Oleh: Nur Anshari
Ririn, seorang gadis muslimah.
Cantik, anggun, pintar, tegas, disegani para lelaki di kampusnya. Tapi,
alangkah sedihnya ia, karena sedang dilanda sebuah kegalaun hebat. Ia sedang
dilanda cinta. Namun sayang, cinta yang melandanya belum bisa ia terima. Sebab
lelaki itu belum yakin untuk menikahinya. Ririn terpekur seorang diri di
kamarnya. Pukul tiga malam, Ririn belum juga dapat tidur. Ia
membuka lembaran buku yang selama ini dia baca. Judulnya ”aku ingin menjadi
bidadarimu, duhai suamiku.” penggalan kata per kata ia baca
dengan baik. Ririn merenungi nasibnya sendiri. Sangat persis
kejadian yang dia alami dengan tokoh utama dalam buku itu. Ririn menyesali perbuatannya, Kenapa dulu dia dengan sangat mudah mengentengkan perkara cinta?
Kenapa dulu dengan sangat
mudah ia dapat menceramahi temannya untuk tidak berpacaran? Kenapa dulu dengan
sangat lincahnya dia menggembar-gemborkan untuk tidak menerima cinta selain
untuk menikah? Tapi, sekarang, giliran dia yang sedang dimabuk cinta, panah
asmara atau sejenisnya kenapa malah dia lemah? Kenapa
seorang Ririn yang terkenal tegas dengan setiap teman laki-laki di kampus
menjadi galau? Ternyata eh ternyata Ririn juga terkena virus merah jambu.
Cinta.
Cinta hadir begitu saja. Berinteraksi dengan orang lain. Mempunyai
teman banyak. Baik laki-laki maupun perempuan kerap menghadirkan hubungan tak hanya teman tapi bisa saja timbul rasa lebih dari itu. Setiap hari bertemu dalam sebuah ruangan
formal seperti di sekolah, kampus, tempat kerja, bahkan tempat-tempat keramaian
lainnya, kerap memunculkan teman baru. Bisa jadi bermula dari teman, seringnya intensitas bertemu, lalu menjadi
lebih dari sekedar teman. Hubungan lebih dari sekedar teman antara laki-laki
dan perempuan meningkat menjadi
sebuah semacam hubungan
spesial. Karena rasa itu muncul bisa jadi karena seringnya bertemu dan
intensitas pertemuan yang berkualitas. Karena kepandaiannya, ketampanannya,
atau karena kebaikan-kebaikan yang ia berikan selama ini. Mau tak mau rasa itu
bisa saja muncul.
Sering orang menyebutnya
cinta. Sebuah rasa yang membuat hati berbunga. Fikiran tidak tenang. Hasrat
ingin bertemu selalu. Merindu tak tentu arah. Berharap dia selalu ada disamping
kita. Padahal, cinta itu suci, anugerah dari Allah swt untuk manusia agar hidup
dalam kasih dan sayang. Karena Allah itu Yang Maha Kasih dan
Sayang. Tak elok jika kesucian cinta yang Allah anugerahkan kita
coreng dengan nafsu yang katanya ’cinta’. Kenapa bisa dibilang itu nafsu bukan cinta?
Mana ada cinta yang hanya
untuk menyakiti pasangannya? Mana ada cinta yang hanya untuk menambah beban
rindu namun tidak bisa berbalas? Mana ada cinta yang menyanjung pasangannya
”aku mencintaimu” tapi pas ditanya, kamu akan menikahiku? Maka si dianya
menjawab, ”aku belum begitu mengenalmu, nanti saja ya kita bahas.” itu bukan
cinta. Sekali lagi bukan cinta. Mana ada cinta yang mengajak pasangannya
bermaksiat kepada Allah swt? Mana ada. Yang jelas itu bukan cinta, Itu
hanya nafsu yang dibalut embel-embel rayuan setan.
Kita saja yang mencintai Allah
dengan tulus, maka Allah pun akan mencintai hamba yang mencintai dan
mendekati-Nya. Dan Allah tidak akan membiarkan hamba yang mencintai-Nya jatuh
kejurang keburukan. Malah Dia akan menolong dan menggantikan kesedihan hamba-Nya
dengan kebahagian yang tak diduga. Lantas cinta pasangan yang belum tentu jadi
suami/isteri kita akan begitu? Boro-boro diajak nikah, pas ditanya nikah aja
dianya gak tau jawab apa.
Ibaratnya lagi, kita saja yang
mencintai mama ayah kita, maka mama ayah kita pun lebih sangat mencintai kita
lebih dari kita mencintai mereka. Buktinya ya sekarang, kamu tumbuh besar, cantik dan ganteng, punya ilmu dan pendidikan, penuh kasih sayang kedua orang tua, itu bukti
cinta kedua orang tua yang dapat langsung kita lihat. Lantas cinta pasangan
yang belum halal itu akan seperti itu? Belum tentu.
