20 Tahun Kutinggalkan, 21 Tahun Kuraih (Refleksi Ulang Tahun, part-1)


0th=belajar melihat, mendengar, merasakan dunia
1th=belajar berjalan
2th=belajar celoteh
3th=belajar berbicara
4th=belajar berlari
5th=belajar menghafal kata
6th=belajar membaca
7th=belajar angka-angka
8th=belajar menghitung
9th=belajar menentukan cita-cita
10th=belajar bertanggung jawab
11th=belajar menyesuaikan diri
12th=belajar mencari teman
13th=belajar arti kesetiakawanan
14th=belajar arti kegigihan
15th=belajar membuat keputusan
16th=belajar membuat rencana hidup
17th=belajar mewujudkan mimpi
18th=belajar mempertahankan nilai
19th=belajar membuat mimpi-mimpi yang tidak mungkin
20th=belajar menjadi orang yang hebat

Refleksi kehidupanku 20tahun kebelakang. 1992-2013 adalah bukan waktu yang singkat. Ada banyak hal-hal menarik yang terjadi dalam kehidupanku. Pertama hal yang membuatku bahagia aku terlahir dikeluarga yang harmonis dan sederhana. Ayah Muhasdi dan Ibu Herawati yang saling mencintai melahirkanku tepat pada tanggal 4 oktober 1992.
Alhamdulillah aku terlahir begitu sempurna. Dua mata, satu hidung, dua telinga, satu mulut. Dari setiap ciptaan Allah, manusialah yang paling sempurna Allah ciptakan. Manusia yang sempurna dan bahagia itu adalah aku. Nur Anshari yang berarti cahaya penolong menjadi do’a yang dititipkan orang tua kepadaku. Agar kelak anak yang kelima ini bisa menolong keluarga, masyarakat dan agama. Menjadi penolong agama Allah swt. Itulah do’a yang termulia yang hinggap di tubuhku.

