Kata Setia Furqon Kholid dalam judul bukunya, jangan
jatuh cinta tapi bangun cinta. Kisah dalam cerita ini juga rada-rada mirip. Seorang
gadis yang jatuh cinta hanya melalui telpon. Dan, saat laki-laki yang menawan
hatinya hanya mempermainkannya, sang gadis hancur. Merasa disakiti.
Beruntungnya dia memiliki sahabat yang setia membantu
menyelesaikan kegundahan hatinya. Dan karena gadis itu juga mau move on. Mari simak
kisahnya dalam cerita berikut ini. Baiknya saat seseorang nembak cintanya mbok
jangan buru-buru disambut, tunggu dulu, dia ngajak jatuh cinta atau bangun
cinta ke pelaminan? Kalau pilihan pertama yang ditawarkan pikir-pikir dulu
sebelum bertindak. Jangan ujung-ujungnya sakit hati.
jatuh CINTA itu
MENYAKITKAN tapi Bangun CINTA itu MEMBAHAGIAKAN
“kan sudah aku bilang, kamu sih bandel. Masih juga terima dia. Udah jelas-jelas dia itu nyakitin
kamu! Itu kamu bilang cinta?”
”tapi, aku bener-bener cinta sama dia.”
”helloww, oke. Kamu emang bener cinta sama dia, tapi
dianya? No. Sya. Dia itu gak pantes buat kamu. Please lupakan dia!”
”tapi.... aku sudah bener-bener gak bisa gantikan dia
dengan orang lain di hati aku.”
”butuh nasehat apalagi yang harus aku kasih ke kamu, Sya.
Sudah berbuih mulut aku ngasih tau ke kamu, kalau dia di sana gak bener-bener
mencintaimu. Buktinya dia gak berani jumpai orang tuamu langsung untuk melamarmu.”
”tapi, dia sedang studi, gimana mau bisa balik ke sini.”
”nah, itu dia jawabannya. Karena dia lagi studi, jadi dia
belum bener-bener menomorsatukan kamu dalam kehidupannya. Dia masih
mengesampingkan kamu. Dengar ya Sya, laki-laki baik-baik itu gak akan membuatmu
menunggu. Dia dengan jentle akan melamarmu secara langsung dengan
menjumpai orang tuamu. Bukan main kucing-kucingan begini lewat telpon. Aku
sahabatmu, Sya. Aku ingin yang terbaik untukmu.”
”Ia Mel, aku akan dengar nasehatmu dengan baik. Tapi ini
berat buat aku.”
***
Melati dan Syafitri berteman sejak kecil. Sejak taman
kanak-kanak. Jadi mereka begitu dekat dan akrab. Asal Melati ada masalah,
Syafitrilah yang membantunya, begitu pula sebaliknya, saat syafitri ada
masalah, Melatilah yang mensupport dan membantunya keluar dari masalah. Saat
SMP dan SMA pun mereka satu sekolahan.
Ada kejadian ganjil ketika SMA. Melati pulang dengan
sepeda seperti biasa. Sementara Syafitri dijemput mamanya. Melati pulang
duluan, sebab harus menyiapkan tugas kelompok yang ditugaskan oleh bu guru
tadi. Sementara Syafitri harus pulang dengan mamanya karena mau diajak arisan
ke ibu-ibu darmawanita.
Tak berapa lama, Sya menunggu, mamanya datang.
”cepat nak, kita sudah terlambat arisannya.”
”kenapa harus pergi dengan Sya ma, kan biasanya mama
pergi dengan kak Fita.”
”hari ini kak Fita gak bisa, dia harus konsultasi judul
skripsinya ke kampus.”
”oke deh ma. Tapi jangan lama ya ma, Sya ada tugas
kelompok dengan Melati, kasian Melati buat tugas tanpa Sya.”
”Ia, Sya, mama gak akan lama kok, karena mama males juga
begosip-gosip lama-lama, nanti jatuh ke dosa. Udah, pasang terus sabuk
pengamannya, mama mau ngebut dikit nih.”
”hati-hati mama.”
Tak sampai sepuluh menit, mama sudah selesai mengemudikan
mobil sampai tujuan. Di jalan Pegangsaan, Riau. Perkumpulan ibu-ibu isteri PNS yang
gayanya tinggi banget sudah pada nunggu. Level kelas kakap. Syafitri agak malas
turun masuk ke dalam. Tapi, mamanya membujuk dengan lembut. Akhirnya Sya juga
turun.