Inilah yang dialami seorang Ririn. Ia pun menyadari kesalahannya. Ia sudah
menodai kesucian hatinya. Seharusnya ia mengisi hatinya dengan cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya. Ia isi juga dengan cinta kepada kedua orang tua,
keluarganya, dan terakhir untuk pasangan halalnya bukan hanya memikirkan orang yang tidak pasti bakal jadi suaminya, orang
yang hanya mempermainkannya, orang yang hanya ingin senangnya saja dan setelah
itu membuangnya. Yang jelas, cinta yang sebenarnya seharusnya kita
persembahkan kepada pasangan halal kita, Suami atau isteri kita.
Kalau belum sah menikah, mbok
jauh-jauh deh dari rasa cinta kepada lawan jenis. Yang ada nanti menderita, seperti Ririn. Ibadah
tidak serius, makan tak enak, minum tak kenyang. Tidur tak lelap, belajar tak
konsen. Tapi, coba kalau sudah nikah. Ibadah bisa berdua dengannya, berjamaah.
Makan berdua, minum berdua, halal lagi. Anjuran agama dan sunnah Rasul. Dan
cintailah pasangan halalmu karena Allah. Itulah tanda Kebesaran Allah dan
Anugerah Allah yang sangat indah, menciptakan rasa kasih dan sayang diantara kita. Seperti firman Allah, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?”
Nah, untuk Ririn dan lainnya
yang merasa sedang dirundung duka akibat cinta yang belum halal. Bergembiralah!
Biarpun kita melepaskan cinta yang rasanya menyesakkan dada, tapi kita akan
mempertahankan cinta kepada Sang Maha Cinta. insyaAllah, jika Allah sudah
berkehendak, dan Allah Maha Berkehendak, kita akan dipertemukan dengan cinta
yang suci yang sudah diatur oleh Allah. Allah yang akan menjodohkan kita dengan laki-laki shaleh yang kita pun
harus menjadi wanita shalehah. Sesuai firman Allah yang menjelaskan bahwa
”wanita baik-baik untuk laki-laki baik-baik”. Ingat itu janji Allah.
Berat memang, meninggalkan
cinta yang sudah tertanam kuat bak akar-akarnya? Tapi bukan berartti tidak bisa kan?. Memang, salah satu kelemahan manusia itu ada pada hatinya.
Tapi, yakinlah dengan Allah saja. Yakinlah dengan ketetapan-Nya. Yakinlah
dengan kuasa-Nya. Tentu juga kita harus mendekatinya dengan iman dan taqwa
kita. Serta senjata yang paling ampuh bagi orang beriman, adalah doa.
Ririn bangkit, beranjak ke
kamar mandi. Berwudhu, lantas menggelar sajadah dan shalat. Memohon ampun
kepada yang Maha Kuasa. Menyesali perbuatan-perbuatannya. Bertobat dengan
sungguh-sungguh. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum sang Maha Cinta tak mau
menengoknya lagi. Sebelum roh terlepas dari jasadnya. Ririn berzikir, membasahi
bibirnya dengan kalimat asmaul husna, meratapi dan benar-benar menangis
terisak. Ririn ingin menumpahkan segala perasaanya kepada Allah saja. Curhat
pada Allah saja. Berpegang kepada tali Allah.
”Ya Allah, biarlah aku galau saat ini, asalkan aku
tidak galau saat hari perhitungan amalanku, di akhirat nanti, ampunilah
kelemahanku,. Ampunilah kelemahanku, ampunilah kelemahanku, gantikanlah
kesedihanku dengan kebahagiaan, dan jodohkanlah aku dengan jodoh yang terbaik
menurut-Mu. Ya Allah, yang mengusai jagat raya dan jasad ini, tanamkanlah rasa
cinta ini setelah aku menikah nanti. Agar aku mampu mencintai imamku karenaMu
ya Allah. Dan jadikanlah kami pasangan yang saling mencintai karena-Mu ya
Allah. Aamiin ya Rabbal ’Alamiin.”
Saat ini, saatnya bagi Ririn, untuk membuka lembaran baru hidupnya. Tidak memeperdulikan rasa yang hinggap dihatinya. Jika memang lelaki itu tidak serius mengajaknya nikah. Hanya untuk
mempermainkannya. Saat itu juga Ririn memilih memutus hubungan itu. Ririn yakin kepada Allah dan tahu apa yang
harus dilakukannya terhadap perasaan itu. Ririn akan menerima lelaki itu jika
lelaki itu serius membangun cinta karena
Allah. Top jempol deh buat
Ririn.