aku begitu berharga karena terlahir diantara mereka. Ayah yang saat itu hanya seorang pedagang sangat sabar membantu mamaku dalam menjagaku. Mama yang masih terkulai lemah sehabis melahirkanku berada dalam kehangatan kasih sayang ayah. Cinta sepasang kekasih yang Allah pertemukan menjadi lambang kebesaran Allah. 
Tentu bukan untuk menjadikan manusia agar kufur terhadap nikmatnya. Justru sebaliknya, agar manusia paham dan mengerti salah satu kekuasaan Allah adalah Allah ciptakan rasa kasih dan sayang diantara kamu (baca Surat ar-Ruum ayat 21). Aku juga punya saudara yang banyak. Saudara-saudara kandungku adalah kakak Nurul Mahfuzah, Abang Auliaurrahman, kakak Ema Wati, Kakak Fatimah Nur, Adik Muhammad farid Zuhri.
Saat aku menginjak umur 2 tahun tidak banyak yang bisa kuingat. Tetapi aku ingat benar saat umurku 4tahun aku belajar banyak pengalaman. Mulai dari belajar berlari, berbicara, melafalkan huruf R, yang saat itu selalu saja aku sebut dengan huruf L. Segala kerahan tenaga aku curahkan agar aku bisa pintar seperti kakak yanti (panggilan akrab kakak Fatimah Nur) yang mahir sekali dalam pengucapan R.
Padahal aku hanya berjarak 1tahun dengan kak yanti. Aku merasa begitu dekat dengannya, walau terkadang aku juga sering bertengkar dengannya. Namanya juga anak-anak, aku juga pernah menangis dan merajuk. Pernah suatu ketika saat umurku 6tahun aku berjalan pulang sendirian dari rumah nenek yang jaraknya lumayan jauh hampir 1km. Cukup jauh untuk ukuran anak TK waktu itu.
Sifat pemberani dan tidak mau mengalah kerap sering menjajakiku. Sampai-sampai sering kali aku memarahi siapapun yang sengaja mengusik kesenanganku. Termasuk ayah dan mamaku. Sungguh sifat anak-anak yang tidak patut dicontoh. Aku sempat tidak patuh dengan larangan mama, nak, jangan sebrang jalan sendirian. Tidak peduli, lantas sebrang saja. Naas, aku tertabrak, untung tidak luka.
Mama marah besar saat itu, ntah apapun kekuatan untuk menyadarkanku agar mendengar nasihat orang tua. Tidak berhasil. Esoknya aku masih bersenang-senang dengan melakukan hal-hal tidak baik. Mengganggu adik lantas memukulnya jika sudah bosan. Aduh sifat tidak terpuji, semoga adik-adik jangan menirunya ya. Tidak enak jadi anak bandel. Di jauhi teman, gak ada teman, tidak ada yang mau deket-deket kita. Anak bandel gak ada yang mau kawan, begitu pesan mamaku.
Beranjak masuk ke Madrasah Ibtidaiyah, aku riang sekali. gak selalu bisa jumpa adikku jadi tidak banyak mengganggunya. Sekaligus tidak bisa ganggu kak yanti, karena kami beda sekolah. Kak yanti sekolah di Madrasah Ibtidaiyah kota, sementara aku di Madrasah Ibtidaiyah kampung (jarak dengan rumahku begitu dekat, bisa jalan kaki). Ntah apa rencana mamaku memasukkanku ke sekolah yang berbeda, tapi aku senang-senang saja.
Terbukti benar, sifat-sifat burukku mulai hilang, aku tidak begitu peduli lagi untuk mengganggu adikku. Aku sudah mulai sibuk belajar membaca, menulis, menghitung. Aku suka sekali sekolah. Jadi, pikiranku untuk bermain sedikit berkurang. Aku sangat rajin. Belaar mengeja kata biar cepat bisa membaca.
Hingga menjelang ujian caturwulan pertama, aku belajar dengan keras. Ayah dan mama begitu mendukungku. Ayah dengan baik hatinya mengajakku jalan-jalan dengan honda baru (hehe...soalnya baru beli) dan mama ikut membantu dengan memasakkan makanan yang uenak banget. Jadi terharu...dan akhirnya ujian catur wulan bisa kulewati dengan baik di bangku kelas satu. Aku meraih peringkat keempat. Sedih, kecewa, iri, melihat temanku yang naik ke atas panggung menerima hadiah peringkat kelas (padahal panggungnya gak ada Cuma dibagi di depan kantor guru, tapi bagiku itu panggung yang seharusnya aku yang menaikinya, hiks).
Aku tak menyerah dengan hal tersebut. Ujian caturwulan berikutnya aku belajar mati-matian. Hingga waktu bermain pun aku kurangi, tapi itu tidak terlepas dari jadwal belajar yang ketat yang diatur oleh mamaku. Oh, mama. Saat pembagian rapor, rasa kecewa hilang, rasa bahagia hinggap. Aku memperoleh juara 1. Tak hanya pada caturwulan kedua, tapi semenjak itu hingga kelas enam semester dua peringkat 1 tak pernah lepas dari namaku. Sang juara bertahan.
Sedikit buka prestasi lainnya, aku pernah mengikuti kompetisi ditingkat kabupaten dan akhirnya keluar sebagai juara pertama. Tidak hanya aku saja, aku mempunyai tim yang kompak dan solid, aku, Muhammad Iqbal dan Manuzar Rifki, kami satu kelompok Cerdas Cermat pada acara Festival Anak Shaleh Indonesia tingkat Provinsi Aceh, pada Juli 2002 silam.
Walau tidak keluar sebagai perwakilan Aceh untuk bertanding di ajang Nasional, tapi aku bangga sekali. karena, baru kelas lima Madrasah aku sudah bisa menjalani perjalanan selama tiga hari tiga malam di Ibu Kota, Banda Aceh, 400 km jauhnya dari kampungku.
Menginjak Bangku Madrasah Tsanawiyah, aku mulai merasakan yang namanya persaingan. Nilaiku jatuh, tidak mendapat peringkat pertama lagi seperti waktu Madrasah dulu. Pintar-pintar semua. Hingga di kelas tiga aku hanya bisa meraih sepuluh besar setiap semesternya. Tapi, aku tidak berputus asa. Setiap perjuangan pasti berujung bahagia.
Persaingan terus berlanjut hingga aku memasuki Madrasah Aliyah. Tak sangka, aku berhasil masuk ke tiga besar peringkat kelas. Selama tiga tahun di bangku Aliyah aku berhasil mendapat beberapa kesempatan untuk mengikuti perlombaan Olimpiade Matematika, Debat bahasa Inggris, Siswa Berprestasi, dan alhamdulillah aku masih diberi kesempatan untuk mengikuti lomba Cerdas Cermat. Ingin rasanya mengulang masa kejayaan sewaktu Ibtidaiyah tetapi belum berhasil. Belum ada cabang lomba yang aku menangkan.
Ternyata Allah berkehendak lain, aku mendapat kesempatan untuk mewakili kotaku, Langsa sebagai salah satu dari sepuluh siswa berprestasi untuk dikirimkan ke ibu kota agar mengkuti penyaringan mewakili Aceh ke Jakarta. Lagi-lagi aku hanya mampu hingga ke ibu kota, Banda Aceh. Jakarta belum sampai.
Tapi aku tidak berputus asa, Allah tentu punya rencana lain untukku. Hal ini terbukti, aku berhasil lolos sebagai salah satu penerima beasiswa untuk Siswa Berprestasi ke IAIN Ar-Raniry, yakni salah satu impianku untuk kuliah di Banda Aceh. Mimpiku terkabul. Kuliah juga berlanjut, semakin antusias meraih Indeks Prestasi yang baik. Ip yang terus di atas 3,60 selalu bisa kudapatkan.
Allah selalu menyertaiku, setiap aku gagal mengikuti sesuatu hal, Allah selalu memberikan penggantinya. Prestasi terus aku tingkatkan. Tak hanya mahir dalam perkuliahan, aku beranikan diri untuk mengabdi kepada masyarakat. Aku mengajar al-Qur’an di dekat tempat tinggalku. Kemampuan mengajarku mulai terasah, apalagi harus menghadapi hampir seratus anak. Dengan tingkah dan pola yang berbeda-beda aku mulai menggeluti dunia anak-anak.
Lelah tentu saja tak lekang dari tubuhku. Tapi, Allah selalu memberikan kejutan-kejutan kecil. Di tengah kelelahanku  aku diberik kesempatan mewakili jurusanku untuk mengikuti lomba Pidato dan karya Tulis Ilmiah, syukur Alhamdulillah namaku harum menghiasi gedung fakultas. Penghargaan berhasil aku raih. Hal itu tentu tidak dapat aku lupakan.
Saat aku menuliskan cerita hidupku selama dua puluh tahun ini, aku mendapat pelajaran berharga. Allah selalu bersama hambanya yang ingat kepada-Nya. Allah selalu punya rencana yang terbaik. Bukan yang terbaik dimata kita tapi yang terbaik untuk kehidupan kita. Aku memberanikan diri mempunyai mimpi dan ingin mewujudkannya. Melalui tulisan ini, aku bermimpi 20 tahun mendatang aku bukanlah si Nur Anshari yang menulis di blog, facebook, diary, noterpad.

