Jodoh Pasti Bertamu (Kisah si Meymey)


Oleh: Nur Anshari


23 Mei 2004

Dear diary

Hari ini pertama kali aku masuk sekolah. perginya naik sepeda, melewati jalan sawah yang membentang luas. Sejuk deh. Waktu pergi sekolah  pagi-pagi bareng kakakku. Aku kelas satu kakakku kelas tiga. Tau gak, sekarang aku sudah masuk SMA. SMA paling kampung di kotaku, he he he. Biarpun kampung tapi aku gak kampungan ya? Aku mau lihat nanti siapa yang akan jadi temanku? Soalnya aku susah banget bergaul dengan orang lain. susah ngomongnya. Kayak waktu SMP dulu, aku pendiam banget orangnya. Asli cupu. Udah dulu ya diary. Aku mau shalat tahajjud dulu, minta petunjuk sama Allah dan pertolongan-Nya.

Meymey, gadis belia 16 tahun, menamatkan sekolah menengah pertamanya di salah satu kota di pojok pulau Kalimantan. Ia adalah sosok gadis yang baik, penurut, suka menolong, dan ngomongnya juga irit. Mey, panggilannya, memiliki seorang kakak yang cantik jelita. Sarah namanya. Kakaknya beda banget pribadi dan karaktrernya dengan si Mey. Kakaknya berprilaku ramah, disenangi semua orang, baik, dan cantik lagi. Ya, walaupun tidak secantik kakaknya, tapi Mey berusaha untuk berpenampilan rapi dan terurus.

Mey mempunyai satu hobi yang sangat tekun dilakoni. Semenjak SD, Mey selalu menulis diary. Setiap malam sebelum tidur, atau bahkan ketika bangun tidur malam untuk shalat tahajjud. Sarah, siswi yang cerdas. Meraih juara umum setiap tahunnya. Dan mendapat medali penghargaan di cabang olimpiade Fisika. Berbeda dengan kakaknya, Mey lebih banyak bergulat di bidang agama. Mengaji dan menghafal al-Quran adalah kesibukan lainnya selain belajar. Walaupun begitu, Mey tetap mendapat juara tiga besar.

Dengan shalat tahajjud di malam hari, membuat Mey lebih hidup. Life is never flat. Walau sifat pendiamnya tak bisa hilang. Bicara sekenanya saja. Jika ada perlu. Tapi, di saat shalat tahajjud, Mey menceritakan segala keluh kesahnya kepada Tuhannya, Allahu Rabbi. Ia mencurahkan segala perasaannya. Mulai dari apa yang dialami, diinginkan, dan apa yang membuatnya sedih diceritakan semua kepada Allah swt. Membuat Mey semakin kuat dengan agamanya.

Pagi dating menjelang. Disambut kicauan burung yang merdu. Mey yang sudah bersiap-siap berangkat sekolah bersama Sarah menyelesaikan semua perlengkapan sekolahnya.

”Kak Sarah, yuk berangkat.” seraya menyalami bunda dan ayah.

”ia Mey, kak udah siap juga ni. Bunda dan ayah, kami pergi ya. Assalamu’alaikum.” sambil menyalami.

”ia nak, hati-hati ya.” jawab bunda dan ayah

”sip bunda.” jawab Sarah

”hari ini Mey yang bawa ya. Kak duduk di belakang. He he”

“boleh, naik terus. kak pegang badan Mey yang erat ya, Mey mau ngebut nih.”

“isshhh,,, gaya kali si Mey, emangnya sepeda ini punya mesin apa? Pake ngebut segala.”

“punya lah kak, mesin kaki yang Allah ciptakan. He he”

“he he he ia juga ya. Apapun boleh lah, cepat nanti kita bisa terlambat.”

Begitulah keseharian pergi bareng kakak sarah bagi kehidupan Mey. Kak Sarah adalah segala-galanya bagi Mey setelah bunda dan ayahnya. Mey sudah mempunyai teman. Namanya Halimah. Teman Mey ini orangnya asyik. Ini cuplikan kisah bagaimana Mey bisa berteman dengan Halimah.