Sampai di rumah itu, rumah yang menjadi pusat perkumpulan
ibu-ibu PNS itu, Sya juga bergabung. Sya bergabung, tapi ia tak tahu apa yang
ada dalam acara itu sebenarnya, selain ngumpul-ngumpul, ngobrol, cerita, dan
narek undian. Sya bosan. Sya mencari udara segar di taman samping rumah itu.
Sampai suatu ketika.
”siapa gadis cantik ini yang duduk termenung sendirian?”
Sya terkejut dengar suara itu. Dan menoleh.
Dag..dig..dug... detak jantung Sya berdetak dengan kencang. Dengan cepat Sya
mengendalikan dirinya. Hanya menunduk dan tidak membalas sapaan itu. Cukup
hanya menunduk. Suara itu berasal dari pita suara laki-laki. Tinggi. Putih.
Alis tebal. Dan ganteng. Sya tahu, bukan sepatutnya ia berdua berada di taman
itu saat itu. Bakal ada kejadian berbahaya, dan takut akan timbul fitnah. Sya
segera menarik diri, dan masuk lagi ke dalam.
Laki-laki itu bergumam dalam hatinya, ”aku penasaran
dengan gadis itu, kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku? Atau aku terlalu
blak-blakan.? Pasti dia anak salah satu dari teman-teman arisannya mama.
Seragam sekolahnya menunjukkan dia masih SMA. Ah, nanti aku minta mama cari tahu tentang dia. Aku
penasaran.”
Sya masuk ke dalam dan mencari mamanya.
”ma,. Melati butuh bantuan Sya, Sya harus segera ke rumah
Melati. Kalau tidak, besok bu guru akan menagih tugas kami.”
”ia, Sya kita pulang sekarang. Tunggu ya mama mau pamit sama bu Narti dulu. Gak sopan
kalau kita langsung pulang tanpa permisi.”
”baik Ma, Sya juga ikut.”
”Bu Narti, kami pulang dulu ya, ini Syafitri anak saya
harus segera mengerjakan tugas kelompoknya.”
”oh ia, Bu Suti tidak apa-apa. Syafitri jangan lupa
mampir-mampir juga kemari, kita bisa bincang-bincang.”
”InsyaAllah bu.”
Sehabis bu Suti dan Syafitri pulang, Bagas segera
menghampiri ibunya.
”Ma, kawan mama tadi punya anak perempuan yang cantik
ya.”
”kawan mama yang mana Bagas? Kamu ini pantang banget
lihat yang cantik-cantik.”
”yang tadi ma, yang pakai seragam SMA, manis soalnya,
siapa namanya ma?”
”oh, Syafitri. Itu anaknya bu Suti. Salah
satu kawan baik mama. Anaknya juga
kelihatan sopan. Tapi, ingat Bagas. Mama akan jodohkan kamu bukan sama dia tapi
sama Cindy, calon dokter, mama dan papanya kawan baik papa.
”ah, mama. Jaman sekarang masak pakai jodoh-jodohkan
segala? Udah canggih lagi ma bukan zamannya siti nurbaya.”
”tidak pake bantah, pokoknya, mama mau Cindy jadi menantu
mama.”
”ya.. ya..”
Bagas bandel. Diam-diam tanpa sepengetahuan mamamnya, Ia
mencari tahu dengan teliti siapa nama-nama kawan arisan mamamnya di deretan buku
telpon.
”bu Suti, bu Suti, bu Suti. Kok gak ada ya? Cari lagi yang teliti. Ayo Bagas, demi
gadis manis itu. akhirnya, setelah mengucek-ucek mata 100 kali, ketemu.!”
Malamnya, di kediaman Syafitri
Kring...kring...
”Hallo,. Assalamu’alaikum, dengan kediaman Bojonegoro,
ini dengan siapa?”
”Saya Bagas, bisa bicara dengan Syafitri?”
”ia, saya sendiri. Ada perlu apa?”
”ehmm...anu...anu... ssyya.. yang tadi siang jumpa di
taman, masih ingat?”
”ia, ingat. Memangnya ada perlu apa?”
