0th=belajar
melihat, mendengar, merasakan dunia
1th=belajar
berjalan
2th=belajar
celoteh
3th=belajar
berbicara
4th=belajar
berlari
5th=belajar
menghafal kata
6th=belajar
membaca
7th=belajar angka-angka
8th=belajar
menghitung
9th=belajar
menentukan cita-cita
10th=belajar
bertanggung jawab
11th=belajar
menyesuaikan diri
12th=belajar
mencari teman
13th=belajar
arti kesetiakawanan
14th=belajar
arti kegigihan
15th=belajar
membuat keputusan
16th=belajar
membuat rencana hidup
17th=belajar
mewujudkan mimpi
18th=belajar
mempertahankan nilai
19th=belajar
membuat mimpi-mimpi yang tidak mungkin
20th=belajar
menjadi orang yang hebat
Refleksi kehidupanku 20tahun kebelakang.
1992-2013 adalah bukan waktu yang singkat. Ada banyak hal-hal menarik yang
terjadi dalam kehidupanku. Pertama hal yang membuatku bahagia aku terlahir
dikeluarga yang harmonis dan sederhana. Ayah Muhasdi dan Ibu Herawati yang
saling mencintai melahirkanku tepat pada tanggal 4 oktober 1992.
Alhamdulillah aku terlahir begitu sempurna.
Dua mata, satu hidung, dua telinga, satu mulut. Dari setiap ciptaan Allah,
manusialah yang paling sempurna Allah ciptakan. Manusia yang sempurna dan
bahagia itu adalah aku. Nur Anshari yang berarti cahaya penolong menjadi do’a
yang dititipkan orang tua kepadaku. Agar kelak anak yang kelima ini bisa
menolong keluarga, masyarakat dan agama. Menjadi penolong agama Allah swt.
Itulah do’a yang termulia yang hinggap di tubuhku.
aku begitu berharga karena terlahir diantara
mereka. Ayah yang saat itu hanya seorang pedagang sangat sabar membantu mamaku
dalam menjagaku. Mama yang masih terkulai lemah sehabis melahirkanku berada
dalam kehangatan kasih sayang ayah. Cinta sepasang kekasih yang Allah
pertemukan menjadi lambang kebesaran Allah.
Tentu bukan untuk menjadikan manusia agar
kufur terhadap nikmatnya. Justru sebaliknya, agar manusia paham dan mengerti
salah satu kekuasaan Allah adalah Allah ciptakan rasa kasih dan sayang diantara
kamu (baca Surat ar-Ruum ayat 21). Aku juga punya saudara yang banyak.
Saudara-saudara kandungku adalah kakak Nurul Mahfuzah, Abang Auliaurrahman,
kakak Ema Wati, Kakak Fatimah Nur, Adik Muhammad farid Zuhri.
Saat aku menginjak umur 2 tahun tidak banyak
yang bisa kuingat. Tetapi aku ingat benar saat umurku 4tahun aku belajar banyak
pengalaman. Mulai dari belajar berlari, berbicara, melafalkan huruf R, yang
saat itu selalu saja aku sebut dengan huruf L. Segala kerahan tenaga aku
curahkan agar aku bisa pintar seperti kakak yanti (panggilan akrab kakak
Fatimah Nur) yang mahir sekali dalam pengucapan R.
Padahal aku hanya berjarak 1tahun dengan kak
yanti. Aku merasa begitu dekat dengannya, walau terkadang aku juga sering bertengkar
dengannya. Namanya juga anak-anak, aku juga pernah menangis dan merajuk. Pernah
suatu ketika saat umurku 6tahun aku berjalan pulang sendirian dari rumah nenek
yang jaraknya lumayan jauh hampir 1km. Cukup jauh untuk ukuran anak TK waktu
itu.
Sifat pemberani dan tidak mau mengalah kerap
sering menjajakiku. Sampai-sampai sering kali aku memarahi siapapun yang
sengaja mengusik kesenanganku. Termasuk ayah dan mamaku. Sungguh sifat
anak-anak yang tidak patut dicontoh. Aku sempat tidak patuh dengan larangan
mama, nak, jangan sebrang jalan sendirian. Tidak peduli, lantas sebrang saja.
Naas, aku tertabrak, untung tidak luka.
Mama marah besar saat itu, ntah apapun
kekuatan untuk menyadarkanku agar mendengar nasihat orang tua. Tidak berhasil.
Esoknya aku masih bersenang-senang dengan melakukan hal-hal tidak baik.
Mengganggu adik lantas memukulnya jika sudah bosan. Aduh sifat tidak terpuji,
semoga adik-adik jangan menirunya ya. Tidak enak jadi anak bandel. Di jauhi
teman, gak ada teman, tidak ada yang mau deket-deket kita. Anak bandel gak ada
yang mau kawan, begitu pesan mamaku.