Dan bagi yang sudah punya calon
dambaan hati, dan sudah siap untuk menikah, tuntutlah lagi ilmu berumah tangga
dengan baik. Pelajari tata cara dan bergaul dengan pasangan lebih baik. Memadu
cinta dalam rel syariat Allah. Menjadikannya rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, wa rahmah, dan insyaAllah hasanah. Dan semoga dikaruniai anak-anak
yang shaleh dan shalehah.
Islam agama yang indah. Fitrah manusia
adalah hidup berpasang-pasangan. Cinta yang ada pada diri setiap insan ada
tempatnya. Yakni menikah. Semua perbuatan dalam pernikahan jika kita niatkan
karena Allah, insyaAllah itu pahala buat kita. Subhanallah. Memandangnya saja
berpahala, melayaninya, dan menaati pasangan halal kita. Jika kita niatkan
karena Allah itu berbuah pahala. Karena nikah itu ibadah. Indah bukan?
Beberapa tahun kemudian, setelah Ririn
muhasabah dirinya dan mengemban tugasnya sebagai muslimah dengan istiqamah.
Membuang jauh-jauh kehidupannya dari yang namanya maksiat dan fokus
menyelesaikan pendidikan. Tugas pendidikan pun telah selesai dirampungkan.
Gelar sarjana telah berhasil diraihnya. Kini, sudah saatnya ia membuka hati
untuk membina rumah tangga. Orang tua Ririn berpesan, “nak, carilah pasangan
yang bagus agamanya, baik akhlaknya, dan indah perangainya.”
Pencarian cinta sejati Ririn pun
dimulai. Tapi, sebelum dimulai, kenapa dengan perasaan Ririn sendiri? Sudah
beberapa kali ada yang melamarnya, bukan tanggung-tanggung. Pemuda yang
melamarnya, mulai dari agamanya yang baik, pekerjaannya yang meyakinkan, bahkan
ganteng pun ada. Tapi, Ririn enggan. Rasa itu tidak membekas di benaknya. Ririn
mempunyai dambaan hati yang lain. tapi, siapa?
Siapa lagi, kalau lelaki yang telah
lama ia matikan rasa cinta itu. Laki-laki yang ia harap telah berubah dan
mempunyai rasa yang sama untuknya. Tapi, Ririn ragu? Apakah laki-laki itu masih
mengingatnya? kenapa kenapa harus laki-laki itu?
Ririn berdialog sama hatinya,
“Hey, hati!”
“ia, Cinta!.”
“kenapa kamu malah menantikan
laki-laki itu?”
“aku pun tidak tahu,”
“yang benar saja hati!”
“ia bener, sumpe lo!”
Haruskah kisah kegalauan Ririn terjadi
untuk kedua kalinya? Siapakah gerangan laki-laki yang telah menawan hati
seorang Ririn yang lulus Cumloud, calon magister, muslimah yang istiqamah, baik
budi pekertinya, dilamar beberapa pemuda baik-baik tapi ditolak, tapi ia masih
memikirkan laki-laki yang dulu pernah menambat hatinya?
***
Medan,
Di salah satu sudut kamar, seorang
laki-laki sedang duduk di depan layar laptop. Memutar beberapa lagu dan
mendengarkannya. Sambil sesekali mendendangkan liriknya. Walau dengan suara
parau sekalipun. Asalkan sesak di dadanya bisa lepas. Ataukah aku harus
menghubungi wanita itu?
Gunadi, laki-laki berumur 24 tahun itu
pun menjadi galau. Beberapa bulan ke belakang, setelah dia resmi menjadi
manager di kantornya kebahagiaan itu seakan biasa saja. Dibandingkan dengan
kebahagiaan saat itu. Saat wanita itu memutuskan menolakku. Aku seperti
terpekur. Dulu, kenapa bodohnya aku tidak memberikan kepastian tentang perasaanku?
Padahal, aku sangat mencintainya. Tapi, saat itu umurku masih muda, aku tidak
terlalu memikirkan pernikahan. Apakah setelah itu aku bisa melupakannya?
Lagi-lagi tidak. Berkali-kali kucoba
gagal. Bayangan keanggunannya, budi pekertinya, prinsip agamanya, semua dari
wanita itu membuatku tertambat. Rasa ini tak mau pergi lagi. Lantas sekarang
apa lagi yang harus kutunggu? Pekerjaanku sudah mapan, aku harus berubah. Aku
harus bisa merubah diriku karena Allah. Aku tak mungkin terus-terusan hidup
bergelimang engan kesibukan dunia, saatnya aku move on. Mencari rahmat Allah,
berubah, dan mencoba mendekati Allah sebagai Tuhan yang Maha Pengasih.
Gunadi, bangkit dari tidurnya. Ia
mengambil wudhu. Shalat taubat. Bermunajat pada Allah. Bagaimana mungkin aku
mendapatkan pendamping hidup yang shalehah jika aku sendiri belum shaleh?
