makalah

DINASTI FATIMIYAH A, Awal berdirinya dinasti fatimiyah Nama dinasti ini dinisbahkan kepada nama “fatimah” putri rasulullah saw.. fatimah putri rasulullah saw, adalah unsur kedua setelah Ali. Kedudukan Fatimah sangatlah agung dan suci, bahkan disamakan dengan kedudukan maryam dalam ajaran kristen. Dengan menggunakan nama Fatimah putri Rasullah saw, para pendiri fatimiyah bermaksud menyaingi nama besar Abbasiyah dan Umayyah. Pada mulanya ubaidillah yang memimpin dakwahnya dari salamiyah dan syiria ke Afrika Utara. Sebelumnya beberapa da’i telah dikirim ke Afrika utara sehingga syi’ah telah mulai berkembang dalam masyarakat. Kemudian Ubaidillah memimpin dakwahnya dengan memenangkan dukungan luas dari daerah-daerah yang kurang diperhatikan oleh khalifah Abbasiyah. Lewat da’i seperti Ali bin Al-fadl al-Yamani dan ibnu al-Hawsyab al-Kufy, Yaman termasuk ibu kotanya, dapat direbut. dengan dikuasainya Yaman, Ubaidillah dapat menyebarkan para da’i ke berbagai daerah, termasuk Afrika utara, belahan timur antara Arabia dan India., bahkan ke Afrika barat dengan da’i Abu Abdullah asy-Syi’i. Para da’i tersebut berhasil menjadikan kaum Barbar sebagai pendukung kepemimpinan Ubaidillah al-Mahdi. Atas dukungan besar inilah, asy-Syi’i berhasil menduduki Roaqadah, pusat pemerintahan Dinasti Aghlabiyah. Akhirnya pada tahun 909 M Ubaidillah al-Mahdi datang ke Tunis untuk dinobatkan sebagai Khalifah Dinasti Fatimiyah. B.Perkembangan Politik Setelah dinasti fatimiyah berdiri, pembenahan dan pengembangan wilayah kekuasaan pun mulai dilakukan. Perkembangan kekuasaan politik dinasti Fatimiyah dapat dibagi dalam perioe perkembangan, yakni periode Afrika Utara (Tunisia) selama 69 tahun dan periode Mesir (Kairo) yang berlangsung selama lebih dari 200 tahun. 1. periode Afrika Utara Periode ini berlangsung antara tahun 909-972 M dengan 4 orang imam dan mengambil pusat pemerintahannya di kota Qayrawan dan Mahdiyah. Sepanjang kekuasaan dinasti Fatimiyah di Afrika ini tidak ada kemajuan peradaban yang berarti. penyebab tidak adanya kemajuan ini yaitu daerah Afrika utara yang masih didominasi oleh masyarakat Barbar yang tidak memiliki keterampilan dan keahlian karena mereka bersifat baduwi. Sehingga pembangunan dan kemajuan peradaban belum akrab dalam kultur mereka. Selain itu dunia dan kultur masyarakat barbar adalah dunia pengembaraan, pemberontakan, dan peperangan. Oleh karena itu, selama hampir 50 tahun setelah fatimiyah berdiri di Afrika Utara, selalu disibukkan dengan urusan penumpasan dan pemadaman pemberontakan.. oleh sebab itu pada awal kekuasaan Ubaidillah Al-Mahi, sudah direncanakan mengambangkan dan memindahkan wilayah kekuasaannya ke Mesir. 2. Perioe Mesir Usaha penaklukkan terhaap Mesir pertama kali dilakukan dinasti Fatimiyah pada tahun 913 M dipimpij oleh Abu Qasim Al-Qa’im, putra ubaidillah Al-Mahdi sendiri. Saat itu, Mesir dikuasai oleh Dinasti Ikhsidiyah sebgai keamiran dari Abbasiyah. Meski suah dapat masuk kekota iskandariyah dan kota-kota lain di Mesir,ia tidak mampu membangun kekuasaan disana sehingga ia pulang dengan tangan hampa. Setelah kegagalan tersebut pada tahun 916 ,919,932 M, ia menyusun