Oleh: Nur Anshari
Prolog
Cinta, kadang membuat hati berbunga-bunga, kadang membuat
hati merindu, kadang membuat hati dag-dig dug. Cinta juga kadang membuat hati sakit,
kadang membuat hati tersayat belati, kadang membuat hati bersedih. Pinginnya
aku memndapat cinta versi pertama, membuat hati berbunga-bunga, merindu,
dan dag-dig dug. Ada. Ada cinta yang
seperti itu. Tapi sesudah cinta sesudah menikah. Karena sudah boleh
semua-semuanya. Sudah boleh mencinta bahkan wajib, sudah boleh merindu bahkan
sering, bahkan selalu bikin hati dag-dig dug bila tak ada di sisi.
Cinta versi kedua, itulah cinta sebelum menikah, pacaran,
pacaran islami, atau ntah apa nama lainnya. Yang jelas, jika belum sah ijab
qabul, sobat harus berhati-hati. Warning. Jangan terlalu cinta. Waspada, belum
tentu dia jodohmu.. yang ada, jika sudah cinta nanti susah jadinya kalau tidak
jadi sama dia. Yang ada bikin hati sakit karena ketahuan si doi selingkuh, bikn
hati tersayat belati karena ketahuan orang tuanya gak merestui, bikin hati
bersedih apabila putus cinta. Nah, kali ini, penulis ingin mengajak sobat
pembaca sekalian memaknai cinta yang hakiki. Cinta yang suci. Cinta yang
menjadi fitrahnya manusia. Itulah cinta sejati. Cinta kepada seseorang yang
spesial yang sudah digariskan Allah swt. Ini dia kisahnya.
Cinta Ini Hanya
Untuk-Mu
Pengumuman Beasiswa
Diberikan peluang beasiswa bagi mahasiswa/i Universitas Bojonegoro Padang yang mampu menghafal al-Quran dengan kriteria persyaratan sebagai berikut:
1. Hafal 10 juz
mendapat beasiswa bebas SPP selama satu tahun
2. Hafal 20 Juz
mendapat beasiswa bebas SPP selama dua tahun
3. Hafal 25 Juz
mendapat beasiswa bebas SPP selama tiga tahun
4. Hafal 30 Juz
mendapat beasiswa bebas SPP selama empat tahun
Harap bagi yang ingin
mendapat beasiswa tersebut agar segera menjumpai Ustaz Amin di Sekretarian
Tahfiz Quran.
Tertanda
Rektor
Hengki dengan sangat jelas membaca pengumuman beasiswa
itu. Alhamdulillah, beban membayar SPP bisa hilang jika aku mampu menghafal
al-Quran 30 juz. Sementara saat ini aku baru menghafal 22 juz. Aku harus kuat melanjutkan
hafalanku. Agar beban mencari dana SPP tidak perlu aku kuatirkan lagi. Saat
Hengki serius memikirkan pengumuman itu di sampingnya,
”Hey,
bro. Kok bengong depan mading?” Jaka
menepuk bahu Hengki, tampak Hengki terkejut,
”Jaka, ngagetin aja. Nih coba lihat, ada pengumuman beasiswa,
aku lagi ngelamunin ini.”
”aku mah ogah ikut. Hafal Quran aku gak sanggup. Satu
surat aja butuh berhari-hari aku hafal, apalagi satu juz. Aku persilahkan kamu
aja deh Hengki, aku ikhlas kok. He he he.”
”huh.. kamu tuh emang dasar gak mau usaha dikitpun.”
Pas lagi asyik mengobrol, tiba-tiba lewat seseorang.
”bisa minggir sedikit, saya juga mau lihat pengumuman
ini.”
”oh, bisa, banyak pun dikasih. Adik ini mau lihat
pengumuman beasiswa ya? Adik ini hafizah ya?” Jaka nyerocos aja, bukan
dibiarkannya gadis itu melihat sebentar.
”ia, tolong bisa minggri sedikit.”
”Jaka, geser, gadis ini mau lihat papan pengumuman.”
balas Hengki sambil menarik badan Jaka, udah kayak dipaku nih si Jaka.”
”eh..eh.. ia maaf. Abis kamu cantik sih. Uppss...
soryy..” balas Jaka sambil mengecilkan satu matanya.
”Astaghfirullah..” gadis itu berlari meninggalkan mereka
berdua,
”Hengki, emang aku salah ya? Kok gadis itu malah kabur
gak jadi lihat pengumuman?”