He he.. tertawa gelak antara Sarah dan Mey saat tiba di parkir sepeda.
”gimana kak, pembalap no.satu di Kalimantan ini cocok gak dapat medali perak?”

”huu... jangankan Perak, Perunggu aja belum cocok Mey.”

”kenapa kak?”

”ia, karena Mey cocoknya jadi Hafizah, bukan pembalap.”

”he he he.. ia ya kak. Ingat-ingat Hafizah harus menjaga dirinya dengan baik ya kak.”

”yups.. benar.”

”maaf.. tadi saya dengar ada yang menjadi Hafizah di antara kalian, boleh saya tau berapa juz?”

”eh... ia. Ini adik saya Mey namanya, dia sudah menghafal lima juz. Alhamdulillah.”

”wah, luar biasa. Saya baru saja masuk sekolah ini, dan baru mendengar kabar kalau ada yang hafizah di 
sini. Dan di depan mata saya. Kagum. Kenalkan, nama saya Halimah. Kelas 1-5.”

”wah,. Kalian sekelas Halimah. Adik saya juga kelas 1-5. sementara saya kelas 3-1”

”benarkah? Wah sungguh kebetulan sekali. Mey, saya ingin berteman denganmu. Boleh kah?

”tentu boleh donk, Mey ayo dijawab kok bengong?”

”ehh.. ia ia. Boleh.” Mey gugup menjawabnya.

”Yuk kita masuk kelas Mey,” ajak Halimah.

”ia Mey, masuk kelas terus ya, kak Sarah juga mau ke kelas, piket kak hari ini.”


Nah, percakapan di tempat parkir sepeda membuat Mey mendapat teman baru. Halimah. Anaknya baik, dia kagum sama anak yang menghafal al-Quran seperti Mey. Hari-hari dilalui Mey dan Halimah dengan baik. Mey mendapat kesempatan yang baik, teman sebangkunya Juwita meminta menukar bangkunya dengan Halimah, sebab Juwita ingin duduk dengan Meri sebelah Halimah. Tentu dengan senang hati Halimah mau menukarnya, sebab bersama dengan Mey adalah hal yang menyenangkan. Bisa banyak manfaat yang dipetik.

24 Mei 2004

Ya, Allah. Gadis tadi pagi yang tak sengaja aku melihatnya. Parasnya begitu ayu, pandangannya menunduk. Ia tak banyak bicara seperti dua temannya. Tapi, apa yang hamba dengar barusan, ia seorang hafizah? Sudah lima juz. Sedangkan hamba, baru tiga juz, hamba harus bisa meningkatkan hafalan hamba lagi. Semoga kelak hamba bisa menjemput bidadari hamba yang hafizah pula. Ataukah ia bidadari itu? Hanya Engkau Yang Maha Tahu Ya Allah, berikanlah yang terbaik untuk hamba. Aamiin.

Dimas mengakhirkan shalat tahajjudnya dengan shalawat. Ia hampir saja membayangkan wajah gadis yang ia lihat tadi pagi di parkiran sepeda. Jauh di pojok parkir ia memperhatikan gadis itu lamat-lamat. Ada desiran lembut di hatinya. Apakah itu? Segera ia tepis desiran itu dengan kalimat istighfar, agar hafalannya tidak hilang.

Di SMA yang terletak di pojok pulau Kalimantan, tempat Mey bersekolah, ada seorang Dimas yang bersekolah juga di sana. Dimas adalah ketua Rohis di sekolah itu. Berpenampilan biasa saja, ramah, dan pandai berceramah, tak kurang ia seorang Hafiz juga. Tiga juz. Dimas sudah kelas 2, ia banyak menghabiskan waktunya selain belajar dan organisasi yaitu dengan menghafalkan Quran.

