jatuh CINTA itu MENYAKITKAN tapi Bangun CINTA itu MEMBAHAGIAKAN


Oleh: Nur Anshari

Prolog
Kata Setia Furqon Kholid dalam judul bukunya, jangan jatuh cinta tapi bangun cinta. Kisah dalam cerita ini juga rada-rada mirip. Seorang gadis yang jatuh cinta hanya melalui telpon. Dan, saat laki-laki yang menawan hatinya hanya mempermainkannya, sang gadis hancur. Merasa disakiti.

Beruntungnya dia memiliki sahabat yang setia membantu menyelesaikan kegundahan hatinya. Dan karena gadis itu juga mau move on. Mari simak kisahnya dalam cerita berikut ini. Baiknya saat seseorang nembak cintanya mbok jangan buru-buru disambut, tunggu dulu, dia ngajak jatuh cinta atau bangun cinta ke pelaminan? Kalau pilihan pertama yang ditawarkan pikir-pikir dulu sebelum bertindak. Jangan ujung-ujungnya sakit hati.

jatuh CINTA itu MENYAKITKAN tapi Bangun CINTA itu MEMBAHAGIAKAN

“kan sudah aku bilang, kamu sih bandel. Masih juga terima dia. Udah jelas-jelas dia itu nyakitin kamu! Itu kamu bilang cinta?”

”tapi, aku bener-bener cinta sama dia.”

”helloww, oke. Kamu emang bener cinta sama dia, tapi dianya? No. Sya. Dia itu gak pantes buat kamu. Please lupakan dia!”

”tapi.... aku sudah bener-bener gak bisa gantikan dia dengan orang lain di hati aku.”

”butuh nasehat apalagi yang harus aku kasih ke kamu, Sya. Sudah berbuih mulut aku ngasih tau ke kamu, kalau dia di sana gak bener-bener mencintaimu. Buktinya dia gak berani jumpai orang tuamu langsung untuk melamarmu.”

”tapi, dia sedang studi, gimana mau bisa balik ke sini.”

”nah, itu dia jawabannya. Karena dia lagi studi, jadi dia belum bener-bener menomorsatukan kamu dalam kehidupannya. Dia masih mengesampingkan kamu. Dengar ya Sya, laki-laki baik-baik itu gak akan membuatmu menunggu. Dia dengan jentle akan melamarmu secara langsung dengan menjumpai orang tuamu. Bukan main kucing-kucingan begini lewat telpon. Aku sahabatmu, Sya. Aku ingin yang terbaik untukmu.”

”Ia Mel, aku akan dengar nasehatmu dengan baik. Tapi ini berat buat aku.”
***
Melati dan Syafitri berteman sejak kecil. Sejak taman kanak-kanak. Jadi mereka begitu dekat dan akrab. Asal Melati ada masalah, Syafitrilah yang membantunya, begitu pula sebaliknya, saat syafitri ada masalah, Melatilah yang mensupport dan membantunya keluar dari masalah. Saat SMP dan SMA pun mereka satu sekolahan.

Ada kejadian ganjil ketika SMA. Melati pulang dengan sepeda seperti biasa. Sementara Syafitri dijemput mamanya. Melati pulang duluan, sebab harus menyiapkan tugas kelompok yang ditugaskan oleh bu guru tadi. Sementara Syafitri harus pulang dengan mamanya karena mau diajak arisan ke ibu-ibu darmawanita.

Tak berapa lama, Sya menunggu, mamanya datang.

”cepat nak, kita sudah terlambat arisannya.”

”kenapa harus pergi dengan Sya ma, kan biasanya mama pergi dengan kak Fita.”

”hari ini kak Fita gak bisa, dia harus konsultasi judul skripsinya ke kampus.”

”oke deh ma. Tapi jangan lama ya ma, Sya ada tugas kelompok dengan Melati, kasian Melati buat tugas tanpa Sya.”

”Ia, Sya, mama gak akan lama kok, karena mama males juga begosip-gosip lama-lama, nanti jatuh ke dosa. Udah, pasang terus sabuk pengamannya, mama mau ngebut dikit nih.”

”hati-hati mama.”

