DARINYA, AKU BELAJAR (tentang) PERJUANGAN


oleh: Nur Anshari

Malam itu, bermodalkan tekad dan keberanian, mamak pergi ke ibu kota seorang diri. Hanya bertentengan tas hitam berisi ijazah asli dipegang erat oleh mamak. Aku melihat mamak dengan mata berkaca-kaca meninggalkan kami malam itu. Tepat pukul 10.00 malam WIB mamak dijemput mobil L300.

Dua hari kemudian, setelah mamak tiba di rumah dan saat malam datang menjelang, Mamak menceritakan tentang pengalamannya dimulai dari dalam mobil L300. Saat itu, di tengah persimpangan jalan , tepat di lereng pegunungan hujan deras turun. Mamak terbangun dari tidurnya, suasananya begitu mencekam. Tapi mamak tak takut dan memegang erat tas yang berisi benda berharga yang tidak mampu dibayangkan jika itu terkena hujan dan basah. Mamak berdoa dalam hati, “Ya Allah mudahkanlah urusan ini dan lindungilah hamba-Mu”.

Mamak selalu mengingatkan untuk berdoa di setiap suasana. Meminta kemudahan dari Allah yang Maha Kuasa. Dan mamak bercerita lagi, setiba di Ibu Kota mamak sampai di depan gedung Rektorat sebuah kampus . Padahal mamak bukan lulusan dari perguruan Tinggi, namun semangat dan keberaniannya mampu melawan kekurangan itu. Dengan ramah mamak bertanya pada security yang tengah berjaga di depan gedung. Security menjelaskan di mana letak ruangan bapak rektor.

Tanpa gentar, mamak naik ke atas gedung. Mungkin untuk ukuran pakaian, mamak kalah jauh dari sang ibu-ibu pejabat. Tapi, mamak tidak ambil peduli tentang penampilan, asalkan rapi dan bersih sudah cukup. Mamak mencari dengan cermat mana ruangan rektor. Setelah beberapa kali salah masuk ruangan. Akhirnya ketemu juga. Berjumpalah mamak dengan orang nomor satu di kampus itu. Mamak berbicara dengan sopan.

Mamak              : “pak, maaf mengganggu waktu bapak.”

Pak rektor          : “ia, tidak apa-apa bu. Ada yang bisa saya bantu?”

Mamak              : “saya ibunya Nurul Mahfuzah. Begini pak, terjadi kesilapan sedikit, ijazah anak saya belum ditanda-tangani. Karena keperluan mendadak jadi pihak kampus di Langsa memberitahukan saya untuk menjumpai bapak secara langsung ke ibu kota.”

Pak rektor          : “baiklah, saya akan tanda-tangani.”

Mamak              : “terima kasih banyak pak.”

Pak rektor          : “sama-sama bu. semoga sukses untuk anak ibu.”

Mamak              : “Aamiin, terimakasih lagi pak. Semoga anak bapak juga sukses semua.”

Pak Rektor         : “Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.”

Mamak pamit dengan pak rektor. Suasana tegang tersebut tak bisa digambarkan oleh mamak. Mamak yang terbiasa dengan mengurus anak-anak merasa sangat bersyukur kepada Allah swt karena dapat bertemu dan berbicara langsung dengan rektor sebuah kampus di ibu kota.

Baru saja mamak turun dan berjalan sampai di depan gedung. Pak rektor sudah turun juga, dan menghidupkan mobilnya serta melajukan mobilnya. Semenit saja terlembat, maka tidak akan bertemu lagi dengan beliau. Allah jua, dibalik skenario kehidupan manusia. dan syukur Alhamdulillah kakak saya bisa mendaftar pekerjaan dengan ijazahnya dan berhasil lulus. syukur kepada Allah.

Komentar