”ya iyalah, dia itu akhwat. Kamu tahu gak. Akhwat itu
anti dekat-dekat sama laki-laki, apalagi dia hafizah, nanti hafalannya luntur,
itu semua gara-gara kamu ngegodain dia tadi.”
”Sory deh Heng, besok aku gak ulangi lagi. Emang sudah ya
kalau udah ada istilah akhwat akhi gitu. Susaah.”
”itu dia yang menjaga diri mereka dari godaan syetan yang
terkutuk baik dari jin atau manusia.”
”lah, kamu nyindir aku Hengki, aku ini bukan setan.”
”gak kok, siapa yang merasa aja.” hengki kabur...
”Hengki... awas nanti kalau ketangkap, aku kasih bakso
tinju baru tahu.” lari....
Begitulah persahabatan Herngki dan Jaka. Hengki berasal
dari keluarga yang sederhana. Sedangkan Jaka berasal dari keluarga kaya raya.
Hengki terbiasa hidup dengan kesederhanaan dan kuat beragama. Karena orang tua
Hengki menanamkan agama cukup kuat untuk anak-anaknya. Berbeda dengan Jaka,
orang tuanya sibuk bekerja, urusan pendidikan agama hanya Jaka dapatkan di
sekolah, selebihnya Hengki yang banyak mengajarkannya tentang agama. Untung
saja, Hengki dan Jaka selalu disekolahkan disekolah yang sama. Tapi, tetap
saja, hidayah hanya datang jika mereka mau menjemputnya dan atas izin Allah
juga.
Saat ini Hengki sudah menginjak semester dua, begitu juga
dengan Jaka. Saat mendapatkan IP pertama sekali, Hengki mendapat IP yang
sempurna 4.00, sedangkan Jaka mendapat IP lumayan tinggi juga 3,90. Hengki dan
Jaka menjadi pangeran kampus. Berita kepintaran mereka terdengar di pelosok
kampus. Ganteng dan pintar. Jurusan Teknik Arsitektur pula. Calon arsitek yang
punya masa depan cerah. Di kalangan cewek-cewek menjadi bahan perbincangan yang
hangat jika suidah sampai ke topik tentang Jaka dan Hengki.
Sampai suatu saat kala Jaka jatuh cinta. Jaka sedang mengejar salah seorang dosennya, ia
ketinggalan mengumpulkan tugas. Sementara dosen itu sudah mau pulang. Saat
berlari mengejar dosennya, Jaka tertabrak dengan seorang gadis yang juga sedang
berlari mengejar dosen itu. Mereka tertabrak dan gadis itu menjatuhkan
berkas-berkas yang sednag dipegangnya. Gadis itu menunduk. Dia mempersilakan
Jaka bergegas duluan sebelum dosen itu pergi jauh. Jaka mengucapkan maaf kepada
gadis itu. Ia merasa tidak enak, tapi, ia harus mengejar dosen itu, supaya
gadis itu juga bisa memberikan berkasnya.
”pak Trisno, maaf saya Jaka Persada mau mengumpulkan
tugas sama bapak.”
”baik, mana tugasnya.”
”ini pak, pak tunggu sebentar ada satu mahasiswa lagi
yang ingin bertemu bapak.”
”mana dia?”
”sebentar lagi sampai pak, tadi dia terjatuh saat
mengejar bapak.”
”kenapa tidak ditolong?”
Jaka terdiam.
”seharusnya kamu menolong dia terlebih dahulu baru jumpai
saya.”
”pak, ini saya Suci Ghifari, mau memberikan berkas IP
saya yang harus bapak tanda tangani.”
”kamu Suci, sini biar langsung saya tanbda-tangani,
tingkatkan terus prestasi hafalanmu, bapak yakin kamu bisa mewakili kampus kita
untuk cabang Hifzhil Quran.”
”aamiin.. InsyaAllah pak, terimakasih pak.”
”ada lagi yang perlu bapak bantu?”
”tidak pak.” Jaka dan Suci serempak menjawab.
”kalau begitu bapak tinggal, bapak harus segera terbang
ke China.”
”baik pak.” jawab Jaka dan Suci serempak.
Saat itu juga, Jaka melihat Suci dengan tatapan takjub. Kagum. Dan suka. Suci lantas segera meninggalkan Jaka.
”eh.. Suci, tunggu.”
”ada apa?”
”boleh minta no.Hp mu?”
”untuk apa?”
”aku mau berteman sama kamu.”
”berteman boleh saja, tapi tidak usah pakai no.Hp.”