9 Desember 2005

Kediaman Mey

Dear Diary
Aku mendapat kabar, kalau aku terpilih menjadi salah satu mentor untuk adik-adik Rohis yang baru. sekarang aku sudah kelas dua. Aku bertemu dengan banyak teman, termasuk Halimah yang paling aku sayangi. Dan.. ada satu ikhwan yang menggelitik relung jiwaku. Ada apa ini? ia adalah ketua Rohis. Aku tak berani memikirkannya, walaupun telah kutulis di sini. Aku takkan pernah mendekatinya, aku takkan pernah berbicara dengannya cukup dengan Halimah saja ia sampaikan misi-misi dan rencana kerjanya dnegan Rohis. Aku takkan berani berbicara dengannya. Jantungku takkan mampu ku jaga. Aku akan menumpahkan segala rasa ini hanya pada Allah, cintaku, hidup matiku.aku mau shalat tahajjud dulu ya...

Kediaman Dimas

Ya Allah, akhlaknya begitu luar biasa. Tak berani pun ia memandang laki-laki. Ia sangat menjaga dirinya, hafalannya, dan ... hamba tak tahu termasuk rasa apa ini? hamba akan simpan baik-baik ya Allah. Dan pergaulan hamba dengan teman-teman perempuan lainnya benar-benar hamba jaga. Berinteraksi seperlunya, agar hamba bisa terus mendapat naungan-Mu. Karena hanya Engkaulah tempat hamba mengadu. Pelihara rasa ini agar tercurah pada tempatnya, hanya untuk isteri hamba kelak. Aamiin.

2 Juni 2006

Waktu berjalan dan terus berjalan. Hingga sampailah Mey di kelas tiga. Hari-hari disibukkan dengan belajar, Rohis, dan hafalan Quran. Saat ini hafalannya sudha meningkat menjadi 15 juz. pada hari ini, siswa-siswi SMA pergi ke sekolah dengan tertib. Ujian Akhir sekolah bagi yang kelas tiga. Sebentar lagi, Mey dan teman-temannya akan pergi dari sekolah itu, dalam artian akan menamatkannya. kak Sarah mendapat beasiswa ke Malaysia. Sudah semester 4. Halimah juga sudah meningkatkan hafalannya menjadi 5 juz. Dan.. Dimas sudah berangkat ke Mesir, melanjutkan studinya di Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar. Dan sudah semester 2.

Mey takkan pernah lupa dengan sekolah yang membesarkan namanya. Mey menjadi hafizah perwakilan sekolah untuk lomba tingkat kabupaten, Provinsi, dan sebulan lalu tingkat nasional. Juara demi juara diraihnya. Bunda dan ayah sangat bangga padanya. Mey akan disekolahkan ke Madinah. Subhanallah.

13 Januari 2015

Di dunia ini tak ada yang bisa ditebak. Yang ditunggu-tunggu dan paling mendebarkan adalah perkara jodoh. Sudah sembilan tahun Mey tinggal dan belajar di Madinah. Mey sangat kerasan di sana. Ia sangat mencintai bumi tempat Nabi Muhammad saw lahir. Sebenarnya, kuliah S1 Mey sudah tamat empat tahun lalu. Namun, Mey melanjutkan lagi hingga S2 dan S3. hingga lengkap sudah gelar untuk putri kedua bunda dan ayah.

Kak Sarah sudah menikah empat tahun lalu dengan seorang pemuda baik yang datang melamar ke rumah. Dari pernikahannya, lahirlah dua bidadari cantik, Najwa dan Mina. Sedangkan Mey masih satu bulan lagi baru balik ke tanah air. Mey berhasil menamatkan hafalan Qurannya 30 juz, gelar Doktor, dan sekarang ia ditawarkan untuk menjadi ketua jurusan di Universitas Madinah. Mey menolak dengan halus, ia harus pulang ke tanah air.

Ia sudah sangat merindukan keluarganya, bunda dan ayahnya, kak Sarah dan keponakannya, Halimah, dan...

15 Februari 2015

Mey pulang dengan segenap cinta dan prestasi. Bunda dan ayah sangat merindukannya. Seorang putri yang paling berbakti, baik budinya, dan tidak pernah membuat orang tuanya sedih. Mendengar dari balik telepon genggamnya tentang kepulangan Mey ke tanah air, Halimah yang tengah mengajar mata kuliah Tafsir di Universitas Kalimantan sangat senang. Sepulang dari mengajar, Halimah langsung keluar kelas dan pergi ke parkiran mobil. Menghidupkan mobilnya, dan beranjak pergi ke rumah Mey.