Beranjak masuk ke Madrasah Ibtidaiyah, aku
riang sekali. gak selalu bisa jumpa adikku jadi tidak banyak mengganggunya.
Sekaligus tidak bisa ganggu kak yanti, karena kami beda sekolah. Kak yanti
sekolah di Madrasah Ibtidaiyah kota, sementara aku di Madrasah Ibtidaiyah
kampung (jarak dengan rumahku begitu dekat, bisa jalan kaki). Ntah apa rencana
mamaku memasukkanku ke sekolah yang berbeda, tapi aku senang-senang saja.
Terbukti benar, sifat-sifat burukku mulai
hilang, aku tidak begitu peduli lagi untuk mengganggu adikku. Aku sudah mulai
sibuk belajar membaca, menulis, menghitung. Aku suka sekali sekolah. Jadi,
pikiranku untuk bermain sedikit berkurang. Aku sangat rajin. Belaar mengeja kata
biar cepat bisa membaca.
Hingga menjelang ujian caturwulan pertama, aku
belajar dengan keras. Ayah dan mama begitu mendukungku. Ayah dengan baik
hatinya mengajakku jalan-jalan dengan honda baru (hehe...soalnya baru beli) dan
mama ikut membantu dengan memasakkan makanan yang uenak banget. Jadi
terharu...dan akhirnya ujian catur wulan bisa kulewati dengan baik di bangku
kelas satu. Aku meraih peringkat keempat. Sedih, kecewa, iri, melihat temanku
yang naik ke atas panggung menerima hadiah peringkat kelas (padahal panggungnya
gak ada Cuma dibagi di depan kantor guru, tapi bagiku itu panggung yang
seharusnya aku yang menaikinya, hiks).
Aku tak menyerah dengan hal tersebut. Ujian
caturwulan berikutnya aku belajar mati-matian. Hingga waktu bermain pun aku
kurangi, tapi itu tidak terlepas dari jadwal belajar yang ketat yang diatur
oleh mamaku. Oh, mama. Saat pembagian rapor, rasa kecewa hilang, rasa bahagia
hinggap. Aku memperoleh juara 1. Tak hanya pada caturwulan kedua, tapi semenjak
itu hingga kelas enam semester dua peringkat 1 tak pernah lepas dari namaku.
Sang juara bertahan.
Sedikit buka prestasi lainnya, aku pernah
mengikuti kompetisi ditingkat kabupaten dan akhirnya keluar sebagai juara
pertama. Tidak hanya aku saja, aku mempunyai tim yang kompak dan solid, aku,
Muhammad Iqbal dan Manuzar Rifki, kami satu kelompok Cerdas Cermat pada acara
Festival Anak Shaleh Indonesia tingkat Provinsi Aceh, pada Juli 2002 silam.
Walau tidak keluar sebagai perwakilan Aceh
untuk bertanding di ajang Nasional, tapi aku bangga sekali. karena, baru kelas
lima Madrasah aku sudah bisa menjalani perjalanan selama tiga hari tiga malam
di Ibu Kota, Banda Aceh, 400 km jauhnya dari kampungku.
Menginjak Bangku Madrasah Tsanawiyah, aku
mulai merasakan yang namanya persaingan. Nilaiku jatuh, tidak mendapat
peringkat pertama lagi seperti waktu Madrasah dulu. Pintar-pintar semua. Hingga
di kelas tiga aku hanya bisa meraih sepuluh besar setiap semesternya. Tapi, aku
tidak berputus asa. Setiap perjuangan pasti berujung bahagia.
Persaingan terus berlanjut hingga aku memasuki
Madrasah Aliyah. Tak sangka, aku berhasil masuk ke tiga besar peringkat kelas.
Selama tiga tahun di bangku Aliyah aku berhasil mendapat beberapa kesempatan
untuk mengikuti perlombaan Olimpiade Matematika, Debat bahasa Inggris, Siswa
Berprestasi, dan alhamdulillah aku masih diberi kesempatan untuk mengikuti
lomba Cerdas Cermat. Ingin rasanya mengulang masa kejayaan sewaktu Ibtidaiyah
tetapi belum berhasil. Belum ada cabang lomba yang aku menangkan.
Ternyata Allah berkehendak lain, aku mendapat
kesempatan untuk mewakili kotaku, Langsa sebagai salah satu dari sepuluh siswa
berprestasi untuk dikirimkan ke ibu kota agar mengkuti penyaringan mewakili
Aceh ke Jakarta. Lagi-lagi aku hanya mampu hingga ke ibu kota, Banda Aceh.
Jakarta belum sampai.
Tapi aku tidak berputus asa, Allah tentu punya
rencana lain untukku. Hal ini terbukti, aku berhasil lolos sebagai salah satu
penerima beasiswa untuk Siswa Berprestasi ke IAIN Ar-Raniry, yakni salah satu
impianku untuk kuliah di Banda Aceh. Mimpiku terkabul. Kuliah juga berlanjut,
semakin antusias meraih Indeks Prestasi yang baik. Ip yang terus di atas 3,60
selalu bisa kudapatkan.
