Catatan Cinta Seorang ‘Umi’

Oleh: Nur Anshari


“Umi?” tak pernah terbesit di benakku. 16 tahun silam sebelum aku duduk di bangku MI (Madrasah Ibtidaiyah), aku lebih dulu menduduki bangku TPA (Taman Pendidikan Al-Quran). Saat itu aku memasuki kelas TKA (Taman Kanak-kanak) untuk kisaran anak umur 5-7 tahun. Tak hanya belajar mengaji, namun beberapa ilmu lain juga ditransfer oleh Umi (panggilan untuk seorang Ustazah) dan Abi (panggilan untuk Ustazh), seperti hafalan do’a dan surat pendek, ayat pilihan, bacaan shalat, serta beberapa seni tari dan lagu. 

 Pertama, aku mengira akan dimasukkan ke TK (Taman Kanak-kanak) yang ada pelosotannya itu lho? Namun, ternyata tidak. Di sini tidak ada permainan. Awalnya sempat mengira, “ah Mama, di tempat ini gak ada pelosotannya, permainan satupun gak ada”. Tapi, karena waktu itu, aku pergi dengan kakak, dibelikan baju baru, aku angguk-angguk aja dimasukkan ke tempat itu. Memang, Mama pinter ngambil hati anaknya, hehe.. 
 
Kemudian aku dikenalkan dengan Abi (Ustaz) ada dua orang, Umi ada 5 orang. Baik orangnya, ramah, suka senyum lagi, senang ‘adek’ ngaji di sana. Hehehehe. Ngaji Iqra’, hafal surat, do’a, dan malah diajarkan menyanyi tapi lagu islami lho. Nah, nyanyian ini yang membuat anak-anak suka datang ke TPA, malah bersemangat. (namanya aja anak-anak) selain itu juga, mengaji juga bersemangat. Hehe…dan ilmu menyanyi ini juga aku wariskan ke anak-anak TPA tempat ku mengajar sekarang. Belajar dari pengalaman ketika kecil, bahwa anak-anak itu sukanya nyanyi, tapi kalau mengaji, juga tak kalah suka. Alias belajar sambil bernyanyi kayak bermain jadinya. 

Cara dan metode mengajar di TPA-ku dulu juga efektif untuk semasa itu. Jadi, waktu udah gede kayak gini, aku faham rupanya asyik juga menjadi Umi/Abi, selain anak-anak bisa memahami agama (TPA), mereka juga punya skill di bidang lain (sekolah). Seimbang antara agama dan pendidikan. IMTAQ di TPA dan IPTEK di sekolah. Keduanya bisa berjalan beriringan. Generasi muda penerus Islam akan terus bersambung dari tangan-tangan mereka. 

Aku sangat menyukai dan menyayangi Abi-abi/Umi-umi yang mengajariku saat itu. Tepat 16 tahun lalu aku diajarkan berbagai ilmu, tak pernah terpikir untuk membalas segala ilmu yang telah diberikan kepadaku. Karena berkat kerja keras dan keringat mereka pula aku bisa membaca dan menulis al-Quran sehingga bisa melihat dan mempelajari dunia. Semoga rahmat Allah senantiasa dilimpahkan kepada Abi-abi/Umi-umiku. Dulu aku pernah mengikuti beberapa lomba dan memenangkannya alhamdulillah, semua itu karena pertolongan Allah melalui kerja keras Abi-abi/Umi-umiku di TPA As-Sa’adah. Oiya, aku lupa memperkenalkannya. As-Sa’adah artinya kebahagiaan. Bagus ya artinya. Dan semoga, anak-anak lepasan dari situ hidupnya dalam kebahagiaan. Dan benar, Alhamdulillah anak-anak kampung yang berjiwa kota berhasil memberi secuil kebahagiaan untuk TPA dan kampungnya. Cabang Cerdas Cermat yang paling tergress 2002 silam berhasil kami (aku, Iqbal dan Nuja) bawa pulang. Sungguh rahmat Allah yang luar biasa.

Kota Langsa berhasil sari CS wakili hingga ke ibu kota Provinsi, Banda Aceh. Tak terkira senangnya. Namun, takdir menentukan lain, kami kandas di perputaran kedua, melawan kandidat CC (Cerdas Cermat tim Banda Aceh). Namun semangat untuk itu tidak luntur. Sayangnya, umurku sudah terlewat batas saat hendak mengejar mimpi itu, tepat saat itu aku menginjak kelas 6, dan berakhir pula karir di bangku TPA (Taman Pendidikan Al-Quran). Kemudian, ilmu agama dilanjutkan di sebuah dayah di dekat rumahku. Masa kanak-kanak yang indah dan penuh prestasi (selain Cerdas Cermat, perlombaan lain juga aku ikuti seperti lomba baca puisi, dan lain-lain)

Dan 16 tahun kemudian, aku kembali bertandang di ibu kota Provinsi, Banda Aceh. Janji seorang santri 16 tahun lalu terwujud di sini. Aku mulai terbiasa dengan hiruk pikuk ibu kota, tingginya persaingan mendapatkan yang terbaik di perkuliahan, organisasi yang semakin menggiurkan, hingga pengalaman mengabdi pada masyarakat sekitar yang membuatku tergerak untuk mengajar anak-anak di dekat tempatku berteduh. Ya, sebagai perantau sejati, belum lengkap rasanya jika belum membagi ilmu untuk orang banyak. Akhirnya aku memilih jalan ini, mencoba merasakan apa yang dirasakan Abi-abi/Umi-umi ku 12 bahkan 16 tahun lalu. 