”Assalamu’alaikum.”

”wa’alaikum salam, Halimah. Masuk.”

”ia kak, Mey belum sampai ya kak?”

”Mey lagi dijemput di bandara sama bunda dan ayah. Kak Sarah lagi nyiapin makanan untuk sambut Mey.”

 ”jadi gak sabar lihat Mey. Sudah 9 tahun tidak pulang karena fokus dengan kuliahnya. Itulah si Mey. Kalau 
belajar konsen bener.”

”he he he... jadi ingat ya kita bertiga pulang pergi sekolah naik sepeda dulu...”

”ia kak, gak kan terlupakan itu.”

”oya Halimah, minum dulu ya, dan cicipi aja makanan yang ada di atas meja.”

”ia kak.”

Di Bandara
Sebenarnya kepulangan Mey kali ini benar-benar fokus mencari jodoh. Ia sudah berumur, sudah saatnya berumah tangga, itulah pikir bunda dan ayahnya. Pinangan demi pinangan dengan berat hati harus ditolak ayahnya, sebab Mey memang mau fokus studi terlebih dahulu. Ayah dan bunda mengalah. Nah, saat ini benar-benar tidak boleh ditolak lagi. Siapa yang datang dengan baik, akhlaknya baik, dan agamanya juga baik. Takkan ditolak lagi. Tinggal siapa yang datang duluan.

Mey keluar dari salah satu ruangan bandara. Ia memperhatikan sekitar, bunda dan ayahnya melambaikan tangan. Dari jauh Mey memandang nafas panjang perjuangannya, ialah bunda dan ayahnya. Mey sedikit berlari menghampiri ayahnya. Gaun gamis biru, dipadu jilbab biru. Dengan setumpuk koper dalam roda yang tengah didorong.

”bunda.. ayah... Mey pulang.” sambil memeluk haru dengan bundanya. Ayahnya menepuk-nepuk bahu Mey.

”ia anakku, Mey sudah besar dan cantik ya sekarang. Bunda sangat rindu, ayah juga.”

”Mey menyeka air mata bundanya, jangan nangis bunda, Mey gak akan pergi jauh lagi. Bunda dan ayahlah 
yang akan menjadi teman Mey kini.”

”ia Mey, memang benar-benar anak ayah bunda.” Seru Ayah

Setiba di rumah, Mey disambut kak Sarah dan Halimah. Pelukan rindu tak terbendung.

”Assalamu’alaikum. .

”wa’alaikum salam, Mey, kak Sarah rinduu...” pelukan rindu membahana tercurah antara dua saudara itu,
Kemudian

”Halimah, .. kapan sampai?” belum selesai bertanya, Halimah sudah memeluknya.

”ini nih, sahabat yang gak pernah lupa bertanya gimana kabarku di sini? Sudah S2 belum? Sudah mengajar belum? Sudah menamatkan hafalan belum? Pokoknya rinduuu...

”he he he”... ia Halimah... rinduuu juga.

Suasana rumah kian menjadi haru. Kerinduan menyeruak tak terbendung. Apalagi anak yang baik budi pulang dari perantauannya bertahun-tahun.

2 Juni 2015

Kediaman Dimas
Ya Allah, sudah saatnya Hamba menikah. Anugerahkanlah hamba jodoh yang terbaik. Seorang isteri yang shalehah, kuat agamanya, baik perangainya. Hanya itu saja ya Allah, apapun ketentuan-Mu hamba terima dengan ikhlas. Karena Engkaulah Yang Maha Menentukan.  Aamiin...

Pagi menyambut, Dimas merapikan pakaiannya. Ia harus menghadiri perjamuan dan penyambutan dosen-dosen baru berprestasi di Fakultas Agama Islam. Sementara Dimas mengajar di fakultas Ushuluddin. Dimas menamatkan S2nya di Mesir dan ditarik menjadi dosen di Universitas Kalimantan.  Sambil mengajar Dimas melanjutkan S3nya di Semarang. Dan saat ini Dimas telah menjadi ketua jurusan setelah menamatkan S3nya.