Tak sampai sepuluh menit, mama sudah selesai mengemudikan mobil sampai tujuan. Di jalan Pegangsaan, Riau. Perkumpulan ibu-ibu isteri PNS yang gayanya tinggi banget sudah pada nunggu. Level kelas kakap. Syafitri agak malas turun masuk ke dalam. Tapi, mamanya membujuk dengan lembut. Akhirnya Sya juga turun.

Sampai di rumah itu, rumah yang menjadi pusat perkumpulan ibu-ibu PNS itu, Sya juga bergabung. Sya bergabung, tapi ia tak tahu apa yang ada dalam acara itu sebenarnya, selain ngumpul-ngumpul, ngobrol, cerita, dan narek undian. Sya bosan. Sya mencari udara segar di taman samping rumah itu. Sampai suatu ketika.

”siapa gadis cantik ini yang duduk termenung sendirian?”

Sya terkejut dengar suara itu. Dan menoleh. Dag..dig..dug... detak jantung Sya berdetak dengan kencang. Dengan cepat Sya mengendalikan dirinya. Hanya menunduk dan tidak membalas sapaan itu. Cukup hanya menunduk. Suara itu berasal dari pita suara laki-laki. Tinggi. Putih. Alis tebal. Dan ganteng. Sya tahu, bukan sepatutnya ia berdua berada di taman itu saat itu. Bakal ada kejadian berbahaya, dan takut akan timbul fitnah. Sya segera menarik diri, dan masuk lagi ke dalam.

Laki-laki itu bergumam dalam hatinya, ”aku penasaran dengan gadis itu, kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku? Atau aku terlalu blak-blakan.? Pasti dia anak salah satu dari teman-teman arisannya mama. Seragam sekolahnya menunjukkan dia masih SMA. Ah, nanti aku minta mama cari tahu tentang dia. Aku penasaran.”

Sya masuk ke dalam dan mencari mamanya.

”ma,. Melati butuh bantuan Sya, Sya harus segera ke rumah Melati. Kalau tidak, besok bu guru akan menagih tugas kami.”

”ia, Sya kita pulang sekarang. Tunggu ya mama mau pamit sama bu Narti dulu. Gak sopan kalau kita langsung pulang tanpa permisi.”

”baik Ma, Sya juga ikut.”

”Bu Narti, kami pulang dulu ya, ini Syafitri anak saya harus segera mengerjakan tugas kelompoknya.”

”oh ia, Bu Suti tidak apa-apa. Syafitri jangan lupa mampir-mampir juga kemari, kita bisa bincang-bincang.”

”InsyaAllah bu.”

Sehabis bu Suti dan Syafitri pulang, Bagas segera menghampiri ibunya.

”Ma, kawan mama tadi punya anak perempuan yang cantik ya.”

”kawan mama yang mana Bagas? Kamu ini pantang banget lihat yang cantik-cantik.”

”yang tadi ma, yang pakai seragam SMA, manis soalnya, siapa namanya ma?”

”oh, Syafitri. Itu anaknya bu Suti. Salah satu kawan baik mama. Anaknya juga kelihatan sopan. Tapi, ingat Bagas. Mama akan jodohkan kamu bukan sama dia tapi sama Cindy, calon dokter, mama dan papanya kawan baik papa.

”ah, mama. Jaman sekarang masak pakai jodoh-jodohkan segala? Udah canggih lagi ma bukan zamannya siti nurbaya.”

”tidak pake bantah, pokoknya, mama mau Cindy jadi menantu mama.”

”ya.. ya..”

Bagas bandel. Diam-diam tanpa sepengetahuan mamamnya, Ia mencari tahu dengan teliti siapa nama-nama kawan arisan mamamnya di deretan buku telpon.

”bu Suti, bu Suti, bu Suti. Kok gak ada ya? Cari lagi yang teliti. Ayo Bagas, demi gadis manis itu. akhirnya, setelah mengucek-ucek mata 100 kali, ketemu.!”

Malamnya, di kediaman Syafitri

Kring...kring...

”Hallo,. Assalamu’alaikum, dengan kediaman Bojonegoro, ini dengan siapa?”

”Saya Bagas, bisa bicara dengan Syafitri?”

”ia, saya sendiri. Ada perlu apa?”