Allah selalu menyertaiku, setiap aku gagal
mengikuti sesuatu hal, Allah selalu memberikan penggantinya. Prestasi terus aku
tingkatkan. Tak hanya mahir dalam perkuliahan, aku beranikan diri untuk
mengabdi kepada masyarakat. Aku mengajar al-Qur’an di dekat tempat tinggalku.
Kemampuan mengajarku mulai terasah, apalagi harus menghadapi hampir seratus
anak. Dengan tingkah dan pola yang berbeda-beda aku mulai menggeluti dunia
anak-anak.
Lelah tentu saja tak lekang dari tubuhku.
Tapi, Allah selalu memberikan kejutan-kejutan kecil. Di tengah kelelahanku aku diberik kesempatan mewakili jurusanku
untuk mengikuti lomba Pidato dan karya Tulis Ilmiah, syukur Alhamdulillah
namaku harum menghiasi gedung fakultas. Penghargaan berhasil aku raih. Hal itu
tentu tidak dapat aku lupakan.
Saat aku menuliskan cerita hidupku selama dua
puluh tahun ini, aku mendapat pelajaran berharga. Allah selalu bersama hambanya
yang ingat kepada-Nya. Allah selalu punya rencana yang terbaik. Bukan yang
terbaik dimata kita tapi yang terbaik untuk kehidupan kita. Aku memberanikan
diri mempunyai mimpi dan ingin mewujudkannya. Melalui tulisan ini, aku bermimpi
20 tahun mendatang aku bukanlah si Nur Anshari yang menulis di blog, facebook,
diary, noterpad.
TERIAKKAN!
AKU
PASTI BISA!
TERIAK LAGI!
AKU PASTI SUKSES!
MIMPIKU PASTI TERWUJUD!
KARENA ALLAH SELALU BERSAMAKU!
MIMPIKU ADALAH MENJADI PENULIS
MIMPIKU ADALAH MENJADI ORANG KAYA
MIMPIKU ADALAH MENJADI ORANG BESAR
MIMPIKU ADALAH MENJADI ORANG SUKSES
MIMPIKU ADALAH MENJADI DOSEN
MIMPIKU ADALAH MENJADI PETUALANG
MIMPIKU ADALAH MENJADI ORANG BAIK
MIMPIKU ADALAH MENJADI AHLI AGAMA
MIMPIKU ADALAH MENJADI IBU YANG BAIK
MIMPIKU ADALAH MENJADI ANAK YANG SHALEHAH
MIMPIKU ADALAH MENJADI RAKYAT YANG BAIK
MIMPIKU ADALAH MENJADI PEMIMPIN YANG AMANAH
MIMPIKU ADALAH MENDAPAT SYURGA
MIMPIKU ADALAH MENJADI ISTERI YANG SHALEHAH
MIMPIKU ADALAH MENDAPAT SUAMI YANG SHALEH
MIMPIKU ADALAH MENDAPAT ANAK YANG SHALEH
MIMPIKU ADALAH MENDAPAT RUMAH YANG TENANG
MIMPIKU
ADALAH BISA MEMBUAT ORANG TUAKU BAHAGIA
MIMPIKU ADALAH MENJADI PENGHUNI SYURGA
MIMPIKU ADALAH TERBEBAS DARI SIKSA NERAKA
MIMPIKU ADALAH TERBEBAS DARI AZAB KUBUR
MIMPIKU ADALAH TERBANG MANCA NEGARA
MIMPIKU ADALAH BISA MEWUJUDKAN MIMPI-MIMPIKU
SUKSES!
pas baca mimpi2 itu... saya jadi terbangun... terima kasih..tulisannya bagus... semoga anda dan kita semua bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita... aamiiiiin
BalasHapusmakasih ya, sudah membacanya, amiin ya Rabb...
BalasHapusheheheh...
BalasHapusbereh...!!!
Saya bisa membayangkan bagaimana ekspresi kamu ketika menuliskan mimpi-mimpi itu.
ia, terimakasih, Darman.
Hapusingin sekali cerita kamu mnjadi milikku..(ngarep kali ah)
BalasHapussemoga tulisan ini bnyak yng membaca.karena saat dibaca,berhasil mengungguh hati untuk bangkit...sari sudah berhasil menjinakkan hati saya...(weeee keren yaaa)
TeriakkkkkKKKKKK...
Aku terharuuuuuUUUUUUUU
Teriak lagiiiiiIIIIIIIIII>>>>>>>
'maaaap' Suaraku habiisss...khuk ...khuk...khuk
:D
makasih bg junaidi, Aamiin.. biasa ja bg junaidi, sari hanya ingin mengungkapkan perasaan secara plong aja. tapi makasih atas supportnya. hihihi
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus