengan Halimah saja. Ada desiran lembut di hatiku ya Allah,
apakah dia jodoh hamba? Ya Alllah, Kalau benar ia baik untukku, agamaku, dan
masa depanku, maka dekatkanlah. Tapi kalau ia buruk untukku, agamaku, dan masa
depanku maka jauhkanlah... aamiin.
7 Juni 2015
Kediaman Dimas
Percakapan di telepon antara Dimas dan Halimah
”assalamu’alaikum, apa benar ini kediaman ibu Halimah? Saya Dimas, teman sewaktu SMA dulu”
”wa’alaikumsalam, benar. Sebentar ya, saya panggilkan bu Halimah.”
”baik, pak.”
”ia, saya Halimah, ada apa Bang Dimas?”
”he he, bu Halimah, tidak usah panggil Bang lagi, panggil saja pak Dimas,
umur saya sudah tidak muda lagi.”
”bu Halimah masih sama seperti dulu ya. Tetap ramah dan jenaka. He he,
begini bu, saya mau minta tolong
sama ibu.”
”minta tolong apa?”
”minta tolong beritahu saya, yang bu Mey sudah ada calon yang melamar atau
belum?”
”oh... masalah jodoh ya. Hem.. saya kasih tau gak ya?”
”tolonglah bu Halimah, kalau belum saya berencana melamar bu Mey.”
”benaran ini, bang eh pak Dimas?”
”InsyaAllah saya serius bu.”
”gak takut bakal ditolak sama ayahnya, karena selama ini banyak calon yang
sudah melamar tetapi ditolak.”
”insyaAllah apapun keputusan ayah bu Mey dan bu Mey sendiri akan saya
terima dengan lapang dada.”
”baiklah, bu Mey belum ada calon yang melamar setelah menolak beberapa
calon yang datang.”
”alhamdulillah, bisa beritahu saya dimana alamatnya”
”baik, semoga berjalan lancar ya. Akan saya kirimkan lewat email hari ini
juga.”
”terimakasih banyak bu Halimah.”
”sama-sama bang eh pak Dimas.”
9 Juni 2015
Kediaman Mey di Malam hari
”Assalamu’alaikum.”
”wa’alaikum salam.”
”ada perlu dengan siapa?” ayah Mey yang membukakan pintu melihat ada
seorang pemuda datang.
”saya mau bertemu bapak.”
”dengan saya, ada apa? Saya belum pernah melihat ananda sebelumnya”
”saya mau datang melamar anak bapak.”
”kalau begitu, masuk dulu kita bicara di dalam.”
”baik pak.”
”Mey, tolong buatkan minuman untuk tamu kita.”
”ia ayah,”
”ananda kenal Mey dimana? Setahu saya, Mey baru pulang dari Madinah dan
belum kenal sama siapa-siapa
selain Halimah, buku dan tulisan-tulisannya. Kok
bisa tiba-tiba ananda tau Mey?”
”saya kenal Mey sewaktu SMA dulu, saya tak sengaja melihat anak bapak.
Sungguh pak tidak sengaja.”
”baik, saya tidak akan bertanya panjang lebar, jawaban tetap ada di tangan
anak saya, Mey.”
Mey keluar membawa nampan berisi teh dan beberapa makanan kecil. Tatapannya
menunduk ke bawah. Anggun dengan gamis biru dan jilbab biru. Mey tak memandang
Dimas sedikitpun.
”Mey, bagaimana, pemuda ini ingin melamarmu, apakah Mey bersedia?” tanya
ayah
”Mey butuh waktu, tiga hari kedepan insyaAllah akan Mey beri jawabannya.”
”baiklah anakku, ananda, siapa nama ananda, sampai saya lupa bertanya.”
”nama saya Dimas pak,”
”baik nak Dimas, tiga hari lagi datanglah kemari di jam segini juga,”
”baik pak.”
Di sepertiga malam
Dear diary...
Pemuda itu datang. Ia dia benar datang. Aku tak
pernah sangka ia yang akan datang ke rumahku. Aku harus shalat tahajjud dan
istikharah. Ada desiran apa ini?
Ya Allah, jika benar ia (Dimas) adalah jodoh yang terbaik darimu. Jika benar
ia (Dimas) baik untukku, agamaku, dan masa depanku, maka dekatkanlah. Tapi,
jika ia (Dimas) buruk untukku, agamaku,
dan masa depanku maka jauhkanlah. Engkaulah Yang Maha Mengetahui. Aamiin...
12 Juni 2015
Tiga hari berjalan begitu cepat bagiku. Aku mendapat banyak kekuatan untuk
menjawab lamarannya. Aku yakin dengan jawabanku ini. semoga Allah selalu
meridhai dan memudahkan jalan yang ku pilih. Aamiin.
Malam datang menjelang, detik-detik kedatangannya semakin dekat. Setelah
shalat Maghrib berjamaah dengan ayah dan bunda, ayah memberi nasehat kepada
Mey.
”Mey, ayah melihat pemuda kemarin bukanlah pemuda sembarangan.”
”ia ayah.”
”ayah harap Mey punya jawaban terbaik untuknya dan untuk keluarga kita.”
”ia ayah, Mey akan memberikan yang terbaik untuk kita.”
”jangan lupa berdoa ya Mey.”
”ia bunda.”
Sepuluh menit kemudian,
”Assalamu’alaikum.”