”ehmm...anu...anu... ssyya.. yang tadi siang jumpa di taman, masih ingat?”

”ia, ingat. Memangnya ada perlu apa?”

”ssyya... mau minta kenalan boleh?”

Tut...tut...tut...

”haloo..halooo...”

”aish, telponnya ditutup.”

Aku telpon lagi aja lah, mungkin dia salah tekan. Pikir Bagas.

”halloo..”

”HALO, INI SIAPA?”

”maaf pak, Syafitri ada.”

”SYAFITRI SEDANG BELAJAR JANGAN DIGANGGU, KALAU ADA KEPERLUAN BIAR SAYA SAMPAIKAN. EHGM...”

”tidak apa-apa pak, saya tutup telponnya. Assalamu’alaikum.”

”aduh, susah banget sih. Eh, baru kita bicara bentar, udah mati. Kita telpon lagi, diangkat bapaknya. Apes...

Bagas tidak menyerah. Besok malamnya Bagas kembali menelpon.

”Hallo..”

”Hallo.. dengan siapa?”

”ini, Bagas, Sya, tunggu jangan ditutup telponnya. Aku mau berteman saja sama kamu. Please, aku butuh teman curhat, aku lagi ada masalah.”

”cari saja teman curhat lain.”

”tut..tut..tut...”

Bagas kembali menelpon,

Hallo..”

”HAL0OO..INI SIAPA?”

Tut..tut...

”apes, ayahnya lagi yang angkat.”

Malam berikutnya berturut-turut hampir sebulan Bagas selalu menelpon. Walau dengan kejadian selalu ditolak sama Syafitri, Bagas tidak menyerah.”

Malam itu,

”Hallo..”

”Haloo, Syafitri, malam ini Bagas benar-benar akan mengakhiri telponnan ini. Bagas gak akan telpon-telpon lagi. Kecuali Syafitri menjawab pertanyaan Bagas. Apakah Syafitri mau menjadi pendamping Bagas? Teman hidup Bagas?”

lagi-lagi Syafitri enggan menjawab. Tapi, entah kenapa, malam itu hatinya lemah. Ia takluk sama kata-kata singkat itu. Akhirnya Sya menjawab.

”IA. AK”
Dalam hati Bagas. Yes berhasil.
Keesokan malamnya, Bagas kembali menelpon
“Hallo..Syafitri”
“Hallo, Bagas kapan kamu ke rumah bertemu orang tuaku?”
“apa. Kerumahmu?”
”ia, ke rumah. Kamu bilang mau melamarku menjadi pendamping hidupmu, aku mau.”
”Sya, tapi., aku sedang di LN.”
”apa?”
”ia, aku sedang liburan sebentar di sini, aku sudah berangkat kembali ke LN kemarin pagi.”
”jadi, maksud kamu?”
”aku merasa aku belum siap. Sya, kamu cari yang lain saja ya.”

Hancur sudah kepingan hati Syafitri, ia terbeku di depan gagang telpon. Semenjak di taman itu, ia sudah jatuh cinta kepada Bagas. Gak tau, rasa itu muncul dari mana. Yang jelas spontan saja, Bagas telah mendapat tempat istimewa di hatinya. Sampai telpon-telpon beruntun itu, yang membuat hati Sya berbunga-bunga.

Sya hancur. Patah hatinya. Jatuh cinta itu menyakitkan. Ia menceritakan masalahnya kepada Melati sahabatnya. Melati ikut sedih dengan penderitaan temannya. Ia mencoba sebisa mungkin menghibur temannya. Syafitri.

”Sya, kamu harus move on. Lupakan Bagas. Ia hanya laki-laki yang hanya ingin menyakitimu. Masa depanmu masih panjang Sya. Kamu pinter, cantik, dan punya bakat. Jangan kamu sia-siakan hidupmu hanya untuk laki-laki itu. Lupakan dia. Kasih tempat untuk laki-laki yang benar-benar tulus mencintaimu. Bangun cinta bukan jatuh cinta. Ingat pesan aku. Aku yakin, suatu saat akan ada laki-laki sejati itu datang melamarmu. Yakin, aku yakin banget.
”Makasih Mel, kamu memang sahabat terbaik aku.” doakan aku supaya aku kuat hadapi ini semua.
”ia, Sya. Tentu.”