Kediaman Mey

Dear Diary
Hari ini, aku mendapat kesempatan menjadi salah satu dosen berprestasi. Penghargaannya akan diberikan oleh rektor. Aku deg-degan. Gimana nanti ya? Diary, aku mau shalat tahajjud dulu ya.

Sudah empat bulan, Mey mengajar di Kampus tempat Halimah mengajar juga. Mey seorang dosen yang aktif menulis. Tulisannya telah banyak dimuat di jurnal nasional dan internasional. Hari ini, Mey menjadi salah satu kandidat dosen berprestasi.

Aula Pertemuan Fakultas Agama Islam

Acara hari itu begitu khidmat. Bunda dan ayah datang sebagai tamu terhormat. Mey dipanggil dengan nama lengkap beserta bunda dan ayahnya. Air mata haru tak terbendung dari pipi ayah dan bunda. Mey mengendalikan dirinya. Saat menerima piagam itu, Mey mengucap syukur berkali-kali. Ratuan mata dari penonton yang melihatnya dengan rasa kagum. Termasuk Dimas, tapi Mey tidak melihat ada Dimas di sana.

Dalam hati Dimas, ya Allah, itukah Mey? Gadis yang menahan pandangannya, tak berbicara sedikitpun dengan lawan jenis, yang mewakilkan keperluan berbicaranya cukup dengan Halimah saja. Ada desiran lembut di hatiku ya Allah, apakah dia jodoh hamba? Ya Alllah, Kalau benar ia baik untukku, agamaku, dan masa depanku, maka dekatkanlah. Tapi kalau ia buruk untukku, agamaku, dan masa depanku maka jauhkanlah... aamiin.

7 Juni 2015
Kediaman Dimas

Percakapan di telepon antara Dimas dan Halimah

”assalamu’alaikum, apa benar ini kediaman ibu Halimah? Saya Dimas, teman sewaktu SMA dulu”

”wa’alaikumsalam, benar. Sebentar ya, saya panggilkan bu Halimah.”

”baik, pak.”

”ia, saya Halimah, ada apa Bang Dimas?”

”he he, bu Halimah, tidak usah panggil Bang lagi, panggil saja pak Dimas, umur saya sudah tidak muda lagi.”

”bu Halimah masih sama seperti dulu ya. Tetap ramah dan jenaka. He he, begini bu, saya mau minta tolong 
sama ibu.”

”minta tolong apa?”

”minta tolong beritahu saya, yang bu Mey sudah ada calon yang melamar atau belum?”

”oh... masalah jodoh ya. Hem.. saya kasih tau gak ya?”

”tolonglah bu Halimah, kalau belum saya berencana melamar bu Mey.”

”benaran ini, bang eh pak Dimas?”

”InsyaAllah saya serius bu.”

”gak takut bakal ditolak sama ayahnya, karena selama ini banyak calon yang sudah melamar tetapi ditolak.”

”insyaAllah apapun keputusan ayah bu Mey dan bu Mey sendiri akan saya terima dengan lapang dada.”

”baiklah, bu Mey belum ada calon yang melamar setelah menolak beberapa calon yang datang.”

”alhamdulillah, bisa beritahu saya dimana alamatnya”

”baik, semoga berjalan lancar ya. Akan saya kirimkan lewat email hari ini juga.”

”terimakasih banyak bu Halimah.”

”sama-sama bang eh pak Dimas.”

9 Juni 2015
Kediaman Mey di Malam hari

”Assalamu’alaikum.”

”wa’alaikum salam.”

”ada perlu dengan siapa?” ayah Mey yang membukakan pintu melihat ada seorang pemuda datang.

”saya mau bertemu bapak.”

”dengan saya, ada apa? Saya belum pernah melihat ananda sebelumnya”

”saya mau datang melamar anak bapak.”

”kalau begitu, masuk dulu kita bicara di dalam.”

”baik pak.”