”wa’alaikumsalam. Masuk, kedatanganmu sudah dinanti.”
”terimakasih pak.” sambil menyalami ayah Mey.
”Mey, tolong buatkan minuman untuk tamu kita.”
”ia ayah.”
”apa kabarnya nak? Sudah siap kan dengan jawaban yang akan diberikan Mey?”
”InsyaAllah siap pak.”
”kalaupun tidak berjodoh, jangan sungkan mampir ke mari, saya banyak
soal-soal yang lain yang mau saya
tanyakan sama ananda. Saya lihat ananda punya
wawasan yang luas.”
”InsyaAllah pak, tapi ilmu saya masih sedikit.”
”tapi, ananda Dimas bisa shalat, mengaji dan menjadi imam nantinya kan?
Walaupun nanti bukan dengan
Mey, tapi bisa membimbing siapapun yang akan
menjadi isterinya Ananda Dimas.”
”Insya Allah pak, saya hanya bisa itu saja, masih banyak ilmu yang harus
saya pelajari.”
”baik-baik, bapak mengerti.”
Mey keluar membawa nampang, kali ini ia memakai gaun gamis warna hijau dan
jilbab jihau. Tetap seperti biasa menunduk dan tak berbicara. Baru setelah ia
meletakkan cangkir dan makanan, lalu duduk dan mengeluarkan kata-kata.
”Bismillaahirrahmaanirrahim, setelah saya pikir-pikir. Lamaran Dimas akan
saya jawab sekarang juga, tapi sebelum itu saya ingin bertanya. Hafalan Quran
Dimas sudah sejauh mana?”
”alhamdulillah akhir bulan kemarin, khatam 30 Juz.”
” alhamdulillah, dengan begitu, saya terima lamarannya.”
”alhamdulillah, Mey, benar demikian? Ayah tidak salah dengar kan?”
”benar ayah, Mey menerima Dimas
menjadi suami Mey.”
”terimakasih anakku, bagaimana ananda Dimas kelanjutannya.”
”alhamdulillah terimakasih Mey, minggu depan saya akan membawa kedua orang
tua dan rombongan untuk
proses khitbah, bagaimana pak?
”insyaAllah kami akan menerima dengan senang hati.”
”kalau begitu saya pamit pulang.”
”ia. Hati-hati ananda Dimas.”
19 Juni 2015
Kediaman Mey
Dear diary..
Pemuda itu akan datang bersama rombongannya. Aku mau shalat tahajjud dulu.
Kediaman Dimas
Ya Allah, lancarkan dan
mudahkanlah untuk hari ini. hanya Engkaulah Yang Maha Memudahkan.”
2 minggu setelah khitbah
Kediaman Mey
Dear Diary... pemuda itu resmi meminangku. Aku
harus menjaga hati ini, sampai dia benar-benar halal untukku. Menanti tanggal 8
Agustus 2015. semoga hati ini terus terjaga. Aku mau tahajjud dulu ya.
Kediaman Dimas
Ya Allah, sungguh besar
Kuasa-Mu. Mudahkanlah acara penikahan hamba nanti di tanggal 8 Agustus 2015.
hamba ingin terus menjaga hati ini, sampai engkau menghalalkan kami. Aamiin.
Ending
8 Agustus 2015
Acara penikahan Meymey dan Dimas berjalan lancar. Meymey begitu cantik
dengan gaun pengantinnya. Begitu halnya dengan Dimas. Saat prosesi Ijab Kabul
bunda, kak Sarah, dan Halimah begitu serius melihat Dimas dan ayah. Apalagi
Mey. Allah yang mempertemukan, Allah pula yang menyatukan. Cinta mereka
disatukan Allah dengan Kudrah dan Kuasa-Nya.
Bukan cinta yang memilihmu, tapi Allah yang
memilihmu untuk kucintai, Mey.
Dimas
Dan Cinta yang Allah titipkan untukku akan kujaga
hingga ke Syurga, Dimas
Mey
Epilog
Cinta dalam diam. Membuahkan cinta yang mengarah ke jalan kebaikan. Cinta
tak mesti harus diungkapkan dengan kata-kata tapi dengan perbuatan. Cinta yang
sejati adalah cinta yang diucapkan di depan istri atau suami kita. bukan cinta,
jika diutarakan bukan kepada isteri atau
suami kita. seperti kisah Mey dan Dimas.
Kegagahan dan keberanian Dimas menyatakan kesanggupannya membina rumah
tangga di depan ayah Mey, adalah bukti cinta Dimas kepada Mey. Bukan sekedar
gombal lewat kata-kata saja tapi tak berani menikahi. Nikahi atau lepaskan. Itu
jalan yang terbaik. Semoga dari kisah ini, menjadi penawar para single-single
yang belum menikah. Jikalau kita ingin mendapatkan jodoh yang hafiz, maka kita
harus menjadi hafizah.
Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang shaleh, maka kita harus menjadi
shalehah. Jika kita ingin
mendapatkan Ali bin Abi Thalib maka kita harus menjadi Fatimah Zahra. Jodoh
kita adalah cerminan kita. Jika kita baik, maka baiklah jodoh kita, jika kita
buruk buruklah jodoh kita. Semangat memperbaiki diri, memantaskan diri, kelak
Allah yang akan memantaskan kita dengan seseorang yang tak jauh dari sifat
kita. yakinlah, rubahlah, dan istiqomahlah.
Komentar
Posting Komentar