rencana penaklukan kembali, namun masih juga gagal. Setelah kegagalan ini usaha penaklukkan sempat terenti dengan wafatnya ubaidillah Al-Mahdi. Wafatnya ubaidillah menyebabkan timbulnya kerusuhan dan pemberontakan diwilayah kekuasaan fatimiyah di Afrika Utara. Sehingga kekuasaan yang menggantikan Ubaidillah diarahakan untuk mengendalikan pemberontakan, sehingga upaya penaklukkan terhadap wilayah Mesir sementara tertunda. Pada tahun 953 M, cicit Ubaidillah Al-Mahdi, yaitu Abu Tamim Ma’add yang bergelar Al-Mu’is Lidinillah naik takhta. Dibawah kendalinya, kekuasaan Fatimiyah mulai stabil dan mapan. Pemberontakan di Afrika Utara dapat diredakan sehingga muncul kembali keinginan untuk menguasai wilayah Mesir. Tahun 966 M, persiapan untuk menaklukan Mesir mulai dilakukan. Berbagai sarana seperti jalan, sumur, lumbung, makanan dan juga tempat peristirahatan lain, sebelum pasukan perang diberangkatkan, penguasa fatimiyah terlebih dahulu mengirim para da’inya untuk menyampaikan propaganda-propaganda kepada masyarakat Mesir, khususnya mereka yang tidak suka terhadap pemerintahan ikhsidiyah. Setelah melakukan persiapan yang memakan waktu lebih dari tiga tahun, pada bulan Februari tahun 969 M, Al-Mu’izz benar-benar memberangkatkan pasukannya dalam jumlah yang cukup besar, sekitar 100ribu orang yang dipimpin oleh panglima perangnya, jauhar As-Siqli, untuk menaklukkan mesir. Upaya penaklukan mesir yang kelima ini tidak mendapat hambatan yang berarti. Begitu masuk ke Mesir pada bulan Juni, Jauhar As-Siqili dengan mudah menguasai kota iskandariyah. Selanjutnya, pada bulan juli 969 M kota Fustat sebagai ibukota pemerintahan ikhsidiyah dapat dikuasai dan sejak saat itu wilayah Mesir telah jatuh ke tangan Fatimiyah. Faktor-faktor internal yang membuat Mesir mudah dikuasai disebabkan oleh : 1. Pada masa itu pemerintahan ikhsidiyah sedang mengalami konflik internal perebutan kekuasaan sehingga tidak siap menghadapi serbuan pasukan Fatimiyah. 2. Sebelum Fatimiyah datang, diMesir sudah banyak pengikut Syi’ah Ismailiyah dan bahkan diantaranya ada yang duduk di dalam struktur pemerintahan Ikhsidiyah. Hal ini terjadi berkat kepiawayan para da’i dari dinasti fatimiyah dalam menyebarkan faham politiknya. 3. Adanya harapan besar dari masyarakat Mesir terhadap penguasa baru untuk mengatasi problem dan bencana, khususnya kelaparan yang sedang melanda bangsa Mesir Dengan kemenangan ini kekuasaan dinasti Fatimiyah dipindahkan ke Mesir dan menjadikan Mesir sebagai pusat kekuasaannya sampai masa akhir dinasti ini. Setelah Mesir ditaklukkan, pada tahun 970 M ia mulai membangun ibu kota baru dengan nama al-Qahirah disertai dengan sejumlah istana kebesaran dan masjid-masjid agung yang merupakan sebuah ibu kota kerajaan yang dirancang sebagai wujud kebesaran kerajaan1. Mesjid itu diberi nama mesjid Al-Azhar yang berfungsi bukan saja sebagai tempat ibadah namun juga sebagai pusat pengkajian islam dan pengembangan ilmu. Dalam perkembangan selanjutnya, messjid ini menjadi sebuah pusat akademik. Khalifah al-Muizz pindah ke ibu kota baru tersebut pada tahun (973 M). Sejak saat itu Dinasti Fatimiyah ini mulai berkembang dalam berbagai