”Mey, tolong buatkan minuman untuk tamu kita.”

”ia ayah,”

”ananda kenal Mey dimana? Setahu saya, Mey baru pulang dari Madinah dan belum kenal sama siapa-siapa 
selain Halimah, buku dan tulisan-tulisannya. Kok bisa tiba-tiba ananda tau Mey?”

”saya kenal Mey sewaktu SMA dulu, saya tak sengaja melihat anak bapak. Sungguh pak tidak sengaja.”

”baik, saya tidak akan bertanya panjang lebar, jawaban tetap ada di tangan anak saya, Mey.”

Mey keluar membawa nampan berisi teh dan beberapa makanan kecil. Tatapannya menunduk ke bawah. Anggun dengan gamis biru dan jilbab biru. Mey tak memandang Dimas sedikitpun.

”Mey, bagaimana, pemuda ini ingin melamarmu, apakah Mey bersedia?” tanya ayah

”Mey butuh waktu, tiga hari kedepan insyaAllah akan Mey beri jawabannya.”

”baiklah anakku, ananda, siapa nama ananda, sampai saya lupa bertanya.”

”nama saya Dimas pak,”

”baik nak Dimas, tiga hari lagi datanglah kemari di jam segini juga,”

”baik pak.”

Di sepertiga malam

Dear diary...
Pemuda itu datang. Ia dia benar datang. Aku tak pernah sangka ia yang akan datang ke rumahku. Aku harus shalat tahajjud dan istikharah. Ada desiran apa ini?

Ya Allah, jika benar ia (Dimas)  adalah jodoh yang terbaik darimu. Jika benar ia (Dimas) baik untukku, agamaku, dan masa depanku, maka dekatkanlah. Tapi, jika ia (Dimas)  buruk untukku, agamaku, dan masa depanku maka jauhkanlah. Engkaulah Yang Maha Mengetahui. Aamiin...

12 Juni 2015

Tiga hari berjalan begitu cepat bagiku. Aku mendapat banyak kekuatan untuk menjawab lamarannya. Aku yakin dengan jawabanku ini. semoga Allah selalu meridhai dan memudahkan jalan yang ku pilih. Aamiin.

Malam datang menjelang, detik-detik kedatangannya semakin dekat. Setelah shalat Maghrib berjamaah dengan ayah dan bunda, ayah memberi nasehat kepada Mey.

”Mey, ayah melihat pemuda kemarin bukanlah pemuda sembarangan.”

”ia ayah.”

”ayah harap Mey punya jawaban terbaik untuknya dan untuk keluarga kita.”

”ia ayah, Mey akan memberikan yang terbaik untuk kita.”

”jangan lupa berdoa ya Mey.”

”ia bunda.”

Sepuluh menit kemudian,

”Assalamu’alaikum.”

”wa’alaikumsalam. Masuk, kedatanganmu sudah dinanti.”

”terimakasih pak.” sambil menyalami ayah Mey.

”Mey, tolong buatkan minuman untuk tamu kita.”

”ia ayah.”

”apa kabarnya nak? Sudah siap kan dengan jawaban yang akan diberikan Mey?”

”InsyaAllah siap pak.”

”kalaupun tidak berjodoh, jangan sungkan mampir ke mari, saya banyak soal-soal yang lain yang mau saya 
tanyakan sama ananda. Saya lihat ananda punya wawasan yang luas.”

”InsyaAllah pak, tapi ilmu saya masih sedikit.”

”tapi, ananda Dimas bisa shalat, mengaji dan menjadi imam nantinya kan? Walaupun nanti bukan dengan 
Mey, tapi bisa membimbing siapapun yang akan menjadi isterinya Ananda Dimas.”

”Insya Allah pak, saya hanya bisa itu saja, masih banyak ilmu yang harus saya pelajari.”

”baik-baik, bapak mengerti.”

Mey keluar membawa nampang, kali ini ia memakai gaun gamis warna hijau dan jilbab jihau. Tetap seperti biasa menunduk dan tak berbicara. Baru setelah ia meletakkan cangkir dan makanan, lalu duduk dan mengeluarkan kata-kata.

