ZIRA HANIF




“Zira, rajin-rajinlah shalat, ingat Allah setiap saat. insyaAllah semua duka laramu akan terobati”. Pesan singkat ayah yang tersirat di balik sorot matanya saat melepasku pergi merantau.

Beliau hanya tersenyum lebar. Tak banyak berkata. Hanya berbuat. Perpisahan ini membuatku senang sekaligus sedih. Bangga bercampur haru.Dengan sigap beliau mengangkat koperku, padahal itu tugas kernet mobil yang biasa kunaiki. “biar ayah angkat saja tasnya”sambil membuang senyum ke arahku.

               “Zira, mamak selalu mendo’akanmu, nak.” Seraya mencium kedua pipiku.

“Zira juga, mak.” Harus aku tahan air mata ini.

Ayah melihatku dari seberang sana. Sambil sesekali juga berbicara dengan cek Is, tetanggaku. Sosok ayah yang membuatku ingin segera sukses, adalah kerja keras. Beliau tak kenal kata “menyerah” dalam kamus hidupnya. 

Tak ada kata capek, lelah yang terlontar dari katup berongga miliknya. Hanya semburat senyum dan kegirangan yang beliau tunjukkan pada kami, anak-anaknya. Tapi, hingga kini, anakmu masih belum bisa membahagiakanmu. 

Masih belum bisa membalas dan mungkin tidak akan bisa membalas semua penderitaan yang beliau alami. Duhai ayah, bisakah dirimu menungguku hingga beberapa tahun lagi? Sampai kedua tangan ini bisa mengusap semua keringatmu dengan kesejukan. Menghapus semua keluh kesahmu menjadi bulir-bulir keceriaan. 

Merestrat ulang kegelisahanmu selama ini, apakah anakku baik-baik saja? Menjadikan setiap kebaikan dalam keseharianmu menjadi pahala yang tiada henti mengalir untuk memberatkan timbanganmu di akhirat kelak. 

Maaf ayah, Zira masih belum sanggup. Zira masih butuh waktu untuk merangkai semua itu. Ayah, semoga setiap kebaikan yang engkau semai dan tabur di kehidupanku menjadi salah satu amal kebajikanmu untuk meraih syurga-Nya. Zira tidak akan menyerah ayah. Tunggu zira menjadi anak yang berbakti dan mempersembahkan semua ini untuk amalan Zira juga di akhirat kelak. 

Zira sayang ayah karena Allah. Semoga Allah membelai lembut ayahku, mengantarkannya menuju Syurga-Nya, bisa membimbing istrinya (mamak) juga menuju Syurga-Nya, serta membawa serta kami (anak-anaknya) menjadi keluarga paling bahagia di syurga-Nya. Amiin Ya Rahman

Zira Hanif adalah nama pena dari Nur Anshari

Komentar