Nayla Tidak Manja Lagi




Oleh : Nur Anshari
“Mama, Nayla gak mau ikut lomba sinopsis ma! Rengekku dihadapan mama.
“Kenapa sayang? Kan ibu guru yang telah memilih Nayla, pasti bu guru telah melihat kemampuan Nayla bercerita” bujuk mama menaikkan semangatku.
“Tapi ma, Nayla gak pernah bercerita di depan orang ramai. Nayla malu.” Bantahku
“Semua orang pasti begitu. malu saat pertama kali tampil di depan orang ramai. Tetapi, apa yang membuat mereka bisa? Karena mereka percaya diri.” Seru mama.
“Ia ma, Nayla akan coba”. Seruku.
“Nah, itu baru yang namanya anak mama. Mama yakin, Nayla pasti bisa menjadi juara.” Mama berujar sambil mengangkat ikan goreng yang sedari tadi masih diatas wajan.
Aroma sedap masakan mama mulai tercium. aku hafal dengan aroma masakan ini. Ikan Balado kesukaanku.
***
“Nayla, saat lomba nanti, Nayla lihat ke penonton. Matanya jangan tunduk kebawah atau naik keatas. Lihat mata penonton”. Ibu Nuri menjelaskan.
“Ia bu” ujarku seraya mengangguk.
“Cara Nayla bercerita sudah bagus, isi ceritanya sarat akan makna, tetapi ibu belum melihat ekspresi pada Nayla, latihan lagi dirumah ya nak.” Perintah bu guru.
“baik bu.” Seruku.
“kalau begitu latihan kita sudah cukup untuk hari ini, jangan lupa besok kita latihan lagi disini sepulang sekolah” ujar bu Nuri.
“siap bu” ujarku.
Sudah dua minggu latihan sinopsis dengan bu Nuri di gedung theater telah berjalan. Tetapi aku masih merasa takut aku tidak akan menang. Rasa pesimisku sering muncul kadang kala aku mendapat olok-olokan dari teman-teman di kelasku.
Aku tidak mempunyai teman. Teman-teman sering mengejekku dengan sebutan Nayla manja. Bermula saat aku kelas 4 SD. Saat bermain kriket aku terjatuh sampai lututku berdarah. Aku menangis tersedu-sedu. Semua teman-temanku melihatku yang sedang menangis dengan lutut berdarah.
Teman-temanku menertawakanku sambil meledekku. “Nayla manja, sedikit saja berdarah sudah nangis” teriak  salah satu teman sekelasku. Maka sejak saat itu tidak ada yang mau berteman dengan anak yang mereka sebut –anak manja— seperti diriku.
***
 “Assalamu’alaikum, ma, Nayla pulang” ucapku memanggil mama.
Aku duduk sambil melepas sepatu.
“Mama, Nayla capek kali hari ini, latihan sinopsis Nayla semakin buruk ma, kata bu guru Nayla tidak ada ekspresi, Nayla pasti kalah ma”. ujarku
“Kenapa begitu? Nayla harus banyak berlatih” ujar mama melangkah ke ruang tamu dengan membawa kue Black Forrest kesukaanku.
Aku langsung menyambar kue walaupun mama belum sempat meletakkannya diatas meja.
“Ia ma, susah banget ma ekspresi itu” suaraku tidak begitu jelas karena mulutku dipenuhi dengan kue.
“coba Nayla tunjukkan pada mama” ujar mama.
“Baiklah ma, setelah Nayla shalat dhuhur Nayla latihan dengan mama” seruku sambil mengambil tas dan membawanya kedalam kamarku.
“jangan lupa berdo’a ya sayang” perintah mama.
***
“Besok sekolah kita akan mengikuti perlombaan Sinopsis Nasional yang diadakan oleh Kemendikbud kota Sabang. Nah, yang akan menjadi perwakilan dari sekolah kita untuk berkompetisi dalam lomba Sinopsis adalah Nayla Musfirah” seru bu Nuri dihadapan teman-teman sekelasku.
“Nayla si anak manja ikut lomba sinopsis? Gak mungkin menang bu” teriak Tito.
“Hahahhahhahhaha”. Gelak tawa seantero kelas.
“Husstt. Tito tidak baik berkata seperti itu. Seharusnya Tito mendukung dan mendo’akan supaya Nayla memperoleh juara.” Sanggah bu Nuri menasehati Tito.
“Maaf bu” ujar Tito.
“Minta maaf juga sama Nayla” perintah bu Nuri.
“Nayla, maaf” bisik Tito.
“Ia tidak apa-apa kok” seruku.
“baiklah anak-anak kita lanjutkan pelajaran hari ini” ibu guru menjelaskan.
***
“Kepada hadirin-hadirat dan peserta lomba Sinopsis Nasional yang diadakan pada hari ini, sabtu, 23 Maret 2013 akan segera dimulai.” Titah pembawah acara menandakan bahwa acara pembukaan telah selesai dan diikuti dengan mulainya acara lomba Sinopsis.
 “Untuk peserta dengan nomor urut 01 yang bernama Haikal Ghifari untuk segera menuju keatas pentas” panggil pembawa acara.
“Peserta selanjutnya, dengan nomor peserta 12 atas nama Nayla Musfirah segera mengambil tempat diatas pentas” seru pembawa acara.
Aku berdiri diatas papan bersusun rapi. Diatasnya ada sebuah lampion warna-warni bergantungan. Ada tiang yang berjumlah empat buah mengokohkan bentuk bangunan ini. Atapnya yang ditutupi oleh kain keras berbahan campuran plastik menjadi pelindung panggung ini dari cahaya matahari.
Dibangku penonton sudah ramai diduduki oleh guru-guru dan anak sekolah yang sebaya dengan ku. Aku begitu kikuk. Semua hapalan ku seakan hilang dari ingatanku. Saat semua mata tertuju padaku, aku salah tingkah. Mikrofon yang sedari tadi kupegang tiba-tiba hendak loncat dari tanganku. Tidak. Aku gugup.
Kemudian aku pejamkan mataku sebentar, tarik nafas. Aku anggap semuanya adalah anak TK. Jadi aku lebih baik dari anak TK.
Prok...prok...prok... tepuk tangan penonton membahana setelah aku selesai bersinopsis.
***
“Terimakasih kepada peserta yang sudah tampil hari ini, pengumumuan pemenang akan dibacakan setelah penampilan tarian Ranoup Lampuan dari SDN 3 Kota Sabang.” Arahan sang pembawa acara.
“Baiklah, dengan berakhirnya tarian Ranoup Lampuan maka sudah tiba saat yang ditunggu-tunggu. Acara puncak pengumuman pemenang lomba Sinopsis pemenang. Dengar baik-baik, juara 3 diraih oleh Latifah dari SDN 2 Kota Sabang, selanjutnya peserta dengan Nomor urut 12 yang bernama Nayla Musfirah dari SDN 1 Kota Sabang meraih juara , 1 dan juara 2 diraih oleh Haykal Ghifari dari SDN Iboih Kota Sabang. Selamat kepada para pemenang dan segera mengambil posisi diatas panggung untuk penyerahan hadiah.
Aku senang sekali. Mama, bu Nuri terimakasih. Selamat tinggal Nayla Manja.



Komentar