”ssyya... mau minta kenalan boleh?”
Tut...tut...tut...
”haloo..halooo...”
”aish, telponnya ditutup.”
Aku telpon lagi aja lah, mungkin dia salah tekan. Pikir
Bagas.
”halloo..”
”HALO, INI SIAPA?”
”maaf pak, Syafitri ada.”
”SYAFITRI SEDANG BELAJAR JANGAN DIGANGGU, KALAU ADA
KEPERLUAN BIAR SAYA SAMPAIKAN. EHGM...”
”tidak apa-apa pak, saya tutup telponnya.
Assalamu’alaikum.”
”aduh, susah banget sih. Eh, baru kita bicara bentar,
udah mati. Kita telpon lagi, diangkat bapaknya. Apes...
Bagas tidak menyerah. Besok malamnya Bagas kembali menelpon.
”Hallo..”
”Hallo.. dengan siapa?”
”ini, Bagas, Sya, tunggu jangan ditutup telponnya. Aku mau berteman saja sama kamu. Please, aku butuh teman
curhat, aku lagi ada masalah.”
”cari saja teman curhat lain.”
”tut..tut..tut...”
Bagas kembali menelpon,
”Hallo..”
”HAL0OO..INI SIAPA?”
Tut..tut...
”apes, ayahnya lagi yang angkat.”
Malam berikutnya berturut-turut hampir sebulan Bagas
selalu menelpon. Walau dengan kejadian selalu ditolak sama Syafitri, Bagas
tidak menyerah.”
Malam itu,
”Hallo..”
”Haloo, Syafitri, malam ini Bagas benar-benar akan
mengakhiri telponnan ini. Bagas gak akan telpon-telpon lagi. Kecuali Syafitri
menjawab pertanyaan Bagas. Apakah Syafitri mau menjadi pendamping Bagas? Teman
hidup Bagas?”
lagi-lagi Syafitri enggan menjawab. Tapi, entah kenapa, malam itu hatinya lemah. Ia takluk
sama kata-kata singkat itu. Akhirnya Sya menjawab.
”IA. AK”
Dalam
hati Bagas. “Yes
berhasil.”
Keesokan malamnya, Bagas kembali menelpon
“Hallo..Syafitri”
“Hallo, Bagas kapan kamu ke rumah bertemu orang tuaku?”
“apa. Kerumahmu?”
”ia, ke rumah. Kamu bilang mau melamarku menjadi
pendamping hidupmu, aku mau.”
”Sya, tapi., aku sedang di LN.”
”apa?”
”ia, aku sedang liburan sebentar di sini, aku sudah
berangkat kembali ke LN kemarin pagi.”
”jadi, maksud kamu?”
”aku merasa aku belum siap. Sya, kamu cari yang lain saja ya.”
Hancur sudah kepingan hati Syafitri, ia terbeku di depan
gagang telpon. Semenjak di taman itu, ia sudah jatuh cinta kepada Bagas. Gak tau, rasa itu muncul dari mana. Yang jelas spontan
saja, Bagas telah mendapat tempat istimewa di hatinya. Sampai telpon-telpon
beruntun itu, yang membuat hati Sya berbunga-bunga.
Sya hancur. Patah hatinya. Jatuh cinta itu menyakitkan.
Ia menceritakan masalahnya kepada Melati sahabatnya. Melati ikut sedih dengan penderitaan temannya. Ia mencoba
sebisa mungkin menghibur temannya. Syafitri.
”Sya, kamu harus move on. Lupakan Bagas. Ia hanya
laki-laki yang hanya ingin menyakitimu. Masa depanmu masih panjang Sya. Kamu
pinter, cantik, dan punya bakat. Jangan kamu sia-siakan hidupmu hanya untuk
laki-laki itu. Lupakan dia. Kasih tempat untuk laki-laki yang benar-benar tulus
mencintaimu. Bangun cinta bukan jatuh cinta. Ingat pesan aku. Aku yakin, suatu
saat akan ada laki-laki sejati itu datang melamarmu. Yakin, aku yakin banget.
”Makasih Mel, kamu memang sahabat terbaik aku.” doakan
aku supaya aku kuat hadapi ini semua.
”ia, Sya. Tentu.”