Suci langsung pergi meninggalkan Jaka. Jaka bengong
sambil melihat bayang-bayang Suci yang sudah pergi tak berbekas. Jaka berlari
mencari Hengki, sahabatnya. Di cari di kelas tidak ada. Di kantin tidak ada. Di
sekretariat taekondo tidak ada. Duh, kemana ni anak? Saat dibutuhkan malah tidak ada. Saat kembali ke kelas,
eh. Itu si Hengki.
”Hengki, Lho dari mana aja. Aku udah mutar-mutar se-kampus Bojonegoro ini, kamu gak
ada. Eh, gak taunya molor di sini.”
”aku tadi ke toilet, perutku mules,.”
”lho sakit? Ayo kita ke klinik kampus.”
”ah gak, paling Cuma diare, ntar juga sembuh.”
”eh, tapi kita nanti masuknya masih 2 jam lagi lho. Muka
kamu pucat banget.”
”oke deh, kita ke klinik, bantu aku jalan ya.”
”ia, tangan kamu biar aku bopong.”
Jaka begitu setia, disaat ia ingin menceritakan isi
hatinya, ia malah memikirkan kondisi Hengki terlebih dahulu. Jaka menebak,
sepertinya Hengki tadi tidak sarapan. Tapi mudah-mudahnan ajha tidak ada yang
serius dengan kondisi hengki.
Sesampai di klinik.
”Assalamu’alaikum”
”wa’alaikumsalam.”
”kakak, ini, teman saya sakit, apa ada dokter?”
”dokter tidak ada, sedang keluar, yang ada Cuma perawat
yang sedang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek di sini, tunggu saya
panggilkan dulu. Suci...”
”apa? Suci, jangan-jangan Suci Ghifari yang tadi pagi.”
pikir Jaka dalam hati sembari menidurkan Hengki ke atas kasur perawatan.
”ia, apa ada pasien yang berobat?”
”ada di depan, cepat keluar. Kondisinya harus segera
ditolong.”
”baik, sebentar saya ambil perkakas dulu.”
”sebentar ya, perawatnya lagi mempersiapkan alat,
temannya sakit apa?”
”ini, perutnya mules katanya, tapi saya lihat mukanya
pucat kali, takut saya kenapa-napa saya langsung bawa kemari.”
”ia, tepat. Pertolongan pertama harus segera dibawa,
takuat ada kendala lainnya. Siapa nama temannya? ”
”Hengki Wirawan, mahassiwa Teknik Arsitektur tingkat
semester 2.”
”ia baik.”
Perawatnya keluar dari kamar dokter, dan ternyata benar.
Ia adalah Suci. Mahasiswa keperawatan.
”temannya sakit apa?”
”sakit perut mules, wajahnya pucat.”
Hengki diperiksa Suci dengan teliti, menanyakan beberapa
pertanyaan. Suci jadi mengerti penyakitnya apa.
”dari diagnosa saya, sepertinya Hengki tidak sarapan
pagi, ditambah berpikir terlalu keras saat perut kosong, jadinya sakit perut
plus kekurangan darah akibat keras berpikir. Nih nanti diminum obatnya, akan saya konsultasikan juga
nanti dengan dokter, supaya diagnosanya lebih tepat. Segera diminum obat
penambah darah. Dan sakit perutnya, jangan lupa sarapan pagi sebelum kuliah.”
”baik bu Suci,” jawab Hengki yang sudah mulai sadar,
”terimakasih Suci.” jawab Jaka tanpa panggil-panggil
dengan embelan Bu, sebab Jaka tahu, Suci juga masih semester 2,
’Jaka membawa Hengki kembali ke kelas setelah memberinya
obat dan istirahat sejam di ruang rawat. Tapi tidak bersama dengan Suci, Suci
ada jam kuliah dan langsung kembali ke kelasnya. Jaka semakin penasaran dengan
Suci. Pokoknya aku harus mendapatkan no.Hpnya Suci. Itu tekad Jaka. Dengan
segala cara Jaka meminta no.Hp Suci sama kakak penjaga klinik. Tapi, kakak itu
enggan memberikannya. Sudah peraturan klinik ini untuk merahasikan kontak
dokter dan perawatnya. Itu jawaban kakak penjaga klinik.”
Seharian itu, Jaka tidak bisa tenang. Difikirannya hanya
ada wajah Suci, berbaju biru berjilbab biru juga, sungguh anggun. Saat ia
memeriksa Hengki, Jaka cemburu dan berandai-andai jika saja Hengki itu dirinya,
bisa dengan leluasa memandang wajah Suci dari dekat.