”Bismillaahirrahmaanirrahim, setelah saya pikir-pikir. Lamaran Dimas akan saya jawab sekarang juga, tapi sebelum itu saya ingin bertanya. Hafalan Quran Dimas sudah sejauh mana?”

”alhamdulillah akhir bulan kemarin, khatam 30 Juz.”

” alhamdulillah, dengan begitu, saya terima lamarannya.”

”alhamdulillah, Mey, benar demikian? Ayah tidak salah dengar kan?”

”benar ayah, Mey menerima  Dimas menjadi suami Mey.”

”terimakasih anakku, bagaimana ananda Dimas kelanjutannya.”

”alhamdulillah terimakasih Mey, minggu depan saya akan membawa kedua orang tua dan rombongan untuk 
proses khitbah, bagaimana pak?

”insyaAllah kami akan menerima dengan senang hati.”

”kalau begitu saya pamit pulang.”

”ia. Hati-hati ananda Dimas.”

19 Juni 2015
Kediaman Mey

Dear diary..
Pemuda itu akan datang bersama rombongannya. Aku mau shalat tahajjud dulu.

Kediaman Dimas

Ya Allah, lancarkan dan mudahkanlah untuk hari ini. hanya Engkaulah Yang Maha Memudahkan.”

2 minggu setelah khitbah
Kediaman Mey

Dear Diary... pemuda itu resmi meminangku. Aku harus menjaga hati ini, sampai dia benar-benar halal untukku. Menanti tanggal 8 Agustus 2015. semoga hati ini terus terjaga. Aku mau tahajjud dulu ya.

Kediaman Dimas
Ya Allah, sungguh besar Kuasa-Mu. Mudahkanlah acara penikahan hamba nanti di tanggal 8 Agustus 2015. hamba ingin terus menjaga hati ini, sampai engkau menghalalkan kami. Aamiin.

Ending
8 Agustus 2015

Acara penikahan Meymey dan Dimas berjalan lancar. Meymey begitu cantik dengan gaun pengantinnya. Begitu halnya dengan Dimas. Saat prosesi Ijab Kabul bunda, kak Sarah, dan Halimah begitu serius melihat Dimas dan ayah. Apalagi Mey. Allah yang mempertemukan, Allah pula yang menyatukan. Cinta mereka disatukan Allah dengan Kudrah dan Kuasa-Nya.

Bukan cinta yang memilihmu, tapi Allah yang memilihmu untuk kucintai, Mey.
                                                                                    Dimas
Dan Cinta yang Allah titipkan untukku akan kujaga hingga ke Syurga, Dimas
                                                                                    Mey



Epilog

Cinta dalam diam. Membuahkan cinta yang mengarah ke jalan kebaikan. Cinta tak mesti harus diungkapkan dengan kata-kata tapi dengan perbuatan. Cinta yang sejati adalah cinta yang diucapkan di depan istri atau suami kita. bukan cinta, jika  diutarakan bukan kepada isteri atau suami kita. seperti kisah Mey dan Dimas.

Kegagahan dan keberanian Dimas menyatakan kesanggupannya membina rumah tangga di depan ayah Mey, adalah bukti cinta Dimas kepada Mey. Bukan sekedar gombal lewat kata-kata saja tapi tak berani menikahi. Nikahi atau lepaskan. Itu jalan yang terbaik. Semoga dari kisah ini, menjadi penawar para single-single yang belum menikah. Jikalau kita ingin mendapatkan jodoh yang hafiz, maka kita harus menjadi hafizah.

Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang shaleh, maka kita harus menjadi shalehah. Jika kita ingin mendapatkan Ali bin Abi Thalib maka kita harus menjadi Fatimah Zahra. Jodoh kita adalah cerminan kita. Jika kita baik, maka baiklah jodoh kita, jika kita buruk buruklah jodoh kita. Semangat memperbaiki diri, memantaskan diri, kelak Allah yang akan memantaskan kita dengan seseorang yang tak jauh dari sifat kita. yakinlah, rubahlah, dan istiqomahlah.










Komentar