aspek kehidupan. Selain di topang dengan kekuasaan yang luas dan berwibawa, ia juga mampu membangkitkan berbagai macam wacana keilmuan, aktifirtas perdagangan, keagamaan dan lain sebagainya. Disisi lain, mereka mulai melepaskan kekuasannya di Tunisia. Bahkan tidak lama setelah perpindahan tersebut, wakil mereka di Tunis, Bani Ziri (1041 M) menyatakan tk terikat dengan pemerintahan Fatimiyah. Selama masa kekuasaannya sekitar 263 tahun, pemerintahan fatimiyah diperintah oleh 14 orang imam dan khalifah, yaitu: 1. Ubaidillah Al-Mahdi Billah (w.934 M) 2. Abu Al-Qasim Muhammad Al-Qa’im bi Amrillah (w.946) 3. Abu thahir Ismail Al-Manshur Billah (w.953 M) 4. Abu Tamim Ma’add Al-Mu’izz Li Dinillah (w. 975 M) 5. Abu Mansur Nizar Al-Aziz Billah (w.996 M) 6. Abu Ali Al-Mansur Al-Hakim bi Amrillah (w.1021 M) 7. Abu Al-Hasan Ali Az-Zahir li’Izaz (w. 1036 M) 8. Abu Tamim Ma’add Al-Mu’izz Li Dinillah (w.1094 M) 9. Abu Al-Qasim Ahmad Musta’li Billah (w.1101 M) 10. Abu Ali Al-Mansur Al-Amir bi ahkamillah (w. 1130 M) 11. Abu Al-Maymun Abdul Majid Al-Hafizh lidinillah (w. 1149 M) 12. Abu Mansur Ismail Az-Zafir bi Amrillah (w. 1154 M) 13. Isa Al-Fa’iz bi Nasrillah (w. 1160 M) 14. Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf Al-Adid Lidinillah (w.1171 M) Pemerintahan ke-empat belas imam imam dan khalifah dinasti fatimiyah tersebut dapat dibagi dalam dua fase besar pemerintahan yakni : a. Fase konsolidasi Adalah masa-masa awal pembentukan dinasti fatimiyah di Tunisia sampai pada khalifah keenam, yaitu Abu Ali Al-Mansur Al hakim bi Amrillah (w. 1021 M).fase ini ditandai dengan berbagai gejolak awal dalam pemerintahan Dinasti fatimiyah. Diantaranya adalah terjadinya perang saudara antara Turki dan Barbar, yang keduanya merupakan kelompok yang turut mendirikan dinasti fatimiyah. Karena sejak awal bangsa barbar telah menguasai anggota pemerintahan. Banyak diantara bangsa Barbar yang diangkat menjadi pemerintahan Az-Zahir dan Al-muntasir khalifah yang lebih dekat dengan keturunan T urki. Akibatnya, muncullah dua kekuatan besar yaitu Turki dan Barbar dan sejak saat itu barbar kehilangan keudukan dalam pemerintahan. Terjadi juga perpindahan kekuasaan dari tunisia ke Mesir dan pengembnagn kota Mesir menjadi ibu kota pemerintahan dinasti fatimiyah yang baru. Seiring dengan perpindahan tersebut dilaksanakan juga pembangunan kota dan berbagai fasilitas kehiddupan sosial dalam masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Dalam beberapa periode pemerintahan juga diadakan reformasi birokrasi dengan melakukan pembaruan dalam sistem pelayanan sosial. b. Fase parlementer Pada fase ini pemerintahan dinasti fatimiyah mulai digerogoti oleh masalah yang melemahkan pemerintahan. Secara internal terjadi perebutan kekuasaan dikalangan istana dan berkuasanya khalifah yang masih sangat muda. Sementara faktor eksternal adalah perang salib dan serangan dari Salahuddin Al-Aayubi. Kedua masalah ini menjadikan kekuasaan dinasti fatimiyah semakin melemah hingga akhirnya runtuh. C. Perkembangan peradaban Sejak awal masa kekuasaannya di Mesir, penguasa dinasti fatimiyah telah melkukan konsoliasi dengan berbagai kelompok sosial