Jaka bergumam dalam hatinya, apakah aku sedang jatuh
cinta? Ternyata jatuh cinta itu menyakitkan, saat yang kucintai tak sedikitpun
menggubrisku, memperhatikanku, bahkan melihatku saja dia enggan. Tapi kenapa
aku terus saja rindu padanya? Rindu melihat tatapannya, jawabannya yang singkat
padat, aku rindu. Dan aku juga dag-dig-dug saat di dekatnya. Aku, Jaka, yang
ganteng dan pintar jatuh cinta sama akhwat? Tidak. Ini sungguh sakit.
Jaka, dengan segala cara mengusir bayangan wajah Suci
dalam hidupnya. Saat mau tidur, wajah Suci hadir, saat mau makan, wajah Suci
menari-nari di atas piring. Jatuh cinta, duh sakitnya tuh di sini...
Di sudut kota padang, tepatnya di rumah Hengki, bayangan
kakak penjaga klinik menari-nari di dalam ingatan Hengki. Kakak itu begitu
lembut, ramah, dan khawatir melihat Hengki. Astaghfirullah...
Di sudut kota padang yang lainnya juga, tepatnya di rumah
Suci, ya Allah... cinta ini hanya untuk-Mu. Jika telah engkau gariskan
seseorang yang mencintaiku karena-Mu maka hamba ikhlas menerimanya. Aamiin.
Jaka tahu perasaan ini harus dia pendam dulu. Berbagai cara mendekati Suci tak mampu dicapainya. Jaka
sadar jika memang Suci adealah jodohnya maka, kelak Suci akan kembali padanya.
Jakapun merubah dirinya benar-benar. Mulai serius belajar agama, agar dirinya
lupa sama Suci. Tak lagi mengembor-gemborkan cintanya kepada Suci. Jaka harus
merubah dirinya, mempersiapkan segala yang baik-baik sebagai muslim sejati.
”Hengki, bantu aku ya melupakan seseorang yang sudah
lelah ku kejar tapi tak mampu kuraih.”
”tenang, obatnya gampang kok.”
”apa itu?”
”Al-Quran.”
”yakin?”
”aku yakin banget. Hafal al-Quran menjadi penyembuh apa
yang kau derita.”
”bismillah, mulai hari ini aku akan serius menghafal
al-Quran, Hengki, bantu aku.”
Jaka menghafal al-Quran dari nol. Mulai dari surat
an-Nas, al-Falaq, al-Iklhlas, sampai terus-terus, satu juz, dua juz, terus dan
terus hingga Hengki dan Jaka bersama-sama menamatkan kuliah dan hafalan
Qurannya menjadi 30 juz. Subhanallah.tekad dan niat suci Jaka dan Hengki
dikabulkan Allah. Jaka berazzam dalam hatinya hanya akan mencintai seseorang
yang mencintainya karena Allah. Begitu pula Hengki.
Sudah empat tahun bangku perkuliahan Hengki dan Jaka
berjalan, gelar hafizh sudah diraih, tinggal gelar sarjananya akan digelar
besok di auditorium kiampus. Orang tua Hengki dan Jaka sangat bahagia melihat
perkembangan kedua anaknya. Jaka sudah siap untuk menikmati hari bahagianya
besok.
Besoknya, para wisudawan telah diberi gelarnya. Bahagia,
haru, bercampur di pelupuk mata ayah dan ibu Hengki. Sebab Hengki mendapat
peringkat Cumload tertinggi di kampusnya. Jaka juga bahagia mendengar kabar
sahabat terbaiknya meraih penghargaan.
Ayah Jaka berbisik sama Jaka, ”Jaka, besok ada teman ayah
yang ingin bertemu denganmu, besok juga kita sekeluarga akan kerumahnya.”
”ia ayah, Jaka akan ikut sama ayah dan mama.”
Besoknya lagi, saat Jaka, ayah dan ibunya ke rumah
temannya, disambut oleh teman ayah. Pasangan suami isteri itu begitu ramah.
Silahkan duduk. Ini nak Jaka, wah sudah besar ya. Dulu perasaan waktu kecil-kecil
dulu suka nangis ya?”
”he..he.. itu kan masih kecil. Jawab mamanya Jaka.”
”ia.. bu ya. Dulu kan masih kecil, sekarang sudah
ganteng, sarjana, hafizh pula. Cocok nih jika kita sandingkan mereka berdua.