Tujuh tahun kemudian, Sya sudah menyelesaikan studinya di
Inggris, dan berencana pulang ke tanah air. Sya membuka obrolan lewat email
dengan Mel, sahabat sejatinya.
”Haloo.. Sya?”
”Hallo.. Mel?”
”Sya, besok aku jemput kamu dimana?”
”Gak usah dijemput, aku udah dijemput sama mama, papa,
kak Fita dan mas Dimas.”
”siapa Dimas, Sya?”
”Dimas, calon suami aku. Kami akan menikah sepulang aku dari Inggris.”
”yang bener kamu Sya, becanda kan? Kok aku baru tahu?”
”enggak becanda Mel, ini serius. Aku sengaja gak cerita
dulu ke kamu. Karena benda yang belum pasti aku males menceritakan ke orang
lain, nah kalau sudah pasti tanggalnya baru aku ceritakan. Ya kayak sekarang.
Dimas dan aku sudah dijodohkan mama dan ayah dari kecil. Kami tidak tahu, Cuma
mama bilang sebulan yang lalu, Dimas nanyain kabar aku dan mau melanjutkan
perjodohan ini.”
”kamu kenal Dimas Sya? Kok kamu mau dijodohin?”
”aku kenal banget, Dimas senior aku di sini, dia sudah
lulus Masternya tahun lalu.”
”dan Sya baru tahu kalau Dimas tunangan Sya dari kecil
sebulan lalu.”
”setelah Sya istikharah, dan minta petunjuk Allah, dan
keputusan Sya sudah bulat, Sya akan terima Dimas jadi suami Sya.”
”alhamdulillah, Selamat ya Sya. Aku pasti dateng.”
”makasih ya Mel.”
acara pernikahan Dimas dan Syafitri digelar,
Sah.. sah... alhamdulillah, kini pasangan ini telah sah
menjadi suami isteri. Syafitri telah sah menjadi istri dari Dimas Prasetyo,
begitu pula sebaliknya, Dimas telah sah menjadi suami Syafitri.
Ketika malam harinya,
Dimas berbisik sama istrinya,
”Ternyata dijodohkan itu asyik juga ya. Buktinya abang beruntung dapatkan adik.”
”adik juga beruntung dianugerahkan abang.”
Suara telpon berbunyi.
”hallo,, Sya, ini aku Bagas, lama tak ada kabar, aku
ingin mengutarakan isi hatiku,. Sebenarnya
aku mau dijodohkan sama Cindy, tapi aku tidak suka dia aku Cuma suka Kamu dari
dulu, sekarang aku sudah siap jadi suamimu, kamu mau menerimaku?”
”hallo Bagas, saya Dimas, kamu terima saja Cindy, mana
tau Cindy lebih baik dari pada Syafitri.”
”maaf kamu siapa, bisa saya bicara dengan Syafitri?”
”ia, ini Syafitri, suami saya berkata barusan dengan niat
yang baik, mungkin Cindy lebih baik dari pada Sya, karena Sya sudah sah menjadi
milik Dimas Prasetyo tadi pagi. Kami sudah resmi menjadi pasangan suami
isteri.”
”tut..tut..tut...”
Epilog
Seseorang baru akan menyesal jika dia sudah salah
melangkah. Dalam hatinya berandai-andai, seandainya saja dulu aku tidak
mempermainkannya, pasti sekarang gadis itu sudah menjadi milikku. Dan tidak ada
salahnya juga jika kita mau berubah.
Jika kita
dihadapkan pada orang yang hanya mau mempermainkan kita, mbok jadikan itu
pelajaran hidup. Berubah menjadi lebih baik. Dan yang paling utama, bertobat. Ubah
mindset kita untuk melupakannya dan membuka sayap karir dan prestasi
setinggi-tingginya. Karena jatuh cinta itu menyakitkan dan bangun cinta itu
membahagiakan.
”maukah kau menjadi satu-satunya di dunia dan di akhirat
untukku? Jatuh cinta itu menyakitkan tapi bangun cinta itu membahagiakan”
"jika kamu tidak bisa menemukan cinta, biar cinta yang akan menemukanmu. (Asma Nadia)"
"jika kamu tidak bisa menemukan cinta, biar cinta yang akan menemukanmu. (Asma Nadia)"
bagus kak ... :)
BalasHapus