Bagaimana mungkin Allah akan mencintaiku kalau aku tidak mencintai dan bertakwa
pada-Nya. Dan bagaimana mungkin cintaku bisa berbalas jika tanpa Kuasa dan
Iradah Allah swt.
Berhari-hari Gunadi benar-benar
berubah. Ia merubah hampir seratus persen hidupnya. Pekerjaannya, ibadahnya,
keramahannya pada tetangga, dan pergaulannya dengan teman-teman lebih
diproteksi lagi. Gunadi masih berharap pada wanita itu. Aku harus berikhtiar.
Mana tau belum terlambat. Mana tau wanita itu belum dilamar orang.
Esoknya, dengan jam penerbangan yang
super cepat, Gunadi terbang ke Jakarta. Ke tempat wanita dambaan hatinya berada
saat ini. Pukul 15.00 wib.
Di sudut lain, Ririn tengah
mempersiapkan diri unuk menghadiri kajian muslimah. Ia diundang sebagai
pembicara dalam talkshow tersebut. Belum sempat ia merapikan tas dan
perlengkapannya, tiba-tiba ibunya memanggil.
“Ririn, cepat turun ada temanmu
datang.”
“baik ma, Ririn mau turun nih!”
Setelah itu, Ririn langsung turun,
dan... melihat seseorang yang ada di kursi.
“Mas Gunadi!”
Setelah pertemuan itu, ditetapkan
tanggal pernikahannya. Ternyata laki-laki yang selama ini mengusik hati Ririn
adalah mas Gunadi. Begitupun sebaliknya, wanita yang membuat Gunadi tak bisa
tidur adalah Ririn. Memang jodoh di tangan Allah. Masing-masing dari Ririn dan
Gunadi ingin berubah menjadi lebih baik. Dan Allahpun mempertemukan mereka
dalam keadaan memperbaiki dirinya dan kelak bersama-sama membina rumah tangga
dengan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Ingat, sobat. Jodoh pasti bertemu.
Jangan kau gadaikan auratmu, cantikmu, pada laki-laki yang belum tentu jadi
suamimu. Jagalah kehormatanmu, marwahmu, dan kecantikanmu hanya untuk suamimu
saja. Tak usah diobral-obral, toh Allah sudah menentukan siapakah jodohmu.
Tergantung sejauh mana kau merubah dirimu menjadi sesholeh jodoh yang kau
inginkan. Yuk, move on kawan. Jemput jodoh terbaikmu dengan akhlak dan agamamu.
Simpan kecantikan, keanggunan, dan
kehormatanmu untuk kekasih halalmu saja. Pahala dapat, ridha Allah menyertai,
dan kamu jadinya lebih anggun dan terhormat. Mau tak? Yuk ikutin step berikut
ini.
Cara jitu memendam cinta sebelum halal
1. Taubat sebenar-benar taubat.
Minta ampunan dan petunjuk sama Allah. Jika punya rasa itu dihati pendam seerat
mungkin. Curhat saja pada Allah. Ya Allah, hamba jatuh cinta pada seseorang,
jagalah dia untuk hamba ya Allah.
2. Berbuat baik kepada kedua
orang tuamu. Berbaktilah pada mereka.
3. Sedekah. Sisihkan setiap
penghasilanmu untuk orang-orang yang membutuhkan. Bisa ke mesjid, anak yatim,
dll.
4. Tersenyum, ramah, dan hiasi
harimu dengan ilmu, karena orang yang berilmu terpancar kharisma yang
bercahaya. Memang sih tidak kasat sama mata. Tapi, cahaya itu timbul dari dalam
dirinya dan terpancar disekitar orang-orang terdekatnya.
5. Kalau sudah yakin lanjut ke
pernikahan, segera lamar! Sebelum pemuda shaleh dilamar orang atau wanita
shalehah itu dilamar orang juga. Zaman sekarang, stok yang shaleh dan shalehah
sudah menipis. Buruan! He he he.
6. Tawakkal pada Allah swt saja.
Karena segala sesuatu di dunia ini tidak terlepas dari ketentuan-Nya. Bisa
jadi, Allah telah mempersiapkan pasangan yang cocok dan klop denganmu. Tinggal
kamunya saja sudah siap atau tidak.
Ayuk, yang belum siap nikah, perbaiki
hati, pribadi, dan kualitas diri. Seberapa baik kualitasmu begitulah jodohmu.
Seberapa siap dirimu begitulah jodohmu. Mau dapat jodoh berkualitas? Maka
ubahlah dirimu mulai dari sekarang juga. Dekati Allah, sayangi Allah, cintai
Allah, bertakwa kepada Allah, semuanya untuk Allah, dan segalanya hanya karena
Allah.
:)
BalasHapussama seperti aya. kami juga jadi senyam senyum habis baca postingan ini :)
BalasHapuscie..cie... yang lagi senyum-senyum... he he he
BalasHapus