SETAHUN SUDAH AKU DI KELUARGA FLP (Kado Cinta Milad FLP Wilayah Aceh 13th)


Oleh: Nur Anshari

 
Mimpi itu semakin dekat, semakin nyata. Ini yang kurasakan saat dua tangan mengetik tulisan berikut. Aku yang mahasiswa UIN semester 5 silam yang baru saja merasakan nikmatnya menulis dan bergabung dengan wadah para penulis, Forum Lingkar Pena. Perlu sobat ketahui, aku mengenal FLP bukanlah baru-baru ini saja, jauh dari FLP Wilayah Aceh berdiri. Masak iya?

Saat kecil dulu, ayahku sering membelikan “BOBO” sebuah majalah anak. Aku gemar membaca. Dan semua habis ku kupas saat BOBO itu telah berada di kedua tanganku. Aku masih ingat, saat membaca rubrik jalan-jalan, BOBO membicarakan tentang taman Ismail Marzuki. Ide jalan-jalan itu ditulis oleh salah satu penulis FLP cabang Jakarta. Saat itu aku mencari tahu tentang FLP dengan kemampuan sederhana, tak lain dengan membaca. Sampai akhirnya aku tahu, FLP itu tempat berkumpulnya penulis-penulis Indonesia. 

Umurku saat itu sekitar delapan tahun. Bergumam dan menancapkan janji, aku harus seperti mereka. Menulis dan bergabung dengan FLP. Janji itu akhinya dapat tertunaikan Februari 2013 lalu. Dengan resmi website FLP.net mengumumkan namaku di urutan no.1 sebagai peserta yang berhak mengikuti inaugurasi. Serta berhak menyandang sebagai anggota FLP awal Maret berikutnya. Kesanku saat pertama bergabung dengan FLP sebelum menjadi anggota adalah “kehangatan”. Biarpun aku ini anak baru, tapi para sesepuh FLP menerima kehadiran anak baru ini dengan baik. Ingat sekali aku dengan Amalia Masturah yang saat pertama kali, aku menginjak kaki di sekretariat FLP dengan ramah menyambutku. 

Tak mengingat tanggal berapa itu, karena kesan pertama menyenangkan itulah aku tergerak bergabung dengan grup ini. Kelas menulis pertamaku membedah opini karya Amalia Masturah. Dan dua minggu berikutnya tanpa terduga opini pertamaku “Pengaruh Fashion Artis” kerap nangkring di rubrik Serambi Indonesia. Tak ingin melepas FLP begitu saja, akhirnya aku mengikuti kelas menulis berikutnya. Beruntungnya, aku juga pernah mengikuti kelas menulis dengan mbak Aida MA, penulis asal Aceh yang sudah terkenal di Jakarta. 

Saat itu, mbak Aida memberikan tiga buku gratis karangannya untuk penanya terbaik dan dipilih langsung. Tak tersirat dibenak, aku menjadi salah satu orang beruntung itu. Aku mendapatkan kesempatan meraih buku karangan Mbak Aida MA yang berjudul “Ya Allah Beri Aku Kekuatan”. Buku itu seperti menyuruhku untuk senantiasa kuat. Dan benar, aku kuat sampai saat ini menjalani berbagai kebersamaan di FLP.

FLP mengajarkan tak hanya skill menjadi penulis, juga mengajarkan arti kekompakan lewat organisasi. Ini salah satu dari tiga pilar yang harus ada di FLP.1) Keislaman, 2)Keorganisasian, 3)Kepenulisan. Ini materi yang harus kami ingat sebagai jati diri FLP sejati. Aku bersama teman-teman seangkatanku ikut membantu dalam menyemarakkan sosialisasi menulis bagi remaja Aceh. Dengan menggelar event, berdasarkan kenalan beberapa sesepuh FLP dengan penulis ternama Gol A Gong. Alhamdulillah acaranya sukses. Aku merasakan semua bekerja di sana, bantu sana-sini, menggelar ini itu, mengundang sana-sini, semua dilakukan dengan ikhlas dan penuh kekompakan.