Suci.. ayo keluar, ada teman ayah sama mama datang.”
”Ssuci.. ? jangan-jangan..”
”nah,. Itu dia Suci anak perempuan kami satu-satunya.
Baru saja menamatkan gelar sarjana keperawatannya juga. Suci kenal Jaka? Kalian
kan satu kampus.”
”ini bu... pak... tehnya diminum. Kenal bu.” jawab Suci
terbata-bata
”Jaka juga kenal sama Suci, perawat yang baik, pintar,
hafizah lagi.” jawab Jaka dengan sopannya.
” jadi, perjodohan ini bisa lanjut ya pak Heri dan bu
Fina. Gimana nak Suci, bersedia menjadi isterinya Jaka?”
”akan saya jawab tiga hari lagi ya bu..pak.. mohon
pengertiannya.”
”ia, yang terbaik menurut nak Suci saja.”
Dalam hati Jaka, Ya Allah, jika Suci jodoh hamba maka
mudahkanlah...aamiin..
Tiga hari menunggu jawaban Suci membuat hati Jaka semakin
kuat dan mantap. Apapun keputusan Suci, iatu menjadi kehendak dan takdir dari
Allah. Jika Suci jodohku,
maka ia akan menerimaku. Jika Suci bukan jodohku aku akan menerima keputusannya
dnegan lapang dada.
Tiga hari bertemu kembali. Keluarga Jaka kembali
berkunjung ke rumah Suci. Ayah dan mama Jaka menerima segela keputusan Suci dan
keluarganya. Apapun keputusannya tidak akan sampai merusak silaturahmi antara
dua keluarga itu.
Sesampai di rumah itu. Ayah dan ibu Suci memangil Suci
keluar untuk mendengar jawaban Suci.
”bismillaahirraahmaanirraahim... dengan mengharap ridha
Allah swt, Suci menerima lamaran Jaka.”
”Alhamdulillah...”
Seminggu kemudian, acara lamaran itu berjalan, disambut
tunangan, dan dua mingu setelahnya pernikahan dan resepsi. Sampai tiba di malam
pengantin.
”adek... kenapa dulu adek selalu menolak abang?”
”karena abang ngejar adek kayak ngejar rentenir,
minta-minta no.hp kayak mafia, ngejar-ngejar kayak pengemis cinta. Adek tu, maunya pangeran yang melamar datang ke rumah,
bukan ngejar-ngejar di kampus.”
”oh gitu ya dek, kayak abang sekarang yang datang ke
rumah adek.”
”ialah. Itu baru cinta sejati. Dan adek gak mau merusak
cinta sejati adek dengan meladeni laki-laki yang hobinya ngumbar cinta di depan
cewek tapi gak berani melamar. Dan adek kepingin seorang imam yang bisa bimbing
adek ke jalan syurga. Dan bersama-sama menapaki syurga-Nya”
”wah,
abang semakin kagum sama adek. I love you because Allah”
“I
love You too, because Allah.”
Seminggu setelah kabar pernikahan Jaka dan Suci, kini
tersebar kabar penikahan Hengki dan kakak penjaga klinik. Hengki melamar dengan
resmi kak Gita. Penjaga klinik yang dulu pernah menolongnya. Ternyata kak Gita
hanya selisih setahun umur nya dengan Hengki, dan yang menjadi plusnya lagi,
kak Gita juga hafizah. 30 juz bahkan.
Epilog
Itulah janji Allah, wanita baik-baik untuk laki-laki
baik-baik begitu pula sebaliknya laki-laki baik-baik untuk perempuan baik-baik.
Dan selama kita ingin terus memperbaiki diri kita dan
memantaskan diri kita. Allah juga
akan memantaskan diri kita dengan seseorang yang pantas untuk kita.
Maka, jika kita sibuk mengejar orang yang kita sukai
tanpa memperbaiki diri maka bukan target yang kita dapatkanmalah kita yang
semakin jauh dari-Nya. karena lebih mementingkan makhluk. Maka, dekatilah Dia
agar kelak Dia mendekatkanmu dengan orang yang kamu sukai dengan cara-Nya yang
indah.
Tetaplah berhusnuzhan pada Nya. jika orang yang kamu
sukai bukan jodohmu, maka ikhlaskan. Kelak Allah akan menggantinya dengan yang
lebih baik. Asalkan kita selalu mendekatkan diri pada-Nya.
Komentar
Posting Komentar