keagamaan dalam masyarakat mesir untuk memajukan peradaban islam. Masyarakat diberi kebebasan dalam menjalankan agama, kepercayaan, aliran, faham mereka secara bebas. Mekipun berbeda ideologi antara syi’ah ismailiyah dengan sunni, namun tetap diberi kebebasan tanpa paksaan. Namun tetap saja ada benturan,inilah salah satu yang menjai tugas berat bagi pemimpin, melakukan konsolidasi religius antar faham keagamaan. Dinasti fatimiyah telah mencapai kemajuan yang pesat terutama pada masa al-mu’izz, al-aziz, dan al-Hakim. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai bidang, yaitu:  Hubungan perdagangan antar negara bahkan dengan dunia non islam sudah dilakukan seperti hubungan dagang dengan India an negara-negara Mediterania.selain itu mesir juga menjadi negara penyeberangan bagi saudagar arab yang akan ke Afrika dan Asia tengah, sehingga Mesir dan masyarakatnya ikut berkembang.  Kemajuan dibidang seni seperti seni lukis dan arsitektur.  Kemajuan dalam biang pengetahuan seperti dibangunnya universitas Al-Azhar. Ada 4 fungsi dari pembangunan jami’ Al-Azhar saat itu : pertama, sebagai pusat peribadatan umat islam karena pada awalnya universitas Al-Azhar bermula dari sebuah Mesjid yang dibangun oleh al-Saqili pada 17 ramadhan. Kedua, sebbuah pusat pengembangan sosial religius; ketiga, sebagai sentral pendidikan; dan keempat, sebagai pusat kegiatan (politik) pemerintahan dinasti fatimiyah.  Kemaajuan bidang ekonomi :sektor pertanian, perdagangan maupun industri D. Kemunduran dinasti fatimiyah Meskipun dinasti fatimiyah telah menguasai Mesir lebih dari 200tahun, namun masa keemasannya tidaklah terlalu lama. Puncak kejayaan dinasti ini hanya berlangsung sekitar 50 tahun saja, yakni sejak masa pemerintahan Al-Mu’izz dan mulai menurun setelah berakhirnya masa pemerintahan Al-hakim. Banyak faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti fatimiyah dalam mempertahankan kekuasaannya di Mesir antara lain sebagai berikut: 1. Terjadinya konflik internal antar para elitenya kerajaan yang tidak pernah berhenti disepanjang pemerintahan. 2. konflik kesukuan antara tiga bangsa besar Arab, Afrika, Turki. 3. ideologi yang berbeda. Dinasti fatimiyah tidak berhasil membumikan aliran syi’ah ismailiyah sementara masyarakat mesir menganut aliran sunni. 4. faktor langsung kehancuran Dinasti fatimiyah terjadi pada masa pemerintahan khalifah Al-Adid Lidinillah. Pada saat itu, wilayah kekuasaan dinasti fatimiyah menjadi ajang perebutan antara Nurudin Zinki sebagai wakil dinasti Abbasiyah yang ada di Syiria dan pasukan salib yang ada di yerussalem pimpinan raja Almeric. Pada tahun 1169 M, pasukan Nuruddin Zinki yang dipimpin panglima besar Shalahuddin al-Ayyubi dapat mengusir pasukan salib dari Mesir dan dapat menaklukkan kekuasaan wazir dari khalifah Al-Adid wafat pada tahun 1171, Shalahuddin al-ayubi tidak lagi mengangkat Khalifah dari Fatimiyah, tapi menjaikan Mesir kembali sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Abbasiyah dengan status keamiran. Adapun dinasti keamirannya kemudian adalah Dinasti al-Ayyubiyah. Maka sejak saat itu Dinasti Fatimiyah berganti dengan Dinasti Al-Ayyubiyah. . .

Komentar