Berikutnya FLP juga memberi banyak nuansa baru di hidupku. Biarpun kami termasuk orang baru, tapi seperti anak lama. Tak ada senioritas maupun junioritas. Semua angkatan sama di depan dewan pertimbangan FLP. Heheh. Hanya yang membedakan mana yang terus berkarya, dan mana yang melempem atau mana yang terus melejit menulisnya dan mana yang hanya berjalan di tempat. Seperti aku, blog menjadi wadah imajinasi kata-kata yang bisa tertampung saat ini. Belum memiliki mental lebih untuk mengirimkan ke penerbit mayor maupun minor. Berhubung aktifitas kuliahku yang padat juga menyita waktu. 

Jadi, aku berniat menerawangkan mimpiku sampai aku tamat kuliah nanti. Sejati ingin benar-benar menjadi penulis aku merintisnya lewat tulisan sederhana ini. Merajut kata demi kata yang menggambarkan aku dan orang lain. Tapi, FLP tidak demikian. Biarpun sibuk sesibuk apapun karya tulis tetaplah harus dihasilkan. Para anggota seangkatanku terus melejit karirnya seperti Zahraton Nawra yang sudah punya tiga atau empat Antologi, Astina Ria yang sudah punya dua antologi, Bang Nazri yang sudah menulis hampir 20 Antologi, dan Aslan Saputra dan kak Isratul Izzah yang tengah berjuang di Jepang. 

Mengenal teman-teman hebat seperti mereka hanya bisa aku temui di FLP ini, dan aku yang hanya baru menyemarakkan tulisan dan mengebar-geborkannya lewat Blog sederhanaku. Tapi FLP Wilayah Aceh terus saja memberiku lampu di tempat gelap. Menghidupkan mimpi di dalam alam nyata. Walau aku merasa ini hanya mimpi tapi tak tertutup kemungkinan menjadi kenyataan. Dan yang aku tahu, FLP wadah mencari solusi disetiap masalah. Organisasi mana yang tidak punya masalah, namun ditengah musibah dan masalah yang dihadapi FLP tetap saja mengedepankan kekompakan tidak saling menuduh dan mencari jalan keluar dari masalah. 

Aku merasa waktuku di kota ini sudah tidak lama lagi, tapi belum sejengkalpun yang dapat aku lakukan untuk kemajuan dan kejayaan FLP Wilayah Aceh, yang bisa aku persembahkan di usianya yang sudah beranjak ABG aku bisa memberikan hadiah kecil ini. Sebuah penuturan jujur dari seorang penulis jadi-jadian. Penulis kelas teri. Yang tidak jelas karir menulisnya sampai mana. Tapi aku mengenal pepatah yang mengatakan pisau yang tumpul akan semakin tajam jika diasah. Akulah pisau itu, dan kemampuan menulisku akan selalu diasah dengan bergabung dan bersama FLP. Tetap semangat para sesepuh dan pemateri handal FLP Aceh yang memberikan ilmunya tanpa digaji. Semua karena Allah dan kelak Allah pula yang memberi kelapangan hidup untuk mereka. 

Buat para pengurus FLP Wilayah Aceh teruslah berjuang dan membina keluarga FLP kita dengan senyuman. Biarpun anggota FLP bertambah, tetap selalu mengingat kami yang mungkin tak dapat bertahan lama di FLP nantinya. Berjuta alasan yang akan terjadi, dan perpisahan tentu terjadi dikarenakan pertemuan. Tapi aku menulis ini bukan karena aku mau pergi, tapi aku ingin benar-benar merasakan bejuta kasih sayang FLP untukku bersama tulisan ini. Met milad FLP yang ke-13. Moga makin mantap, bergres, dan islami. Penulis-penulis di dalamnya bisa segera menyandang gelar penulis best-seller. Amiin ya rahman.

Komentar

Posting Komentar