TERIAKKAN!
 AKU PASTI BISA!
TERIAK LAGI!
AKU PASTI SUKSES!
MIMPIKU PASTI TERWUJUD!
KARENA ALLAH SELALU BERSAMAKU!
MIMPIKU ADALAH MENJADI PENULIS
MIMPIKU ADALAH MENJADI ORANG KAYA

MIMPIKU ADALAH MENJADI ORANG BESAR
MIMPIKU ADALAH MENJADI ORANG SUKSES
MIMPIKU ADALAH MENJADI DOSEN
MIMPIKU ADALAH MENJADI PETUALANG
MIMPIKU ADALAH MENJADI ORANG BAIK
MIMPIKU ADALAH MENJADI AHLI AGAMA
MIMPIKU ADALAH MENJADI IBU YANG BAIK
MIMPIKU ADALAH MENJADI ANAK YANG SHALEHAH

MIMPIKU ADALAH MENJADI RAKYAT YANG BAIK
MIMPIKU ADALAH MENJADI PEMIMPIN YANG AMANAH
MIMPIKU ADALAH MENDAPAT SYURGA
MIMPIKU ADALAH MENJADI ISTERI YANG SHALEHAH
MIMPIKU ADALAH MENDAPAT SUAMI YANG SHALEH
MIMPIKU ADALAH MENDAPAT ANAK YANG SHALEH
MIMPIKU ADALAH MENDAPAT RUMAH YANG TENANG
 MIMPIKU ADALAH BISA MEMBUAT ORANG TUAKU BAHAGIA
MIMPIKU ADALAH MENJADI PENGHUNI SYURGA
MIMPIKU ADALAH TERBEBAS DARI SIKSA NERAKA
MIMPIKU ADALAH TERBEBAS DARI AZAB KUBUR
MIMPIKU ADALAH TERBANG MANCA NEGARA
MIMPIKU ADALAH BISA MEWUJUDKAN MIMPI-MIMPIKU
SUKSES!

Komentar

  1. pas baca mimpi2 itu... saya jadi terbangun... terima kasih..tulisannya bagus... semoga anda dan kita semua bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita... aamiiiiin

    BalasHapus
  2. makasih ya, sudah membacanya, amiin ya Rabb...

    BalasHapus
  3. heheheh...
    bereh...!!!
    Saya bisa membayangkan bagaimana ekspresi kamu ketika menuliskan mimpi-mimpi itu.

    BalasHapus
  4. ingin sekali cerita kamu mnjadi milikku..(ngarep kali ah)
    semoga tulisan ini bnyak yng membaca.karena saat dibaca,berhasil mengungguh hati untuk bangkit...sari sudah berhasil menjinakkan hati saya...(weeee keren yaaa)
    TeriakkkkkKKKKKK...
    Aku terharuuuuuUUUUUUUU
    Teriak lagiiiiiIIIIIIIIII>>>>>>>
    'maaaap' Suaraku habiisss...khuk ...khuk...khuk
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih bg junaidi, Aamiin.. biasa ja bg junaidi, sari hanya ingin mengungkapkan perasaan secara plong aja. tapi makasih atas supportnya. hihihi

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Posting Komentar