Tujuh tahun kemudian, Sya sudah menyelesaikan studinya di Inggris, dan berencana pulang ke tanah air. Sya membuka obrolan lewat email dengan Mel, sahabat sejatinya.
”Haloo.. Sya?”
”Hallo.. Mel?”
”Sya, besok aku jemput kamu dimana?”
”Gak usah dijemput, aku udah dijemput sama mama, papa, kak Fita dan mas Dimas.”
”siapa Dimas, Sya?”
”Dimas, calon suami aku. Kami akan menikah sepulang aku dari Inggris.”
”yang bener kamu Sya, becanda kan? Kok aku baru tahu?”
”enggak becanda Mel, ini serius. Aku sengaja gak cerita dulu ke kamu. Karena benda yang belum pasti aku males menceritakan ke orang lain, nah kalau sudah pasti tanggalnya baru aku ceritakan. Ya kayak sekarang. Dimas dan aku sudah dijodohkan mama dan ayah dari kecil. Kami tidak tahu, Cuma mama bilang sebulan yang lalu, Dimas nanyain kabar aku dan mau melanjutkan perjodohan ini.”
”kamu kenal Dimas Sya? Kok kamu mau dijodohin?”
”aku kenal banget, Dimas senior aku di sini, dia sudah lulus Masternya tahun lalu.”
”dan Sya baru tahu kalau Dimas tunangan Sya dari kecil sebulan lalu.”
”setelah Sya istikharah, dan minta petunjuk Allah, dan keputusan Sya sudah bulat, Sya akan terima Dimas jadi suami Sya.”
”alhamdulillah, Selamat ya Sya. Aku pasti dateng.”
”makasih ya Mel.”
acara pernikahan Dimas dan Syafitri digelar,

Sah.. sah... alhamdulillah, kini pasangan ini telah sah menjadi suami isteri. Syafitri telah sah menjadi istri dari Dimas Prasetyo, begitu pula sebaliknya, Dimas telah sah menjadi suami Syafitri.

Ketika malam harinya,
Dimas berbisik sama istrinya,
”Ternyata dijodohkan itu asyik juga ya. Buktinya abang beruntung dapatkan adik.”

”adik juga beruntung dianugerahkan abang.”

Suara telpon berbunyi.
”hallo,, Sya, ini aku Bagas, lama tak ada kabar, aku ingin mengutarakan isi hatiku,. Sebenarnya aku mau dijodohkan sama Cindy, tapi aku tidak suka dia aku Cuma suka Kamu dari dulu, sekarang aku sudah siap jadi suamimu, kamu mau menerimaku?”

”hallo Bagas, saya Dimas, kamu terima saja Cindy, mana tau Cindy lebih baik dari pada Syafitri.”
”maaf kamu siapa, bisa saya bicara dengan Syafitri?”
”ia, ini Syafitri, suami saya berkata barusan dengan niat yang baik, mungkin Cindy lebih baik dari pada Sya, karena Sya sudah sah menjadi milik Dimas Prasetyo tadi pagi. Kami sudah resmi menjadi pasangan suami isteri.”

”tut..tut..tut...”
Epilog
Seseorang baru akan menyesal jika dia sudah salah melangkah. Dalam hatinya berandai-andai, seandainya saja dulu aku tidak mempermainkannya, pasti sekarang gadis itu sudah menjadi milikku. Dan tidak ada salahnya juga jika kita mau berubah.
 Jika kita dihadapkan pada orang yang hanya mau mempermainkan kita, mbok jadikan itu pelajaran hidup. Berubah menjadi lebih baik. Dan yang paling utama, bertobat. Ubah mindset kita untuk melupakannya dan membuka sayap karir dan prestasi setinggi-tingginya. Karena jatuh cinta itu menyakitkan dan bangun cinta itu membahagiakan.

”maukah kau menjadi satu-satunya di dunia dan di akhirat untukku? Jatuh cinta itu menyakitkan tapi bangun cinta itu membahagiakan”

"jika kamu tidak bisa menemukan cinta, biar cinta yang akan menemukanmu. (Asma Nadia)"

Komentar

Posting Komentar