Tepat pada April 2012 Aku resmi diterima di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) Al-Mukhayyarah. Setelah 3 semester memusatkan pikiran hanya untuk kampus, akhirnya aku berjuang untuk agama dan masa depan generasi muda Islam. Aku mulai menghujani diriku dengan sejuta pertanyaan. Apakah aku sanggup mengajarkan mereka? Apakah anak-anak itu akan menyukaiku? Apakah aku mampu membuat mereka berprestasi seperti Abi-abi/Umi-umiku dulu pernah mengajarkanku? Hanya satu jawaban, Bisa, Allah selalu bersama orang-orang yang memperjuangkan agama-Nya. 


Anak-anak itu tertawa menghampiriku, memanggilku, memegang tanganku, dan tak jarang pula ada yang mengabaikanku. “Ummi Sari” nama panggilan sangat khas yang mengingatkanku, dengan ummi-ummiku. Sekarang aku yang harus memegang amanah ini. Aku merasa inilah duniaku, bahagia, sedih, kagum, bersemangat, saat aku memandang anak-anak itu. Kadang kala, aku merasa belum sempurna mengajarkan mereka. Mencoba bersabar dan terus bersabar dengan pola tingkah anak-anak zaman sekarang yang aktif bukan main. Sungguh berbeda dengan zamanku dulu, pendiam dan penurut. Sekarang hemm… sabarku harus ditingkatkan menjadi 180%.  Tapi, adakalanya aku merasa ini tugas berat, yang orang-orang terpilih saja yang sanggup menjalaninya, seperti ummi-ummi yang sudah senior dan lama mengabdi di TPA-ku mengajar. Sungguh kagum dengan mereka, tak terbilang sudah berapa prestasi yang diraih, berkat ajaran dan pengarahan ummi-ummi seniorku di sini. Subhanallah, di zaman serba memandang materi dan global ini, Allah masih membuka pintu hati mujahid/mujahidah sejati yang menegakkan agama Allah.
Tak lebih hampir setahun lalu, TPA Al-Mukhayyarah mengikuti lomba bergengsi FASI (Festival Anak Shaleh Indonesia) Kota Banda Aceh 2013. Alhamdulillah aku dipercayakan menjadi pelatih cabang lomba Pidato B.Indonesia. Santri didikku yang kusayangi memiliki bakat yang luar biasa, aku sudah menebaknya dari jauh-jauh hari. Ia hanya perlu diasah dan dipoles sedikit bakatnya, tentu dengan didikan orang tua dan pengarahan yang tepat dari pelatihnya. Dapat satu pelajaran ketika melatihnya, “keajaiban adalah nama lain dari kerja keras dan doa”.  Syukur tak terhingga santri didikku, namanya Ana, ia meraih juara 1 Pidato se-Kota Banda Aceh 2013 silam. Ummi-ummi lain di TPA-ku juga tak kalah berjuangnya, dan membopong 6 piala kemenangan lainnya.
Di TPA tak hanya mengenai mengaji, lomba, dan belajar saja. Setahun sekali kami mencoba membuka peluang untuk hubungan dekat antara ustad/umi dan santri lewat jalan-jalan dan wisata. Antusias dan bahagianya mereka ketika tiba di tempat itu. Senyum dan tawa mereka menyejukkan hatiku, melihat fotonya saja, aku seperti memutar balik waktu saat aku di 16 tahun silam. Awal Februari rombongan wisata Alam TPA Al-Mukhayyarah tiba dengan selamat di lokasi wisata alam Taman Rusa, Aceh Besar. Acara ini kami sebut dengan rihlah akhir tahun, walau kadang-kadang sering terlambat menjadi awal tahun di tahun berikutnya. Sungguh tempat yang komplit dan sesuai untuk liburan.

Tulisan ini bukan bertujuan untuk mempromosikan TPA tempat-ku mengajar. Tapi, untuk memotivasi teman-teman bahwa setiap yang kita lakukan baik itu di bidang pendidikan Agama atau bukan, bahkan tempat-tempat lainnya, jangan lupa sobat. Kerjakan itu dan jalani karena Allah. InsyaAllah setiap yang kita lakukan yang dilandasi niat karena Allah akan lebih berasa manfaatnya tidak hanya untuk dunia, namun untuk memberatkan amalan kita di akhirat kelak. Ingat, hidup kita, adalah untuk mencari bekal di akhirat. Apapun profesi kita, niatkan itu karena Allah swt.

Menjadi Umi adalah pilihanku, membagi dan mentrasfer ilmu untuk kemajuan generasi qur’ani di masa depan. Ilmu yang bermanfaat juga akan menjadi amalan di hari akhirat yang takkan terputus. Karena kelak mereka yang akan menggantikan kita menjadi penegak agama Allah membela yang hak dan mencegah yang bathil. 
Semangat ya, santri-santri Ummi, raih kemenangan di FASI kota Banda Aceh 2014, tepatnya pada tanggal 14-17 Maret mendatang. Do’a Umi selalu menyertai kalian. Raih mimpi sebisa mungkin. Dan jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Ustaz/Umi TPA semangat juga ya untuk melatih anak-anak, InsyaAllah, kita bisa!
Catatan cinta seorang Ummi.
 

Komentar